Desak Kari Sempat Ditangkap Belanda Saat Hamil untuk Pancing Suami
Saat ini, jenazah Desak Puti Kari yang notebene ibu kandung mantan Ketua DPD I Golkar Bali I Gusti Ngurah Alit Yudha masih disemayamkan di Hotel Bali Mulia, Jalan Nangka Selatan Denpasar, sembari menunggu dewasa ayu untuk palebon
Istri Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai Meninggal di Usia 92 Tahun karena Infeksi Paru-paru
DENPASAR, NusaBali
Kabar duka datang dari keluarga besar pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai. Istri dari pahlawan nasional asal Puri Carangsari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung, yakni Desak Putu Kari, 92, meninggal dunia dalam perawatan di RS Sanglah, Denpasar, Minggu (10/12) subuh. Semasa perang mempertahankan kemerdekaan RI, Desak Putu Kari sempat dipenjara tentara Belanda dalam kondisi hamil, untuk memancing agar I Gustu Ngurah Rai menyerahkan diri.
Desak Putu Kari meregang nyawa akibat digerogoti penyakit pneumonia (infeksi paru-paru). Sebelum menghembuskan napas terakhir, Minggu subuh pukul 05.00 Wita, perempuan sepuh berusia 92 tahun ini sempat selama tiga hari menjalani perawatan di Ruang Sandat Wing Amerta, RS Sanglah. Menurut Kasubbag Humas RS Sanglah, Dewa Ketut Kresna, Desak Kari masuk rumah sakit sejak Kamis (7/12) sore pukul 16.00 Wita dengan diagnosa pneumonia.
"Beliau (Desak Kari) dirawat di Wing Amerta. Dokter yang merawatnya adalah dr Suka Aryana. Ada juga beberapa dokter penyakit dalam yang merawat, di antaranya, spesialis paru dan geriatri," terang Dewa Kresna saat dikonfirmasi NusaBali kemarin.
Menurut Dewa Kresna, pasien Desak Kari dalam keadaan tenang. Tim medis RS Sanglah juga telah melakukan perawatan maksimal. Namun, selama perawatan, Desak Kari mengalami doc decrease of condition atau penurunan kondisi. “Almarhum meninggalnya tadi pagi (kemarin) pukul 05.00 Wita. Jenazah almarhum ini sudah diambil pihak keluarga,” tandas Dewa Kresna.
Jenazah almarhum Desak Kari saat ini disemayamkan di rumah duka yakni Hotel Bali Mulia, Jalan Nangka Selatan Denpasar kawasan Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Pantauan NusaBali, beberapa personel TNI tampak ikut melayat ke rumah duka kemarin. Beberapa personel TNI berjaga di depan hotel. Sementara keluarga serta cucu dan cicitnya dengan setia menunggui jenazah sembari menerima setiap pelayat yang datang.
Almarhum Desak Kari berpulang buat selamanya dengan meninggalkan 7 anak dari dua kali pernikahannya, 15 cucu, dan puluhan cicit. Tiga putranya merupakan buah pernikahan dengan mendiang pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, yakni I Gusti Ngurah Gede Yudana, I Gusti Ngurah Tantra, dan I Gusti Ngurah Alit Yudha---tokoh Puri Carangsari yang mantan Ketua DPD I Golkar Bali.
Setelah 6 tahun kepergian sang pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Desak Kari memutuskan untuk menikah lagi dengan Made Setia Budi. Dari pernikahannya dengan Made Setia Budi, Desak Kari memiliki empat anak, yakni Putu Sari Utami, Made Mulyani, Nyoman Laksana Budi, dan Ketut Bakti Budi.
Menurut keterangan salah satu cucunya, I Gusti Ngurah Agung Daniel Yunanda Yudha, 45 (putra dari I Gusti Ngurah Alit Yudha), kondisi almarhum Desak Putu Kari hingga harus dilarikan ke RS Sanglah, Kamis sore, awalnya karena tidak mau makan sehingga tubuhnya lemas dan kekurangan cairan. Beberapa menantu dan cucunya yang berprofesi sebagai dokter sempat memberikan pertolongan pertama. Namun, karena kondisinya semakin lemah, Desak Kari kemudian dilarikan ke RS Sanglah.
