Diterjang Angin, Rumah Rata Tanah
Rumah yang rata tanah sudah diajukan untuk mendapat bantuan bedah rumah, tetapi belum ada realisasi. Saat kejadian, bayi 6 bulan dan seorang kakek untungnya sedang di luar rumah.
TABANAN, NusaBali
Bangunan semi permanen milik I Nengah Winarta, 35, warga Banjar Asah Tegeh, Desa Karya Sari, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ambruk pada Selasa (12/12) pagi. Bangunan yang terdiri dari kamar tidur dan dapur itu ambruk akibat diterjang hujan deras disertai angin kencang. Meskipun tidak ada korban jiwa, tetapi perabotan rumah hancur dan pecah.
Informasi yang dihimpun, rumah ambruk terjadi Selasa sekitar pukul 08.00 Wita. Saat itu wilayah Pupuan dilanda hujan deras disertai angin kencang. Bangunan semi permanen itu ambruk diduga karena usia bangunan sudah lama. Untung saja tidak ada penghuni saat kejadian karena sudah ditinggal berkebun dan ke sekolah.
Namun perabotan rumah tangga Nengah Winarta hancur berantakan, begitu pula tempat tidurnya hancur tidak bisa dipakai. Tetapi masih ada bangunan satu unit yang bisa dipergunakan untuk tidur sementara waktu.
Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika seizin Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita, menjelaskan bangunan roboh diakibatkan angin kencang dan hujan deras yang melanda Pupuan, Selasa pagi. Di samping itu karena kondisi bangunan semi permanen sehingga mudah ambruk bahkan sampai rata dengan tanah. “Bangunan itu terdiri dari tempat tidur dan dapur,” ungkapnya.
Dikatakannya, akibat peristiwa itu seluruh perabotan dan pakaian Nengah Winarta hancur karena tertimbun reruntuhan. Pasokan logistik juga ikut tertimbun. “Buat sementara mereka sekeluarga akan tidur di bangunan miliknya yang ukurannya lebih kecil,” kata Trisna.
Trisna menuturkan saat ini BPBD dan Dinas Sosial Tabanan telah membantu keperluan logistik berupa beras, makanan, selimut, serta keperluan perabotan rumah tangga. Selain karena tertimpa musibah bencana, pemilik bangunan dikategorikan keluarga kurang mampu. “Anggota saya sudah ke lapangan mengirim bantuan keperluan logistik dari BPBD dan Dinas Sosial,” bebernya.
Diakui Trisna, informasi bangunan roboh itu dilaporkan pertama kali oleh seorang warga ke BPBD Tabanan. Kemudian ditindaklanjuti oleh 10 anggota TRC yang turun ke lapangan melakukan evakuasi bersama dengan warga. Evakuasi yang dimaksud menyingkirkan puing-puing bangunan dan menyelamatkan perabotan yang tidak pecah akibat tertimbun reruntuhan. “Setelah kami cek, untuk kerugian diperkirakan mencapai Rp 40 juta,” ucap Trisna.
Untuk sementara, menurut Trisna, pihaknya hanya mengecek kerugian, terkait dengan pembangunan masih menunggu anggaran. “Yang terpenting usulan proposal perbaikan rumah karena bencana sudah dibuat oleh desa dan disetorkan ke BPBD Tabanan. BPBD tinggal memverifikasi ke lapangan dan dicatat, jika sudah ada anggaran akan terealisasi,” tuturnya.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Asah Tegeh I Wayan Muliastra mengungkapkan, keluarga yang memiliki rumah roboh ini termasuk keluarga kurang mampu. Ada satu kepala keluarga (KK) dengan jumlah 5 jiwa. “Untuk sementara mereka tidur di bangunan kecil milik Nengah Winarta,” ujarnya.
Hal ini dikarenakan bangunan dengan ukuran 6 meter x 5 meter yang terdiri dari tempat tidur dan dapur sudah tidak bisa difungsikan karena sudah rata dengan tanah. “Dalam satu bangunan itu mereka tidur berlima karena ada sekat-sekat,” jelas Muliastra.
Menurut Winarta saat peristiwa terjadi tidak ada penghuni karena pemilik ada yang bekerja ke sawah dan ke sekolah. Bayi Nengah Winarta yang berusia 6 bulan untungnya diajak pergi keluar oleh ibunya. Sementara ayah Nengah Winarta, I Ketut Gunuk yang biasanya di kamar kebetulan sedang keluar rumah memperbaiki sabit. “Bersyukur sekali tidak ada korban jiwa, dan aktivitas dapur sudah selesai,” ungkapnya.
