Longsor, Rumah dan Sanggah Pun Ikut Terjungkal
Hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Gianyar, Rabu (6/12) malam, menyebabkan bencana longsor di sejumlah titik.
GIANYAR, NusaBali
Salah satunya, benacana longsor pekarangan rumah keluarga I Dewa Putu Adnyana, 50, di BTN Serongga Permai, Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Kamis (7/12) dinihari sekitar pukul 02.30 Wita. Bahkan, sanggah (pura keluarga) di rumah korban ikut tergerus longsor.
Pekarangan rumah keluarga Dewa Putu Adnyana longsor ke arah timur (bagian belakang), hingga menimbukan tebing sedalam 15 meter. Beruntung, tak ada korban jiwa mauoun terluka dalam bencana longsor ini. Namun, bangunan gudang dan garase motor di rumah korban terjungkal.
Demikian pula sanggah korban yang berisi Palinggih Padmasari dan Palinggih Dugul ikut terjungkal. Padahal, sanggah ini baru rampung dibangun dan belum diupacarai pamelaspas. Rencana semula, sanggah di rumah Dewa Adnyana akan dipelaspas seusai Tumpek Krulut pada Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (16/12) nanti. Namun, sanggat keburu terjungkal akibat longsor.
Kepada NusaBali, korban Dewa Putu Adnyana mengaku sebelum musibah terjadi dinihari kemarin, dirinya sudah bangun tidur sekitar pukul 01.30 Wita. Seperti biasa, Dewa Adnyana kala itu bersiap menjual busung ke Pasar Gianyar. “Tapi, sebelum berangkat ke pasar, ada langganan yang datang membawa barang (busung),” tutur Dewa Adnyana kepada NusaBali di lokasi, Kamis kemarin.
Menurut Dewa Adnyana, selama 1 jam dirinya menurunkan dan menata busung kiriman tersebut di gudang. Usai kemas-kemas, Dewa Adnyana bersiap berangkat ke Pasar Gianyar. Namun, dia belum sempat menghidupkan mesin kendaraan, tiba-tiba mendengar suara gemuruh di belakang rumahnya. Dalam kondisi gelap, Dewa Adnyana berusaha mengecek ke belakang. Ternyata, bagunan gudang berukuran 6 meter x 4 meter dan sanggat di belakang rumah sudah terjugkal akibat longsor. De-mikian pula bangunan garase.
Selain bangunan dan sanggah, beberapa barang-barang berharga juga ikut tergerus longsor, termasuk satu unit TV, sebuah mesin jahit, tiga unit sepeda motor keluaran terbaru (jenis Scoopy, Beat, Vario), dan puluhan ikat busung. Untuk menyelamatkan barang-barang tersebut, Dewa Adnyana harus bertarung nyawa dengan dibantu sejumlah warga.
Dewa Adnyana mengisahkan, hanya bermodalkan tangga bambu, sejumlah warga turun secara estafet ke dasar tebing longsor menaikkan barang-barang yang terjungkal. Sedangkan 3 unit sepeda motor dievakuasi warga secara manual dengan bantuan tali.
Setelah rumahnya longsor, Dewa Adnyana berama keluarganya kini harus mengungsi ke rumah salah satu saudaranya di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. “Kami mengungsi ke rumah saudara di Desa Buruan, karena nggak berani lagi tidur di sini,” keluh istri Dewa Adnyana, yakni Desak Putu Widayani.
Sementara itu, bencana longsor juga terjadi di rumah keluarga I Made Agus Astika ,30 di Banjar Jatiluwih Kawan, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Rabu malam sekitar pukul 23.00 Wita. Dalam bencana ini, Palinggih Taksu ukuran 4 meter x 4 meter milik keluarga Agus Astika terjungkal ke jalan raya jalur Pura Puncak Petali.
Selain menjungkalkan bangunan suci di rumah Agus Astika, longsor tebig setinggi 15 meter dengan panjang 20 meter malam itu juga mengganggu akses jalan menuju Pura Puncak Petali. Hingga Kamis kemarin, material longsoran belum dibersihkan. Karenanya, hanya kendaraan roda dua yang bisa lewat.