“Menantu dan cucu-cucunya yang dokter sempat coba mau pasangin infus, tapi tidak bisa masuk ke uratnya. Nenek akhirnya dilarikan ke RS Sanglah. Setelah ditangani, menurut dokter, paru-paru beliau mengalami infeksi. Batuk-batuk dan dahaknya tidak bisa keluar. Darahnya kekurangan Oksigen di dalam. Nenek juga ada penyakit jantung, sudah lama, tapi tidak pernah menujukkan gejala,” jelas Daniel Yudha kepada NusaBali di rumah duka, Minggu kemarin.
Setelah dimasukkan infus dan mendapatkan penanganan tim medis di RS Sanglah, kata Daniel Yudha, kondisi Desak Kari sempat membaik hingga dipindah ke Ruang Sandat Wing Amerta. Bahkan hingga keesokan harinya, kondisi Desak Kari tetap bagus. “Namun, kondisi beliau kemudian menurun hingga akhirnya nenghembuskan nafas terakhir, tadi pagi pukul 05.00 Wita,” jelas mantan fungsionaris DPD I Golkar Bali yang hijrah ke Partai NasDem ini.
Desak Putu Kari sendiri pertama kali bertemu I Gusti Ngurah Rai hingga akhirnya menikah dengan sang pahlawan nasional saat pentas Arja di Gianyar. Kala itu, I Gusti Ngurah Rai yang seorang tentara mendapat tugas pertama di Gianyar. Kecantikan dan kepiawaian Desak Kari menjadi penari Arja membuat sang pahlawan jatuh hati, lalu memutuskan untuk menikah. “Di usianya yang sudah sepuh, nenek masih suka menari. Sering juga matembang. Tapi, sejak 5 tahun lalu, nenek agak pikun. Kadang kita tidak diingat sama sekali,” tutur Daniel Yudha.
Daniel Yudha menyebutkan, meski tidak terlibat langsung dalam medan perang, Desak Kari tetap merupakan bagian dari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Sebab, Desak Rai bersama dua putranya kala itu, I Gusti Ngurah Gede Yudana dan I Gusti Ngurah Tantra, yang masih kecil-kecil, pernah diburu tentara Belanda hingga akhirnya dipenjara di Tangi Gianyar---kini menjadi Polres Gianyar. Tujuannya, untuk memancing agar I Gusti Ngurah Rai mau menyerahkan diri.
Sedangkan putra ketiga Desak Rai, I Gusti Ngurah Alit Yudha, kala itu masih dalam kandungan. Desak Kari berusaha menyelamatkan diri dan anak-anaknya saat zaman yang mencekam itu. Sedangkan sang suami, I Gusti Ngurahg Rai, pergi bertempur ke medan perang. Desak Kari harus tegar menerima kenyataan bahwa sang suami pulang hanya tinggal nama. I Gusti Ngurah Rai gugur sebagai kusuma bangsa dalam usia 29 tahun saat perang Puputan Margarana di Tabanan, 20 November 1946. Jenazah sang pahlawan dimakamkan di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung.
Menurut Daniel Yudha, pengalaman-pengalaman masa penjajahan dan perang kemerdekaan terekam betul dalam ingatan Desak Kari. Hal ini kemudian diceritakan kepada cucu dan cicitnya. Bahkan, nilai-nilai perjuangan selalu disisipkan oleh Desak Kari kepada generasi penerusnya. “Doktrinnya adalah jangan pernah merasa kalah. De je kanti kalah, sapih de nyak (Jangankan sampai kalah, seri pun jangan mau, Red). Itu pesan kakek kamu, begitu kata nenek,” kenang kakak dari mantan Ketua HIPMI Bali I Gusti Agung Ayu Trimafo Yudha ini.
Pesan tersebut terus diingat oleh Daniel Yudha sejak kecil hingga dia mengikuti banyak organisasi seperti KNPI, Pemuda Panca Marga, dan hingga partai politik. “Besok, ketika satu detik lagi kamu akan mati, bilang pada dirimu sendiri bahwa kamu masih hidup bertahun-tahun lagi. Hampir ke semua cucunya begitu nenek ngomong,” katanya.
Sementara itu, hingga saat ini belum ditentukan kapan jenazah Desak Putu Kari akan dilaksanakan. Pasalnya, almarhum merupakan istri pejuang dan menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan RI. Menurut Daniel Yudha, hal ini masih dirapatkan dengan keluarga besar, serta meminta petunjuk sulinggih.
