STAHN Mpu Kuturan Peringati Turunnya Bhagawad Gita
Ratusan mahasiswa dan dosen di jajaran Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Mpu Kuturan, Singaraja menggelar peringatan turunnya Kitab Bhagawad Gita dalam acara bertajuk Gita Jayanti.
SINGARAJA, NusaBali
Kegiatan perdana yang dilangsungkan di Buleleng tersebut juga digelar serentak di berbagai belahan dunia pada, Jumat (30/11) lalu. Peringatan turunnya Bhagawad Gita tersebut dilakukan dengan membacakan puluhan sloka pada Bab ke 12. Ketua Panitia Pelaksana Gita Jayanti 2017, Eka Juliantini ditemui, Sabtu (2/12) mengatakan dalam peringatan turunnya Bhagawad Gita menjadi salah satu upaya perguruan tinggi berbasis Agama Hindu menghormati kitab suci dan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Hal tersebut untuk mengingatkan kembali ajaran-ajaran agama Hindu yang bersumber dari Kitab Suci Weda yang selama ini mulai diabaikan generasi muda. "Kami berharap apa yang dilakukan saat ini dapat menginspirasi anak muda untuk tekun belajar Weda dan kitab turunannya. Hal ini harus dibudayakan sejak muda. Hilangkan stigma boleh belajar kitab suci setelah usia tua," katanya.
Sementara itu Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi, mengatakan di tengah perkembangan Hindu yang mendunia, Bhagawad Gita sebagai salah satu kitab suci menjadi salah satu referensi susastra Hindu yang paling dikenal di seluruh dunia. Hal tersebut dinilai karena ajarannya universal dan mengandung nilai-nilai moral adiluhung.
Bukan hanya itu saja, Bhagawad Gita juga telah digunakan sebagai rujukan oleh berbagai perguruan tinggi besar dunia. Banyak ajaran terkait perkembangan filsafat timur yang tercantum di dalamnya mulai dipelajari dan diadopsi negara barat. Fenomena tersebut, menurut Suweta mengindikasikan bahwa umat Hindu di Pulau Dewata tidak boleh lagi menutup mata dengan keadaan tersebut, yang selama ini terkesan menolak berbagai ajaran Weda yang bersumber dari India.
Pihaknya juga mengajak masyarakat Hindu di Bali mengedepankan sikap terbuka pada hal-hal baru. Namun tetap menjaga dan melestarikan adat dan budaya yang dimiliki. "Bukan berarti ketika kita belajar Bhagawad Gita kemudian membuang ajaran leluhur yang adiluhung termasuk budayanya. Budaya Bali harus tetap ajeg dengan tetap terbuka menerima perubahan," tutur dia.
Bahkan ajaran Weda dapat melengkapi umat Hindu dalam pengetahuan filsafat. Sehingga umat Hindu Bali yang selama ini lebih mengedepankan upakara, akan lebih lengkap jika dibarengi dengan pemahaman filsafat. Sebagai perguruan tinggi Hindu pihaknya pun akan terus memotivasi mahasiswanya untuk mmepelajari Bhagawad Gita. Salah satunya dengan melombakan dharma wacana yang mengambil intisari dari ajaran Bhagawad Gita. *k23
Kegiatan perdana yang dilangsungkan di Buleleng tersebut juga digelar serentak di berbagai belahan dunia pada, Jumat (30/11) lalu. Peringatan turunnya Bhagawad Gita tersebut dilakukan dengan membacakan puluhan sloka pada Bab ke 12. Ketua Panitia Pelaksana Gita Jayanti 2017, Eka Juliantini ditemui, Sabtu (2/12) mengatakan dalam peringatan turunnya Bhagawad Gita menjadi salah satu upaya perguruan tinggi berbasis Agama Hindu menghormati kitab suci dan ajaran yang terkandung di dalamnya.
Hal tersebut untuk mengingatkan kembali ajaran-ajaran agama Hindu yang bersumber dari Kitab Suci Weda yang selama ini mulai diabaikan generasi muda. "Kami berharap apa yang dilakukan saat ini dapat menginspirasi anak muda untuk tekun belajar Weda dan kitab turunannya. Hal ini harus dibudayakan sejak muda. Hilangkan stigma boleh belajar kitab suci setelah usia tua," katanya.
Sementara itu Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan, Prof Dr Drs I Made Suweta MSi, mengatakan di tengah perkembangan Hindu yang mendunia, Bhagawad Gita sebagai salah satu kitab suci menjadi salah satu referensi susastra Hindu yang paling dikenal di seluruh dunia. Hal tersebut dinilai karena ajarannya universal dan mengandung nilai-nilai moral adiluhung.
Bukan hanya itu saja, Bhagawad Gita juga telah digunakan sebagai rujukan oleh berbagai perguruan tinggi besar dunia. Banyak ajaran terkait perkembangan filsafat timur yang tercantum di dalamnya mulai dipelajari dan diadopsi negara barat. Fenomena tersebut, menurut Suweta mengindikasikan bahwa umat Hindu di Pulau Dewata tidak boleh lagi menutup mata dengan keadaan tersebut, yang selama ini terkesan menolak berbagai ajaran Weda yang bersumber dari India.
Pihaknya juga mengajak masyarakat Hindu di Bali mengedepankan sikap terbuka pada hal-hal baru. Namun tetap menjaga dan melestarikan adat dan budaya yang dimiliki. "Bukan berarti ketika kita belajar Bhagawad Gita kemudian membuang ajaran leluhur yang adiluhung termasuk budayanya. Budaya Bali harus tetap ajeg dengan tetap terbuka menerima perubahan," tutur dia.
Bahkan ajaran Weda dapat melengkapi umat Hindu dalam pengetahuan filsafat. Sehingga umat Hindu Bali yang selama ini lebih mengedepankan upakara, akan lebih lengkap jika dibarengi dengan pemahaman filsafat. Sebagai perguruan tinggi Hindu pihaknya pun akan terus memotivasi mahasiswanya untuk mmepelajari Bhagawad Gita. Salah satunya dengan melombakan dharma wacana yang mengambil intisari dari ajaran Bhagawad Gita. *k23
Komentar