Gubernur Habis-habisan Propaganda Gunung Agung
Gubernur Made Mangku Pastika berupaya habis-habisan menyampaikan kepada dunia bahwa Bali aman dikunjungi, menyusul terpuruknya kondisi pariwisata akibat dampak erupsi Gunung Agung di Karangasem.
DENPASAR, NusaBali
Gubernur Pastika pun kumpulkan komponen pariwisata untuk diajak dialog, Selasa (12/12) siang. Dalam acara dialog dengan komponen pariwisata di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kemarin, Gubernur Pastika didampingi Kadis Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Yuniartha, Kadis Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha. Sedangkan berbagai elemen yang hadir, antara lain, PHRI, ASITA, AMPB, BTB, dan perwakilan ITDC Nusa Dua. Tokoh pariwisata yang mantan Ketua Kadin Bali, I Gede Wiratha, juga hadir.
Dialog kemarin dipandu oleh Ketua AMPB (Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali), I Gusti Kade Sutawa. Berbagai aspirasi muncul dalam dialog yang berlangsung selama 3 jam sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita tersebut. Termasuk di antaranya aspirasi soal informasi kondisi Gunung Agung yang sebenarnya tidak pernah valid di mata negara asal wisatawan.
Kemudian, masalah penanganan secara pasti terhadap turis yang telantar di Bali saat penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban juga menjadi pembicaraan serius. Dalam dialog kemarin, juga muncul aspirasi supaya Pemprov Bali menyiapkan Pusat Kirisis Bencana Alam. ”Perlu adanya Crisis Centre dengan standar operasi yang jelas. Kemudian, penyampaian informasi yang valid kepada masyarakat dan dunia tentang kondisi Bali,” ujar I Gusti Kade Sutawa.
Kade Sutawa juga menyampaikan kepada Gubernur Bali agar melobi pemerintah pusat, supaya menarik pelaksanaan event MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) ke Bali. Event MICE ini diyakini bisa mengembalikan citra bahwa Bali layak dikunjungi. “Kita berharap berbagai MICE yang diselenggarakan pemerintah pusat supaya ditarik ke Bali, sehingga citra Pulau Dewata tetap aman dikunjungi, diketahui dunia internasional,” katanya.
Gerakan skala-niskala juga akan dilakukan untuk pemulihan pariwisata Bali ke depan. Upaya niskala yang rencananya dilakukan, antara lain, persembahyangan bersama di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang saat rahina Tumpek Krulut pada Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (16/12) nanti. Ini sesuai ajakan Gubernur Pastika saat hearing dengan DPRD Bali di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Senin (11/12) lalu.
Sedangkan upaya secara sekala, antara lain, akan dilakukan gala dinner dengan mengundang masyarakat dan wisatawan asing di Bounty Cruise, yang disponsori I Gede Wiratha, Minggu (17/12) depan. “Nanti awak media silahkan datang, kami meminta teman-teman media bisa menyampaikan kondisi Bali yang sebenarnya kepada dunia,” ujar Kade Sutawa yang kemarin didampingi Gede Wiratha.
Sementara itu, Gubernur Pastika menyampaikan bahwa dalam kondisi Gunung Agung berstatus Awas, hanya 22 desa di Karangasem yang dinyatakan berbahaya. Desa-desa ini masuk dalam radius 8 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. “Di Karangasem, ada 78 desa. Jadi, ada 56 desa yang kondisinya normal. Kalau Bali secara keseluruhan aman. Ini sekali lagi yang berstatus awas itu hanya 22 desa dalam radius 8 kilometer,” ujar Pastika dalam keterangan persnya berbahasa Inggris seusai acara dialog kemarin.
Pastika menegaskan, jangan sampai terjadi salah pengertian soal status Awas Gunung Agung dan kondisi Bali. Makanya, peran media sangat penting. “Jangan sampai ada salah mengerti di sini. Minta tolong ini media supaya bantu kami. Kalian yang menyampaikan kepada dunia bahwa Bali aman dikunjungi. Hanya 22 desa yang status awas, tidak seluruh Bali,” pinta Gubernur yang mantan Kapolda Bali ini.
Menurut Pastika, Bali hanya kena masalah kalau bandara tutup karena abu vulkanik. Dan, itu pun tergantung dengan arah angin yang berhembus. “Saya jamin tidak akan ada korban jiwa, kecuali kalau ada yang ngotot berada di radius 8 kilometer. Kalau tidak ngotot, ya nggak berbahaya,” tegas Pastika.
Pastika juga menyayangkan adanya salah pengertian dari kalangan masyarakat yang menyebutkan wisatawan di Bali dapat menginap gratis selama sehari dalam kondisi erupsi Gunung Agung. “Jangan salah mengerti. Yang dimaksud itu wisatawan yang telantar, jangan semuanya minta gratis. Ada itu 3 pemilik hotel yang sudah menanggung menginap wisatawan yang telantar akibat bandara tutup selama sehari.”