“Kami belum memutuskan (palebon). Sebab, nenek memiliki hubungan di dua keluarga, yakni Puri Carangsari dan juga di sini. Begitu juga nanti secara kemiliteran, apakah ada upacara khusus, karena nenek merupakan istri pejuang. Semua masih dirembukkan,” tandas Daniel Yudha. *ind
DENPASAR, NusaBali
Kabar duka datang dari keluarga besar pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai. Istri dari pahlawan nasional asal Puri Carangsari, Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung, yakni Desak Putu Kari, 92, meninggal dunia dalam perawatan di RS Sanglah, Denpasar, Minggu (10/12) subuh. Semasa perang mempertahankan kemerdekaan RI, Desak Putu Kari sempat dipenjara tentara Belanda dalam kondisi hamil, untuk memancing agar I Gustu Ngurah Rai menyerahkan diri.
Desak Putu Kari meregang nyawa akibat digerogoti penyakit pneumonia (infeksi paru-paru). Sebelum menghembuskan napas terakhir, Minggu subuh pukul 05.00 Wita, perempuan sepuh berusia 92 tahun ini sempat selama tiga hari menjalani perawatan di Ruang Sandat Wing Amerta, RS Sanglah. Menurut Kasubbag Humas RS Sanglah, Dewa Ketut Kresna, Desak Kari masuk rumah sakit sejak Kamis (7/12) sore pukul 16.00 Wita dengan diagnosa pneumonia.
"Beliau (Desak Kari) dirawat di Wing Amerta. Dokter yang merawatnya adalah dr Suka Aryana. Ada juga beberapa dokter penyakit dalam yang merawat, di antaranya, spesialis paru dan geriatri," terang Dewa Kresna saat dikonfirmasi NusaBali kemarin.
Menurut Dewa Kresna, pasien Desak Kari dalam keadaan tenang. Tim medis RS Sanglah juga telah melakukan perawatan maksimal. Namun, selama perawatan, Desak Kari mengalami doc decrease of condition atau penurunan kondisi. “Almarhum meninggalnya tadi pagi (kemarin) pukul 05.00 Wita. Jenazah almarhum ini sudah diambil pihak keluarga,” tandas Dewa Kresna.
Jenazah almarhum Desak Kari saat ini disemayamkan di rumah duka yakni Hotel Bali Mulia, Jalan Nangka Selatan Denpasar kawasan Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara. Pantauan NusaBali, beberapa personel TNI tampak ikut melayat ke rumah duka kemarin. Beberapa personel TNI berjaga di depan hotel. Sementara keluarga serta cucu dan cicitnya dengan setia menunggui jenazah sembari menerima setiap pelayat yang datang.
Almarhum Desak Kari berpulang buat selamanya dengan meninggalkan 7 anak dari dua kali pernikahannya, 15 cucu, dan puluhan cicit. Tiga putranya merupakan buah pernikahan dengan mendiang pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, yakni I Gusti Ngurah Gede Yudana, I Gusti Ngurah Tantra, dan I Gusti Ngurah Alit Yudha---tokoh Puri Carangsari yang mantan Ketua DPD I Golkar Bali.
Setelah 6 tahun kepergian sang pahlawan I Gusti Ngurah Rai, Desak Kari memutuskan untuk menikah lagi dengan Made Setia Budi. Dari pernikahannya dengan Made Setia Budi, Desak Kari memiliki empat anak, yakni Putu Sari Utami, Made Mulyani, Nyoman Laksana Budi, dan Ketut Bakti Budi.
Menurut keterangan salah satu cucunya, I Gusti Ngurah Agung Daniel Yunanda Yudha, 45 (putra dari I Gusti Ngurah Alit Yudha), kondisi almarhum Desak Putu Kari hingga harus dilarikan ke RS Sanglah, Kamis sore, awalnya karena tidak mau makan sehingga tubuhnya lemas dan kekurangan cairan. Beberapa menantu dan cucunya yang berprofesi sebagai dokter sempat memberikan pertolongan pertama. Namun, karena kondisinya semakin lemah, Desak Kari kemudian dilarikan ke RS Sanglah.
“Menantu dan cucu-cucunya yang dokter sempat coba mau pasangin infus, tapi tidak bisa masuk ke uratnya. Nenek akhirnya dilarikan ke RS Sanglah. Setelah ditangani, menurut dokter, paru-paru beliau mengalami infeksi. Batuk-batuk dan dahaknya tidak bisa keluar. Darahnya kekurangan Oksigen di dalam. Nenek juga ada penyakit jantung, sudah lama, tapi tidak pernah menujukkan gejala,” jelas Daniel Yudha kepada NusaBali di rumah duka, Minggu kemarin.
