Tukang Batu Hitam Terancam Menganggur
Tiba-tiba harga per truk batu hitam melonjak tajam. Semula hanya Rp 6 juta per truk, kini mencapai Rp 12 juta per truk.
Dampak Erupsi Gunung Agung
TABANAN, NusaBali
Imbas erupsi Gunung Agung berpengaruh besar di berbagai sektor. Seperti para pebisnis batu lahar hitam yang dijadikan pelinggih usahanya akan macet bahkan para karyawan terancam menganggur. Disamping itu pula harga batu per truk tiba-tiba melonjak dua kali lipat sehingga membuat para pengusaha kelimpungan.
Seperti dituturkan karyawan pemotong batu hitam, I Made Astika,47, warga dari Banjar Pekandelan, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan. Dia mengaku mulai besok (Sabtu ini, Red) sudah menjadi pengangguran. Karena bosnya tidak dapat membeli batu hitam untuk dipotong. "Bos saya sudah tidak dapat beli sehingga stok batu kosong," ujarnya, Jumat (1/12).
Dikatakan Astika, selain karena langkanya bahan baku akibat erupsi Gunung Agung, tiba-tiba harga per truk batu hitam melonjak tajam. Semula hanya Rp 6 juta per truk, kini mencapai Rp 12 juta per truk. "Tidak habis pikir lonjakan harga meningkat drastis sejak sebulan lalu," imbuhnya.
Sehingga untuk membuatkan pelanggan palinggih, kini susah. Karena satu truk batu hanya bisa menghasilkan satu palinggih kemulan (Rong Telu). Jika dijual palinggih ukuran segitu hanya dipatok harga Rp 6 sampai Rp 8 juta. Namun harga batu per truk mencapai Rp 12 juta. "Nah ini sudah norok kami, makanya kelimpungan bos saya. Apalagi ada pesanan yang sudah deal harus dijual dengan harga Rp 6 juta karena memesan sebelum Gunung Agung erupsi," beber Astika.
Atas hal itu, Astika berharap bencana ini cepat berlalu. Karena hanya memiliki keahlian di pemotongan batu dan pembuat palinggih sehingga untuk mencari pekerjaan lain susah. Apalagi dirinya sebagai tulang punggung keluarga dan memiliki tiga anak yang sedang memerlukan biaya. "Bisa saja saya jadi pengangguran, erupsi Gunung Agung prosesnya sangat lama kemungkinan saya beralih menjadi buruh bangunan atau proyek," terang Astika.
Hal serupa disampaikan karyawan perakit palinggih. Dimana untuk saat ini masih bisa bernafas lega karena masih ada stok batu. Hanya saja sebulan kedepan mungkin akan beralih ke buruh bangunan. Mengingat di tempat usahanya stok batu sudah tidak ada dan usaha sementara akan macet. "Ini pasti macet, batu Karangasem tidak dapat beli bos saya," jelasnya.
Apalagi untuk batu hitam ini hanya ada di Karangasem, dan kualitasnya memang sangat bagus karena ketika dipotong sedikit terbuang. "Ukurannya juga panjang-panjang sehingga sangar cocok untuk dijadikan palinggih. Saya hanya berharap bencana ini cepat berlalu dan cepat bisa kembali normal," tuturnya. *d
TABANAN, NusaBali
Imbas erupsi Gunung Agung berpengaruh besar di berbagai sektor. Seperti para pebisnis batu lahar hitam yang dijadikan pelinggih usahanya akan macet bahkan para karyawan terancam menganggur. Disamping itu pula harga batu per truk tiba-tiba melonjak dua kali lipat sehingga membuat para pengusaha kelimpungan.
Seperti dituturkan karyawan pemotong batu hitam, I Made Astika,47, warga dari Banjar Pekandelan, Desa Peken Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan. Dia mengaku mulai besok (Sabtu ini, Red) sudah menjadi pengangguran. Karena bosnya tidak dapat membeli batu hitam untuk dipotong. "Bos saya sudah tidak dapat beli sehingga stok batu kosong," ujarnya, Jumat (1/12).
Dikatakan Astika, selain karena langkanya bahan baku akibat erupsi Gunung Agung, tiba-tiba harga per truk batu hitam melonjak tajam. Semula hanya Rp 6 juta per truk, kini mencapai Rp 12 juta per truk. "Tidak habis pikir lonjakan harga meningkat drastis sejak sebulan lalu," imbuhnya.
Sehingga untuk membuatkan pelanggan palinggih, kini susah. Karena satu truk batu hanya bisa menghasilkan satu palinggih kemulan (Rong Telu). Jika dijual palinggih ukuran segitu hanya dipatok harga Rp 6 sampai Rp 8 juta. Namun harga batu per truk mencapai Rp 12 juta. "Nah ini sudah norok kami, makanya kelimpungan bos saya. Apalagi ada pesanan yang sudah deal harus dijual dengan harga Rp 6 juta karena memesan sebelum Gunung Agung erupsi," beber Astika.
Atas hal itu, Astika berharap bencana ini cepat berlalu. Karena hanya memiliki keahlian di pemotongan batu dan pembuat palinggih sehingga untuk mencari pekerjaan lain susah. Apalagi dirinya sebagai tulang punggung keluarga dan memiliki tiga anak yang sedang memerlukan biaya. "Bisa saja saya jadi pengangguran, erupsi Gunung Agung prosesnya sangat lama kemungkinan saya beralih menjadi buruh bangunan atau proyek," terang Astika.
Hal serupa disampaikan karyawan perakit palinggih. Dimana untuk saat ini masih bisa bernafas lega karena masih ada stok batu. Hanya saja sebulan kedepan mungkin akan beralih ke buruh bangunan. Mengingat di tempat usahanya stok batu sudah tidak ada dan usaha sementara akan macet. "Ini pasti macet, batu Karangasem tidak dapat beli bos saya," jelasnya.
Apalagi untuk batu hitam ini hanya ada di Karangasem, dan kualitasnya memang sangat bagus karena ketika dipotong sedikit terbuang. "Ukurannya juga panjang-panjang sehingga sangar cocok untuk dijadikan palinggih. Saya hanya berharap bencana ini cepat berlalu dan cepat bisa kembali normal," tuturnya. *d
1
Komentar