Jero Gimbal Bantah Cari Sensasi
Aksi Nekat ‘Malukat’ di Tengah Lahar Dingin
DENPASAR, NusaBali
Jero Kuncir Gimbal, asal Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng mendadak viral di media sosial setelah aksi nekatnya 'melukat' di Tukad Unda, Klungkung yang dialiri lahar dingin erupsi Gunung Agung, Selasa (28/11) lalu. Meski aksinya terkesan cari sensasi dan nyeleneh, namun Jero Gimbal membantah hal tersebut.
Jero Gimbal yang mengaku Bhakta Siwa Sejati tersebut mengaku tidak pernah merencanakan aksi nekat itu. Kala itu, dia tengah melintas di Jembatan Tukad Unda bersama sopir. Sesaat kemudian Jero Gimbal menyuruh sopir untuk menepikan kendaraannya sebentar. Dia berniat untuk berswafoto dari jarak dekat. "Tiba-tiba ketemu pemangku di sana, dan kami melukat bersama di Pura Beji itu,” ungkapnya di Denpasar, Rabu (29/11).
Dia kemudian menuturkan, setelah melukat di Beji, entah mengapa Jero Gimbal merasa ditarik oleh pusaran energi kuat yang berasal dari aliran lahar dingin di sungai. Dia menganggap ini sebagai petunjuk niskala. Sehingga Jero Gimbal langsung menyuruh sopirnya membelikan canang dan pejati. Kemudian dia melakukan ritual di aliran sungai penuh lahar dingin itu. "Saya masuk ke lahar dingin hingga seleher. Sebelum melukat saya haturkan sesajen dulu, baru kemudian berkumur, minum tiga kali, cuci muka dan berbagai gerakan lain di tengah derasnya arus sungai," katanya.
Saat itu Jero Gimbal mengaku sudah berpasrah diri, menyerahkan sepenuh jiwa dan raganya kepada Sang Penguasa Dunia (Siwa). Bahkan mati pun saat itu dia mengaku siap. Namun setelah keluar dari lahar dingin, dia mengaku mendapatkan energi baru, namun harus menjalani sejumlah ritual pemurnian lainnya sesuai kepercayaan yang dianut. "Lahar itu sangat murni sekali, berasal dari kedalaman perut bumi," katanya.
Jero Gimbal sendiri membantah jika kegiatan spiritualnya itu dikatakan mencari sensasi semata. Dia berdalih, ‘melukat’ di tengah lahar adalah panggilan jiwa dari Hyang Siwa, dengan tujuan memohon keselamatan untuk alam semesta, serta untuk membersihkan, melebur, dan memurnikan raganya. Dalam ritual itu, Jero Gimbal mengaku menemukan lima buah batu dengan warna lima macam (mancawarna), yang diyakininya sebagai anugerah Tuhan untuk dirinya. "Palukatan saya di sungai tepat pukul 12.00, waktu di saat Brahma, Wisnu, Siwa bersatu menuju Hyang Tunggal. Setelah dapat batu mancawarna itu, sore harinya langsung ada yang datang minta ‘malukat’ dari ‘wangsuhan’ batu mancawarna itu," ceritanya.
Aksi nekat Jero Gimbal ini memang menuai banyak komentar. Sebagain besar warganet menganggapnya sedang mencari sensasi. Bahkan anak istrinya juga sempat komplain akan hal ini. Namun Jero Gimbal membantah ritual melukat itu sebagai ajang mencari sensasi. Menurutnya, dia fokus dengan apa yang menjadi keyakinannya. "Biarkan orang berkata apa. Saya balas dengan doa yang baik-baik saja. Saya sudah siap dibully," jelasnya.