Menurut Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, material longsor yang menutupi badan jalan rencananya akan dibersihkan menggunakan alat berat, Jumat (8/12) ini. "Material cukup berat. Selain berupa tanah, ada rumpun pisang dan pohon,” ujar Trisna Widiatmika, Kamis kemarin. *nvi,d
Salah satunya, benacana longsor pekarangan rumah keluarga I Dewa Putu Adnyana, 50, di BTN Serongga Permai, Banjar Serongga Tengah, Desa Serongga, Kecamatan Gianyar, Kamis (7/12) dinihari sekitar pukul 02.30 Wita. Bahkan, sanggah (pura keluarga) di rumah korban ikut tergerus longsor.
Pekarangan rumah keluarga Dewa Putu Adnyana longsor ke arah timur (bagian belakang), hingga menimbukan tebing sedalam 15 meter. Beruntung, tak ada korban jiwa mauoun terluka dalam bencana longsor ini. Namun, bangunan gudang dan garase motor di rumah korban terjungkal.
Demikian pula sanggah korban yang berisi Palinggih Padmasari dan Palinggih Dugul ikut terjungkal. Padahal, sanggah ini baru rampung dibangun dan belum diupacarai pamelaspas. Rencana semula, sanggah di rumah Dewa Adnyana akan dipelaspas seusai Tumpek Krulut pada Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (16/12) nanti. Namun, sanggat keburu terjungkal akibat longsor.
Kepada NusaBali, korban Dewa Putu Adnyana mengaku sebelum musibah terjadi dinihari kemarin, dirinya sudah bangun tidur sekitar pukul 01.30 Wita. Seperti biasa, Dewa Adnyana kala itu bersiap menjual busung ke Pasar Gianyar. “Tapi, sebelum berangkat ke pasar, ada langganan yang datang membawa barang (busung),” tutur Dewa Adnyana kepada NusaBali di lokasi, Kamis kemarin.
Menurut Dewa Adnyana, selama 1 jam dirinya menurunkan dan menata busung kiriman tersebut di gudang. Usai kemas-kemas, Dewa Adnyana bersiap berangkat ke Pasar Gianyar. Namun, dia belum sempat menghidupkan mesin kendaraan, tiba-tiba mendengar suara gemuruh di belakang rumahnya. Dalam kondisi gelap, Dewa Adnyana berusaha mengecek ke belakang. Ternyata, bagunan gudang berukuran 6 meter x 4 meter dan sanggat di belakang rumah sudah terjugkal akibat longsor. De-mikian pula bangunan garase.
Selain bangunan dan sanggah, beberapa barang-barang berharga juga ikut tergerus longsor, termasuk satu unit TV, sebuah mesin jahit, tiga unit sepeda motor keluaran terbaru (jenis Scoopy, Beat, Vario), dan puluhan ikat busung. Untuk menyelamatkan barang-barang tersebut, Dewa Adnyana harus bertarung nyawa dengan dibantu sejumlah warga.
Dewa Adnyana mengisahkan, hanya bermodalkan tangga bambu, sejumlah warga turun secara estafet ke dasar tebing longsor menaikkan barang-barang yang terjungkal. Sedangkan 3 unit sepeda motor dievakuasi warga secara manual dengan bantuan tali.
Setelah rumahnya longsor, Dewa Adnyana berama keluarganya kini harus mengungsi ke rumah salah satu saudaranya di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. “Kami mengungsi ke rumah saudara di Desa Buruan, karena nggak berani lagi tidur di sini,” keluh istri Dewa Adnyana, yakni Desak Putu Widayani.
Sementara itu, bencana longsor juga terjadi di rumah keluarga I Made Agus Astika ,30 di Banjar Jatiluwih Kawan, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Rabu malam sekitar pukul 23.00 Wita. Dalam bencana ini, Palinggih Taksu ukuran 4 meter x 4 meter milik keluarga Agus Astika terjungkal ke jalan raya jalur Pura Puncak Petali.
Selain menjungkalkan bangunan suci di rumah Agus Astika, longsor tebig setinggi 15 meter dengan panjang 20 meter malam itu juga mengganggu akses jalan menuju Pura Puncak Petali. Hingga Kamis kemarin, material longsoran belum dibersihkan. Karenanya, hanya kendaraan roda dua yang bisa lewat.
Menurut Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, material longsor yang menutupi badan jalan rencananya akan dibersihkan menggunakan alat berat, Jumat (8/12) ini. "Material cukup berat. Selain berupa tanah, ada rumpun pisang dan pohon,” ujar Trisna Widiatmika, Kamis kemarin. *nvi,d
Komentar