Berkembang Lewat Calo dan Penari Freelance
Pementasan joged jaruh (porno) yang mengundang kontroversi dan sempat viral di media sosial masih terus dikawal pihak kepolisian maupun Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng.
Polemik Joged Jaruh
SINGARAJA, NusaBali
Masih bertahannya penari joged porno yang sudah dilarang untuk dipertontonkan tersebut disebut berkembang melalui calo dan penari freelance.
Kepala Bidang Kesenian, Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Wayan Sujana dihubungi Rabu (29/11) mengatakan, pihaknya yang menaungi seluruh jenis kesenian sudah melakukan pembinaan. Bahkan pendekatan secara individu juga dilakukan kepada sekaa-sekaa joged yang disinyalir melayani order joged jaruh.
Belakangan eksistensi joged jaruhdi Buleleng pun sempat meredup, dan kembali bangkit dengan postingan video di media sosial. “Jadi setelah kami lakukan pemantauan, joged porno yang masih bertahan sampai saat ini mereka adalah penari freelance. Dan mereka juga bukan berprofesi sebagai penari joged, tetapi penari otodidak yang sekadar bisa ‘ngebitang lima’,” tutur Sujana.
Dengan ketidakterikatan mereka di sanggar joged manapun, mereka biasanya menerima job menari dari calo joged porno. Sujana pun mengatakan ciri-ciri penari joged freelance dengan calo, biasanya menari tanpa diiringi oleh sekaa gong tetapi hanya menggunakan kaset.
Nah, keberadaan mereka pun disebut sebagai biang dari rusaknya citra joged di Buleleng. hal tersebut pun mempengaruh perkembangan joged saat ini. Dulu sebelum joged porno ada, di Buleleng sendiri menurut Sujana ada seratusan sekaa joged, namun saat ini tidak banyak yang masih bertahan. Kebanyakan dari mereka bangkrut karena tidak bisa mencari joged.
“Dari rusaknya citra joged ini, banyak orangtua yang tidak mengizinkan anak-anaknya menjadi joged, ini yang menyebabkan sejumlah sekaa joged di Buleleng bangkrut,” imbuhnya.
Dinas Kebudayaan pun hanya memiliki kewenangan untuk melakukan pembinaan dan pemantauan. Apabila ditemukan sekaa joged yang menerima orderan menari cabul maka akan dikenakan sanksi tidak dilibatkan dalam event program pemerintah. Termasuk tidak dilayani secara administratif seperti pengesahan dan legalitas sekaa saat mendapatkan hibah.
Sementara itu terkait penari joged yang viral di medsos digadang-gadang berasal dari Desa Sinabun, Kecamatan Sawan Buleleng. Pihaknya pun disebut sebagai salah satu penari freelance yang tidak terikat pada sekaa manapun. Sebelumnya Dinas Kebudayaan juga sudah pernah melakukan upaya pembinaan, hanya saja yang bersangkutan tidak pernah hadir.
Dengan pengalaman dan potensi pelanggaran hukum yang disebabkan oleh aksi joged jaruh, pihaknya pun berharap seniman joged di Buleleng lebih selektif dan bijak dalam berkesenian. Sehingga citra joged Buleleng dapat dibersihkan kembali, seperti yang dilakukan h sejumlah sekaa joged yang dulu melayani joged porno kembali ke pakem joged yang sesungguhnya. *k23
Komentar