Jero Gimbal memohon maaf jika ada yang tidak berkenan dan mengganggu masyarakat, mengingat ritualnya dianggap aneh atau buduh. Dia menegaskan, jika ada warga yang meniru aksinya, ia tidak ikut bertanggungjawab. "Mohon maaf apabila tidak berkenan. Saya hanya fokus pada keyakinan saya," pungkasnya. *ind
Jero Kuncir Gimbal, asal Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Buleleng mendadak viral di media sosial setelah aksi nekatnya 'melukat' di Tukad Unda, Klungkung yang dialiri lahar dingin erupsi Gunung Agung, Selasa (28/11) lalu. Meski aksinya terkesan cari sensasi dan nyeleneh, namun Jero Gimbal membantah hal tersebut.
Jero Gimbal yang mengaku Bhakta Siwa Sejati tersebut mengaku tidak pernah merencanakan aksi nekat itu. Kala itu, dia tengah melintas di Jembatan Tukad Unda bersama sopir. Sesaat kemudian Jero Gimbal menyuruh sopir untuk menepikan kendaraannya sebentar. Dia berniat untuk berswafoto dari jarak dekat. "Tiba-tiba ketemu pemangku di sana, dan kami melukat bersama di Pura Beji itu,” ungkapnya di Denpasar, Rabu (29/11).
Dia kemudian menuturkan, setelah melukat di Beji, entah mengapa Jero Gimbal merasa ditarik oleh pusaran energi kuat yang berasal dari aliran lahar dingin di sungai. Dia menganggap ini sebagai petunjuk niskala. Sehingga Jero Gimbal langsung menyuruh sopirnya membelikan canang dan pejati. Kemudian dia melakukan ritual di aliran sungai penuh lahar dingin itu. "Saya masuk ke lahar dingin hingga seleher. Sebelum melukat saya haturkan sesajen dulu, baru kemudian berkumur, minum tiga kali, cuci muka dan berbagai gerakan lain di tengah derasnya arus sungai," katanya.
Saat itu Jero Gimbal mengaku sudah berpasrah diri, menyerahkan sepenuh jiwa dan raganya kepada Sang Penguasa Dunia (Siwa). Bahkan mati pun saat itu dia mengaku siap. Namun setelah keluar dari lahar dingin, dia mengaku mendapatkan energi baru, namun harus menjalani sejumlah ritual pemurnian lainnya sesuai kepercayaan yang dianut. "Lahar itu sangat murni sekali, berasal dari kedalaman perut bumi," katanya.
Jero Gimbal sendiri membantah jika kegiatan spiritualnya itu dikatakan mencari sensasi semata. Dia berdalih, ‘melukat’ di tengah lahar adalah panggilan jiwa dari Hyang Siwa, dengan tujuan memohon keselamatan untuk alam semesta, serta untuk membersihkan, melebur, dan memurnikan raganya. Dalam ritual itu, Jero Gimbal mengaku menemukan lima buah batu dengan warna lima macam (mancawarna), yang diyakininya sebagai anugerah Tuhan untuk dirinya. "Palukatan saya di sungai tepat pukul 12.00, waktu di saat Brahma, Wisnu, Siwa bersatu menuju Hyang Tunggal. Setelah dapat batu mancawarna itu, sore harinya langsung ada yang datang minta ‘malukat’ dari ‘wangsuhan’ batu mancawarna itu," ceritanya.
Aksi nekat Jero Gimbal ini memang menuai banyak komentar. Sebagain besar warganet menganggapnya sedang mencari sensasi. Bahkan anak istrinya juga sempat komplain akan hal ini. Namun Jero Gimbal membantah ritual melukat itu sebagai ajang mencari sensasi. Menurutnya, dia fokus dengan apa yang menjadi keyakinannya. "Biarkan orang berkata apa. Saya balas dengan doa yang baik-baik saja. Saya sudah siap dibully," jelasnya.
Jero Gimbal memohon maaf jika ada yang tidak berkenan dan mengganggu masyarakat, mengingat ritualnya dianggap aneh atau buduh. Dia menegaskan, jika ada warga yang meniru aksinya, ia tidak ikut bertanggungjawab. "Mohon maaf apabila tidak berkenan. Saya hanya fokus pada keyakinan saya," pungkasnya. *ind
1
Komentar