Hari Ini, Festival Antikorupsi
Lapangan Puputan dipilih agar semangat pemberantasan korupsi di Indonesia serupa dengan semangat yang bergelora saat perang Puputan pada tahun 1906.
Digelar di Lapangan Puputan Badung
DENPASAR, NusaBali
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memilih Kota Denpasar sebagai tempat menggelar acara puncak Festival Antikorupsi 2017 yang bakal berlangsung di Lapangan Puputan Badung, Denpasar, Sabtu (9/12) hari ini. ‘Puputan! Lawan Korupsi’ menjadi tema yang digadang-gadang dalam perayaan Hari Antikorupsi sedunia yang jatuh setiap 9 Desember.
Berbagai acara akan digelar pada festival kali ini, diantaranya pameran foto, pemutaran film antikorupsi, penampilan teater, musikalisasi puisi, dan konser musik. Sebanyak 16 komunitas berkolaborasi dengan KPK diantaranya Manikaya Kauci, Kampung Puisi Jati Jagat, Lingkara Photography, SAMAS Bali, Konsorsium Komunitas Pemerintah Kota Denpasar, Akar Rumput dan RDS, Bintang Gana, Seni Lawan Korupsi, Luden House, AJI Denpasar, Ruang Asah Tukad Abu, Plasticology, Sanggar Purbacaraka Universitas Udayana, Komunitas Djamur, Komunitas Pojok, dan Rumah Sanur.
Dalam keterangan release dari Kabiro Humas KPK Febri Diansyah, pertimbangan menyelenggarakan festival di Lapangan Puputan agar semangat pemberantasan korupsi di Indonesia serupa dengan semangat yang bergelora saat perang Puputan pada tahun 1906. “Puputan diangkat sebagai tema acara untuk merepresentasikan semangat, kesediaan, kerelaan, tanpa pamrih, pengorbanan dalam perjuangan melawan korupsi,” terang Febri dalam rilis Jumat (8/12).
Mengawali Festival Hari Antikorupsi, Jumat (8/12) kemarin, bertempat di Rumah Kreatif Sanur, KPK mengadakan diskusi tentang korupsi dan mini konser album kompilasi untuk menyerukan melawan korupsi di Tanah Air dan dunia. Dalam diskusi dihadirkan pemateri Marsello Lolot Ariafara (vokalis The Hydrant), Komang Arya Ganaris (Direktur Manikaya Kauci Foundation), serta Freddy Reynaldo Hutagaol (Spesialis Kerjasama Direktorat Pembinaan Kerja Antar Komisi dan Instansi KPK). Diskusi dipandu oleh Made Marlowe Bandem.
Menurut Freddy dari KPK, memahami korupsi di Tanah Air secara sederhana bisa diartikan sebagai mengambil yang bukan haknya untuk kepentingan pribadi yang merugikan masyarakat luas. “Gerakan anti korupsi yang dilakukan masyarakat itu sudah seharusnya menjadi agenda bersama. Jangan dianggap korupsi itu hanya masalah hukum dan politik. Kenapa sekolah mahal, sembako mahal, mungkin saja itu juga ada indikasi mengarah ke sana (korupsi),” ujarnya.
Freddy mengatakan, korupsi dalam bahasa dan pengertian yang rumit harus disederhanakan lagi bahasanya agar dimengerti dan dipahami oleh masyarakat awam. “Komunitas yang bergerak di bidang kreatif, kesenian, dan kebudayaan ini penting, karena paham korupsi itu tidak instan. Sehingga perlu menerjemahkan ke bahasa yang lebih sederhana untuk mengartikan korupsi. Misalnya, berani jujur itu hebat. Kami yakin, budaya-budaya lokal punya cara tersendiri menyederhanakan bahasa itu,” tandasnya. *ind
1
Komentar