Tremor Overscale, Kawah Terisi Lava 30 Juta M3
Tremor overscale yang terjadi berturut-turut selama lima hari sejak Selasa (28/11) hingga Sabtu (2/12), pertanda tengah meningkatnya pengisian lava pijar di kawah Gunung Agung.
AMLAPURA, NusaBali
Tercatat lava telah terkumpul sekitar 30 juta meter kubik, dari kapasitas 60 juta meter kubik di kawah dengan diameter 900 meter dan kedalaman 200 meter. Diperkirakan kawah akan penuh dan tumpah ke luar sekitar 10 hari ke depan. Tumpahnya ke arah utara, karena posisi kawah di sisi utara lebih rendah.
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM I Gede Suantika, mengungkapkan hal itu dalam jumpa pers di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (2/12).
Menurutnya selama lima hari terakhir sejak Selasa (28/11), lava pijar keluar lebih banyak, hal itulah yang menyebabkan muncul sinar api yang menerangi asap yang ke luar di malam hari. “Jika tremor everscale terus terjadi, setidaknya 10 hari lagi, kawah akan penuh dengan lava pijar. Diperkirakan tumpah ke arah utara,” kata Gede Suantika.
Itu berarti, untuk wilayah KRB III, hanya jalur lava pijar atau lahar panas diperkirakan ke arah Desa Ban (Kecamatan Kubu) dan Desa Dukuh (Kecamatan Kubu), kemudian mengalir ke Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, selanjutnya terbuang ke laut. Sebab, posisi Desa Ban dan Desa Dukuh berada di sisi utara Gunung Agung.
Sedangkan empat desa di KRB III, yakni Desa Bhuana Giri dan Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat), posisinya di bagian selatan. Khusus Desa Besakih, Kecamatan Rendang yang posisinya di bagian barat daya Gunung Agung, menurut analisa Gede Suantika, kecil kemungkinan terdampak aliran lahar panas, jika aliran lava pijar mengalir pelan, yang disertai erupsi efusif (perlahan) terus terjadi.
Meski demikian, lanjut Gede Suantika, apapun bisa terjadi. Karena kondisi Gunung Agung sesungguhnya sulit diprediksi. Seperti halnya yang terjadi Sabtu (2/12), tidak ada asap yang mengepul disertai abu yang keluar, yang keluar hanya berupa asap putih atau uap air. Hal itu bukan berarti aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan. Justru aktivitasnya meningkat, ditandai terus terjadinya tremor overscale.
Menurut Gede Suantika, hal itu pula yang terjadi di Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, selanjutnya disusul erupsi besar-besaran.
Di Gunung Agung juga bisa saja terjadi seperti itu. Setelah diawali erupsi freatik (letusan gas, asap, dan material) pada Selasa (21/11), disusul beberapa kali terdengar suara dentuman, pertanda ada aktivitas baru di dalam tubuh Gunung Agung. Selanjutnya terjadi lontaran batu panas sejauh 4 kilometer ke arah Banjar/Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Selasa (28/11) sekitar pukul 15.00 Wita. Selanjutnya terus terjadi tremor overscale disertai pengisian lava pijar di kawah Gunung Agung.
Gede Suantika mencatat, aktivitas Gunung Agung terus meningkat, ditandai semakin seringnya terjadi gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal, serta gempa tektonik, yang berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Begitu juga beberapa kali dirasakan gempa skala III-IV MMI (modified mercalli intensity).
Disinggung soal laporan dari Perbekel Dukuh, Kecamatan Kubu, I Gede Sumiarsa bahwa suhu di Desa Dukuh meningkat tajam disertai bau belerang, menurut I Gede Suantika hal itu akibat pengaruh hujan abu yang terjadi beberapa hari terakhir, dan disertai keluarnya gas beracun berupa gas sulfurdioksida (SO2), karbondioksida (CO2), H2S, dan sebagainya. Gas yang keluar mencapai ribuan ton setiap hari, rata-arta per hari SO2 yang keluar sebanyak 3.000 ton.
Kondisi ini mengakibatkan suhu di sekitar jadi panas. Sebab, abu vulkanik yang keluar menyerap uap air, sehingga suhu udara di sekitarnya mendadak panas. “Makanya kami telah rekomendasi di radius 8 kilometer, dengan perluasan sektoral 10 kilometer, harus keluar (mengungsi). Sebab, sangat berbahaya, selain panas, ada gas beracun di radius itu,” tandasnya.
