Pengungsi di Posko Kembangmerta Kerauhan
Empat orang yang kerauhan semuanya perempuan. Hari ini digelar upacara pecaruan di Posko Kembangmerta, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti.
TABANAN, NusaBali
Dua hari berturut-turut, Kamis (7/12) dan Jumat (8/12), pengungsi yang tinggal di Posko Kembangmerta, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, mengalami kerauhan. Bahkan kerauhan yang sering terjadi pada malam hari itu sampai berteriak-teriak. Atas keanehan tersebut maka diputuskan akan dilaksanakan upacara mapakeling atau mecaru.
Sekretaris Desa Candikuning I Nengah Mudita menerangkan dua hari berturut-turut, Kamis (7/12) dan Jumat (8/12), ada pengungsi kerauhan. Selama dua hari itu ada empat orang pengungsi yang kerauhan, semuanya perempuan. “Terkait peristiwa aneh ini, kami sudah berkoordinasi dengan pihak BPBD Tabanan,” ujarnya, Minggu (10/12).
Dikatakannya, peristiwa kerauhan dua hari berturut itu diperkirakan pertanda supaya dilakukan pecaruan. Sebab tempat yang dipakai mengungsi adalah balai banjar yang notabene tempat musyawarah. Karena sejak awal kedatangan pengungsi belum pernah dilaksanakan pecaruan.
Hasil dari koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan pihak adat dan Desa Candikuning, disepakati akan dilaksanakan pakeling dan upacara mecaru. “Rencananya besok (Soma Kliwon Krulut atau Senin hari ini) akan melakukan pecaruan,” tutur Mudita.
Sementara itu, Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita membenarkan adanya keanehan itu. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Perbekel Candikuning dan Bendesa Adat Kembangmerta, diputuskan akan dilakukan upacara pecaruan. “Ini sudah dibicarakan, dan Senin (hari ini) sekitar pukul 16.00 Wita akan dilaksanakan pecaruan,” ucap Sucita.
Untuk saat ini jumlah pengungsi yang ada di Posko Kembangmerta sebanyak 308 jiwa. Pengungsi yang ada di Kembangmerta mayoritas berasal dari Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB).
Sejak erupsi Gunung Agung yang pertama, pengungsi di Posko Kembangmerta belum ada yang pulang kampung meskipun status Gunung Agung sempat diturunkan dari awas menjadi siaga. “Jumlah pengungsi di Kembangmerta terbanyak disbanding kecamatan lain di Tabanan. Total pengungsi di Kabupaten Tabanan saat ini berjumlah 676 jiwa,” tandas Sucita. *d
Sekretaris Desa Candikuning I Nengah Mudita menerangkan dua hari berturut-turut, Kamis (7/12) dan Jumat (8/12), ada pengungsi kerauhan. Selama dua hari itu ada empat orang pengungsi yang kerauhan, semuanya perempuan. “Terkait peristiwa aneh ini, kami sudah berkoordinasi dengan pihak BPBD Tabanan,” ujarnya, Minggu (10/12).
Dikatakannya, peristiwa kerauhan dua hari berturut itu diperkirakan pertanda supaya dilakukan pecaruan. Sebab tempat yang dipakai mengungsi adalah balai banjar yang notabene tempat musyawarah. Karena sejak awal kedatangan pengungsi belum pernah dilaksanakan pecaruan.
Hasil dari koordinasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dengan pihak adat dan Desa Candikuning, disepakati akan dilaksanakan pakeling dan upacara mecaru. “Rencananya besok (Soma Kliwon Krulut atau Senin hari ini) akan melakukan pecaruan,” tutur Mudita.
Sementara itu, Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita membenarkan adanya keanehan itu. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Perbekel Candikuning dan Bendesa Adat Kembangmerta, diputuskan akan dilakukan upacara pecaruan. “Ini sudah dibicarakan, dan Senin (hari ini) sekitar pukul 16.00 Wita akan dilaksanakan pecaruan,” ucap Sucita.
Untuk saat ini jumlah pengungsi yang ada di Posko Kembangmerta sebanyak 308 jiwa. Pengungsi yang ada di Kembangmerta mayoritas berasal dari Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB).
Sejak erupsi Gunung Agung yang pertama, pengungsi di Posko Kembangmerta belum ada yang pulang kampung meskipun status Gunung Agung sempat diturunkan dari awas menjadi siaga. “Jumlah pengungsi di Kembangmerta terbanyak disbanding kecamatan lain di Tabanan. Total pengungsi di Kabupaten Tabanan saat ini berjumlah 676 jiwa,” tandas Sucita. *d
1
Komentar