Sebenarnya rumah milik Nengah Winarta sudah sering diajukan untuk memperoleh bantuan bedah rumah. Baik diajukan ke provinsi maupun di kabupaten, tetapi belum terealisasi hingga sekarang. “Bahkan rumah ini pun sudah ada di data RTM (rumah tangga miskin) 2018. Mudah-mudahan tahun 2018 terealisasi,” kata Muliastra sembari menyebutkan keluarga ini bekerja sebagai petani. *d
Bangunan semi permanen milik I Nengah Winarta, 35, warga Banjar Asah Tegeh, Desa Karya Sari, Kecamatan Pupuan, Tabanan, ambruk pada Selasa (12/12) pagi. Bangunan yang terdiri dari kamar tidur dan dapur itu ambruk akibat diterjang hujan deras disertai angin kencang. Meskipun tidak ada korban jiwa, tetapi perabotan rumah hancur dan pecah.
Informasi yang dihimpun, rumah ambruk terjadi Selasa sekitar pukul 08.00 Wita. Saat itu wilayah Pupuan dilanda hujan deras disertai angin kencang. Bangunan semi permanen itu ambruk diduga karena usia bangunan sudah lama. Untung saja tidak ada penghuni saat kejadian karena sudah ditinggal berkebun dan ke sekolah.
Namun perabotan rumah tangga Nengah Winarta hancur berantakan, begitu pula tempat tidurnya hancur tidak bisa dipakai. Tetapi masih ada bangunan satu unit yang bisa dipergunakan untuk tidur sementara waktu.
Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika seizin Kepala BPBD Tabanan I Gusti Ngurah Made Sucita, menjelaskan bangunan roboh diakibatkan angin kencang dan hujan deras yang melanda Pupuan, Selasa pagi. Di samping itu karena kondisi bangunan semi permanen sehingga mudah ambruk bahkan sampai rata dengan tanah. “Bangunan itu terdiri dari tempat tidur dan dapur,” ungkapnya.
Dikatakannya, akibat peristiwa itu seluruh perabotan dan pakaian Nengah Winarta hancur karena tertimbun reruntuhan. Pasokan logistik juga ikut tertimbun. “Buat sementara mereka sekeluarga akan tidur di bangunan miliknya yang ukurannya lebih kecil,” kata Trisna.
Trisna menuturkan saat ini BPBD dan Dinas Sosial Tabanan telah membantu keperluan logistik berupa beras, makanan, selimut, serta keperluan perabotan rumah tangga. Selain karena tertimpa musibah bencana, pemilik bangunan dikategorikan keluarga kurang mampu. “Anggota saya sudah ke lapangan mengirim bantuan keperluan logistik dari BPBD dan Dinas Sosial,” bebernya.
Diakui Trisna, informasi bangunan roboh itu dilaporkan pertama kali oleh seorang warga ke BPBD Tabanan. Kemudian ditindaklanjuti oleh 10 anggota TRC yang turun ke lapangan melakukan evakuasi bersama dengan warga. Evakuasi yang dimaksud menyingkirkan puing-puing bangunan dan menyelamatkan perabotan yang tidak pecah akibat tertimbun reruntuhan. “Setelah kami cek, untuk kerugian diperkirakan mencapai Rp 40 juta,” ucap Trisna.
Untuk sementara, menurut Trisna, pihaknya hanya mengecek kerugian, terkait dengan pembangunan masih menunggu anggaran. “Yang terpenting usulan proposal perbaikan rumah karena bencana sudah dibuat oleh desa dan disetorkan ke BPBD Tabanan. BPBD tinggal memverifikasi ke lapangan dan dicatat, jika sudah ada anggaran akan terealisasi,” tuturnya.
Sementara itu, Kelian Dinas Banjar Asah Tegeh I Wayan Muliastra mengungkapkan, keluarga yang memiliki rumah roboh ini termasuk keluarga kurang mampu. Ada satu kepala keluarga (KK) dengan jumlah 5 jiwa. “Untuk sementara mereka tidur di bangunan kecil milik Nengah Winarta,” ujarnya.
Hal ini dikarenakan bangunan dengan ukuran 6 meter x 5 meter yang terdiri dari tempat tidur dan dapur sudah tidak bisa difungsikan karena sudah rata dengan tanah. “Dalam satu bangunan itu mereka tidur berlima karena ada sekat-sekat,” jelas Muliastra.
Menurut Winarta saat peristiwa terjadi tidak ada penghuni karena pemilik ada yang bekerja ke sawah dan ke sekolah. Bayi Nengah Winarta yang berusia 6 bulan untungnya diajak pergi keluar oleh ibunya. Sementara ayah Nengah Winarta, I Ketut Gunuk yang biasanya di kamar kebetulan sedang keluar rumah memperbaiki sabit. “Bersyukur sekali tidak ada korban jiwa, dan aktivitas dapur sudah selesai,” ungkapnya.
Sebenarnya rumah milik Nengah Winarta sudah sering diajukan untuk memperoleh bantuan bedah rumah. Baik diajukan ke provinsi maupun di kabupaten, tetapi belum terealisasi hingga sekarang. “Bahkan rumah ini pun sudah ada di data RTM (rumah tangga miskin) 2018. Mudah-mudahan tahun 2018 terealisasi,” kata Muliastra sembari menyebutkan keluarga ini bekerja sebagai petani. *d
1
Komentar