Tercatat pada Sabtu kemarin pukul 00.00 – 18.00 Wita, terjadi gempa vulkanik dalam 6 kali, gempa vulkanik dangkal 9 kali, tremor menerus pukul 14.22-15.45 Wita, dan tremor overscale pukul 14.36-14.58 Wita. *k16
Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM I Gede Suantika, mengungkapkan hal itu dalam jumpa pers di Pos Pengamatan Gunung Api Agung, di Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Sabtu (2/12).
Menurutnya selama lima hari terakhir sejak Selasa (28/11), lava pijar keluar lebih banyak, hal itulah yang menyebabkan muncul sinar api yang menerangi asap yang ke luar di malam hari. “Jika tremor everscale terus terjadi, setidaknya 10 hari lagi, kawah akan penuh dengan lava pijar. Diperkirakan tumpah ke arah utara,” kata Gede Suantika.
Itu berarti, untuk wilayah KRB III, hanya jalur lava pijar atau lahar panas diperkirakan ke arah Desa Ban (Kecamatan Kubu) dan Desa Dukuh (Kecamatan Kubu), kemudian mengalir ke Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, selanjutnya terbuang ke laut. Sebab, posisi Desa Ban dan Desa Dukuh berada di sisi utara Gunung Agung.
Sedangkan empat desa di KRB III, yakni Desa Bhuana Giri dan Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), Desa Sebudi (Kecamatan Selat), posisinya di bagian selatan. Khusus Desa Besakih, Kecamatan Rendang yang posisinya di bagian barat daya Gunung Agung, menurut analisa Gede Suantika, kecil kemungkinan terdampak aliran lahar panas, jika aliran lava pijar mengalir pelan, yang disertai erupsi efusif (perlahan) terus terjadi.
Meski demikian, lanjut Gede Suantika, apapun bisa terjadi. Karena kondisi Gunung Agung sesungguhnya sulit diprediksi. Seperti halnya yang terjadi Sabtu (2/12), tidak ada asap yang mengepul disertai abu yang keluar, yang keluar hanya berupa asap putih atau uap air. Hal itu bukan berarti aktivitas Gunung Agung mengalami penurunan. Justru aktivitasnya meningkat, ditandai terus terjadinya tremor overscale.
Menurut Gede Suantika, hal itu pula yang terjadi di Gunung Sinabung, di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, selanjutnya disusul erupsi besar-besaran.
Di Gunung Agung juga bisa saja terjadi seperti itu. Setelah diawali erupsi freatik (letusan gas, asap, dan material) pada Selasa (21/11), disusul beberapa kali terdengar suara dentuman, pertanda ada aktivitas baru di dalam tubuh Gunung Agung. Selanjutnya terjadi lontaran batu panas sejauh 4 kilometer ke arah Banjar/Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Selasa (28/11) sekitar pukul 15.00 Wita. Selanjutnya terus terjadi tremor overscale disertai pengisian lava pijar di kawah Gunung Agung.
Gede Suantika mencatat, aktivitas Gunung Agung terus meningkat, ditandai semakin seringnya terjadi gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal, serta gempa tektonik, yang berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Begitu juga beberapa kali dirasakan gempa skala III-IV MMI (modified mercalli intensity).
Disinggung soal laporan dari Perbekel Dukuh, Kecamatan Kubu, I Gede Sumiarsa bahwa suhu di Desa Dukuh meningkat tajam disertai bau belerang, menurut I Gede Suantika hal itu akibat pengaruh hujan abu yang terjadi beberapa hari terakhir, dan disertai keluarnya gas beracun berupa gas sulfurdioksida (SO2), karbondioksida (CO2), H2S, dan sebagainya. Gas yang keluar mencapai ribuan ton setiap hari, rata-arta per hari SO2 yang keluar sebanyak 3.000 ton.
Kondisi ini mengakibatkan suhu di sekitar jadi panas. Sebab, abu vulkanik yang keluar menyerap uap air, sehingga suhu udara di sekitarnya mendadak panas. “Makanya kami telah rekomendasi di radius 8 kilometer, dengan perluasan sektoral 10 kilometer, harus keluar (mengungsi). Sebab, sangat berbahaya, selain panas, ada gas beracun di radius itu,” tandasnya.
Tercatat pada Sabtu kemarin pukul 00.00 – 18.00 Wita, terjadi gempa vulkanik dalam 6 kali, gempa vulkanik dangkal 9 kali, tremor menerus pukul 14.22-15.45 Wita, dan tremor overscale pukul 14.36-14.58 Wita. *k16
1
Komentar