Pastika juga menegaskan, Pemprov Bali sudah menyiapkan dana bencana alam sebesar Rp 30 miliar untuk antisipasi erupsi Gunung Agung. Jumlah dananya naik 6 kali lipat dari semula hanya Rp 5 miliar. “Dana bencana Rp 30 miliar itu sudah disahkan dalam APBD Bali,” ujar Gubernur Bali asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini. *nat
Gubernur Pastika pun kumpulkan komponen pariwisata untuk diajak dialog, Selasa (12/12) siang. Dalam acara dialog dengan komponen pariwisata di Kantor Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa kemarin, Gubernur Pastika didampingi Kadis Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Yuniartha, Kadis Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha. Sedangkan berbagai elemen yang hadir, antara lain, PHRI, ASITA, AMPB, BTB, dan perwakilan ITDC Nusa Dua. Tokoh pariwisata yang mantan Ketua Kadin Bali, I Gede Wiratha, juga hadir.
Dialog kemarin dipandu oleh Ketua AMPB (Aliansi Masyarakat Pariwisata Bali), I Gusti Kade Sutawa. Berbagai aspirasi muncul dalam dialog yang berlangsung selama 3 jam sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga siang pukul 12.00 Wita tersebut. Termasuk di antaranya aspirasi soal informasi kondisi Gunung Agung yang sebenarnya tidak pernah valid di mata negara asal wisatawan.
Kemudian, masalah penanganan secara pasti terhadap turis yang telantar di Bali saat penutupan Bandara Internasional Ngurah Rai Tuban juga menjadi pembicaraan serius. Dalam dialog kemarin, juga muncul aspirasi supaya Pemprov Bali menyiapkan Pusat Kirisis Bencana Alam. ”Perlu adanya Crisis Centre dengan standar operasi yang jelas. Kemudian, penyampaian informasi yang valid kepada masyarakat dan dunia tentang kondisi Bali,” ujar I Gusti Kade Sutawa.
Kade Sutawa juga menyampaikan kepada Gubernur Bali agar melobi pemerintah pusat, supaya menarik pelaksanaan event MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) ke Bali. Event MICE ini diyakini bisa mengembalikan citra bahwa Bali layak dikunjungi. “Kita berharap berbagai MICE yang diselenggarakan pemerintah pusat supaya ditarik ke Bali, sehingga citra Pulau Dewata tetap aman dikunjungi, diketahui dunia internasional,” katanya.
Gerakan skala-niskala juga akan dilakukan untuk pemulihan pariwisata Bali ke depan. Upaya niskala yang rencananya dilakukan, antara lain, persembahyangan bersama di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang saat rahina Tumpek Krulut pada Saniscara Kliwon Krulut, Sabtu (16/12) nanti. Ini sesuai ajakan Gubernur Pastika saat hearing dengan DPRD Bali di Gedung Dewan, Niti Mandala Denpasar, Senin (11/12) lalu.
Sedangkan upaya secara sekala, antara lain, akan dilakukan gala dinner dengan mengundang masyarakat dan wisatawan asing di Bounty Cruise, yang disponsori I Gede Wiratha, Minggu (17/12) depan. “Nanti awak media silahkan datang, kami meminta teman-teman media bisa menyampaikan kondisi Bali yang sebenarnya kepada dunia,” ujar Kade Sutawa yang kemarin didampingi Gede Wiratha.
Sementara itu, Gubernur Pastika menyampaikan bahwa dalam kondisi Gunung Agung berstatus Awas, hanya 22 desa di Karangasem yang dinyatakan berbahaya. Desa-desa ini masuk dalam radius 8 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. “Di Karangasem, ada 78 desa. Jadi, ada 56 desa yang kondisinya normal. Kalau Bali secara keseluruhan aman. Ini sekali lagi yang berstatus awas itu hanya 22 desa dalam radius 8 kilometer,” ujar Pastika dalam keterangan persnya berbahasa Inggris seusai acara dialog kemarin.
Pastika menegaskan, jangan sampai terjadi salah pengertian soal status Awas Gunung Agung dan kondisi Bali. Makanya, peran media sangat penting. “Jangan sampai ada salah mengerti di sini. Minta tolong ini media supaya bantu kami. Kalian yang menyampaikan kepada dunia bahwa Bali aman dikunjungi. Hanya 22 desa yang status awas, tidak seluruh Bali,” pinta Gubernur yang mantan Kapolda Bali ini.
Menurut Pastika, Bali hanya kena masalah kalau bandara tutup karena abu vulkanik. Dan, itu pun tergantung dengan arah angin yang berhembus. “Saya jamin tidak akan ada korban jiwa, kecuali kalau ada yang ngotot berada di radius 8 kilometer. Kalau tidak ngotot, ya nggak berbahaya,” tegas Pastika.
Pastika juga menyayangkan adanya salah pengertian dari kalangan masyarakat yang menyebutkan wisatawan di Bali dapat menginap gratis selama sehari dalam kondisi erupsi Gunung Agung. “Jangan salah mengerti. Yang dimaksud itu wisatawan yang telantar, jangan semuanya minta gratis. Ada itu 3 pemilik hotel yang sudah menanggung menginap wisatawan yang telantar akibat bandara tutup selama sehari.”
Pastika juga menegaskan, Pemprov Bali sudah menyiapkan dana bencana alam sebesar Rp 30 miliar untuk antisipasi erupsi Gunung Agung. Jumlah dananya naik 6 kali lipat dari semula hanya Rp 5 miliar. “Dana bencana Rp 30 miliar itu sudah disahkan dalam APBD Bali,” ujar Gubernur Bali asal Desa Sanggalangit, Kecamatan Gerokgak, Buleleng ini. *nat
Komentar