Setelah dimasukkan infus dan mendapatkan penanganan tim medis di RS Sanglah, kata Daniel Yudha, kondisi Desak Kari sempat membaik hingga dipindah ke Ruang Sandat Wing Amerta. Bahkan hingga keesokan harinya, kondisi Desak Kari tetap bagus. “Namun, kondisi beliau kemudian menurun hingga akhirnya nenghembuskan nafas terakhir, tadi pagi pukul 05.00 Wita,” jelas mantan fungsionaris DPD I Golkar Bali yang hijrah ke Partai NasDem ini.
Desak Putu Kari sendiri pertama kali bertemu I Gusti Ngurah Rai hingga akhirnya menikah dengan sang pahlawan nasional saat pentas Arja di Gianyar. Kala itu, I Gusti Ngurah Rai yang seorang tentara mendapat tugas pertama di Gianyar. Kecantikan dan kepiawaian Desak Kari menjadi penari Arja membuat sang pahlawan jatuh hati, lalu memutuskan untuk menikah. “Di usianya yang sudah sepuh, nenek masih suka menari. Sering juga matembang. Tapi, sejak 5 tahun lalu, nenek agak pikun. Kadang kita tidak diingat sama sekali,” tutur Daniel Yudha.
Daniel Yudha menyebutkan, meski tidak terlibat langsung dalam medan perang, Desak Kari tetap merupakan bagian dari sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Sebab, Desak Rai bersama dua putranya kala itu, I Gusti Ngurah Gede Yudana dan I Gusti Ngurah Tantra, yang masih kecil-kecil, pernah diburu tentara Belanda hingga akhirnya dipenjara di Tangi Gianyar---kini menjadi Polres Gianyar. Tujuannya, untuk memancing agar I Gusti Ngurah Rai mau menyerahkan diri.
Sedangkan putra ketiga Desak Rai, I Gusti Ngurah Alit Yudha, kala itu masih dalam kandungan. Desak Kari berusaha menyelamatkan diri dan anak-anaknya saat zaman yang mencekam itu. Sedangkan sang suami, I Gusti Ngurahg Rai, pergi bertempur ke medan perang. Desak Kari harus tegar menerima kenyataan bahwa sang suami pulang hanya tinggal nama. I Gusti Ngurah Rai gugur sebagai kusuma bangsa dalam usia 29 tahun saat perang Puputan Margarana di Tabanan, 20 November 1946. Jenazah sang pahlawan dimakamkan di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Badung.
Menurut Daniel Yudha, pengalaman-pengalaman masa penjajahan dan perang kemerdekaan terekam betul dalam ingatan Desak Kari. Hal ini kemudian diceritakan kepada cucu dan cicitnya. Bahkan, nilai-nilai perjuangan selalu disisipkan oleh Desak Kari kepada generasi penerusnya. “Doktrinnya adalah jangan pernah merasa kalah. De je kanti kalah, sapih de nyak (Jangankan sampai kalah, seri pun jangan mau, Red). Itu pesan kakek kamu, begitu kata nenek,” kenang kakak dari mantan Ketua HIPMI Bali I Gusti Agung Ayu Trimafo Yudha ini.
Pesan tersebut terus diingat oleh Daniel Yudha sejak kecil hingga dia mengikuti banyak organisasi seperti KNPI, Pemuda Panca Marga, dan hingga partai politik. “Besok, ketika satu detik lagi kamu akan mati, bilang pada dirimu sendiri bahwa kamu masih hidup bertahun-tahun lagi. Hampir ke semua cucunya begitu nenek ngomong,” katanya.
Sementara itu, hingga saat ini belum ditentukan kapan jenazah Desak Putu Kari akan dilaksanakan. Pasalnya, almarhum merupakan istri pejuang dan menjadi bagian dari sejarah kemerdekaan RI. Menurut Daniel Yudha, hal ini masih dirapatkan dengan keluarga besar, serta meminta petunjuk sulinggih.
“Kami belum memutuskan (palebon). Sebab, nenek memiliki hubungan di dua keluarga, yakni Puri Carangsari dan juga di sini. Begitu juga nanti secara kemiliteran, apakah ada upacara khusus, karena nenek merupakan istri pejuang. Semua masih dirembukkan,” tandas Daniel Yudha. *ind
1
Komentar