Ambil Benang Tridatu di Puncak Gunung Agung
Jro Mangku Mokoh Nekat Mendaki Gunung Agung dalam Kondisi Erupsi
AMLAPURA, NusaBali
Kendati Gunung Agung sedang erupsi, ada saja orang yang nekat mendaki gunung tertinggi di Bali ini. Salah satunya, Jro Mangku Mokoh, 71, tokoh spiritual asal Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Jro Mangku Mokoh naik ke puncak Gunung Agung, Kamis (13/12) malam, untuk mohon air suci dan mengambil benang Tridatu.
Jro Mangku Mokoh mendaki Gunung Agung, Rabu malam sekitar pukul 22.00 Wita, melalui jalur Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Jro Mangku Mokoh yang ditemani adik iparnya tiba di kawah puncak Gunung Agung, Kamis (14/12) pagi pukul 06.30 Wita.
Tokoh spiritual ini berada di puncak Gunung Agung selama 2 jam, hingga pukul 08.00 Wita. Setelah mendapatkan air suci dan benang Tridatu, serta sempat mengamati kawah Gunung Agung, Jro Mangku Mokoh turun kembal dari puncak gunung setinggi 3.031 di atas permukaan laut (Dpl) tersebut.
Menurut Jro Mangku Mokoh, dirinya nekat naik ke puncak Gunung Agung untuk mohon air suci (tirtha) dan mengambil kembali benang Tridatu. Air suci dia ambil di lereng Gunung Agung, berupa tetesan air dari tebing.
“Tujuan mendaki hanya untuk mengambil air suci dan mengambil kembali benang tridatu yang dulu saya taruh di puncak Gunung Agung saat Hari Raya Galungan,” jelas Jro Mangku Mokoh dalam keterangan pers di rumahnya kawasan Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kamis siang.
Bagi Jro Mangku Mokoh, ini untuk kedelapan kalinya mendaki puncak Gunung Agung. Terakhir, tokoh spiritual ini mendaki puncak Gunung Agung tepat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan, Rabu, 1 November 2017 lalu, ketika Gunung Agung sudah berstatus Awas.
Ketika mendaki saat Hari Raya Galungan tersebut, Jro Mangku Mokoh melakukan upacara ritual khusus dan sekaligus menaruh satu ikat benang Tridatu di puncak Gunung Agung. Dia pun berjanji akan mendaki lagi Gunung Agung 42 hari pasca Galungan. Maka, dia pun memenuhi janjinya dengan mendaki lagi, Rabu, 13 Desember 2017 malam.
Jro Mangku Mokoh membutuhkan waktu pendakian selama 8,5 jam untuk mencapai puncak Gunung Agung, Kamis pagi pukul 06.30 Wita. Selama 2 jam berada di puncak hingga pukul 08.00 Wita kemarin, Jro Mangku Mokoh sempat merekam kondisi kawah Gunung Agung yang sepenuhnya ditutupi asap putih.
Menurut Jro Mangku Mokoh, tidak ada tercium bau belerang, tidak pula dirasakan ada gempa. Kepulan asap paling banyak muncul tengah kawah Gunung Agung, yang diperkirakan mencapai 200 titik. “Anehnya, saya tidak mendengar suara gemuruh seperti yang terjadi belakangan ini. Saya juga tidak menyaksikan letusan, hanya sesekali merasakan adanya getaran kecil terus menerus,” ungkap tokoh spiritual berusia 71 tahun ini.
Jro Mangku Mokoh memaparkan, pendakian Gunung Agung yang dilakukannya Rabu malam hingga Kamis pagi, jauh lebih sulit dari biasanya, karena semua jalur pendakian tertutup abu vulkanik. Itu sebabnya, dia membutuhkan waktu hingga 8,5 jam untuk tiba di puncak. “Saya rencananya akan kembali mendaki puncak Gunung Agung, dua minggu lagi, untuk tujuan spiritual,” jelas ayah tiga anak ini. *k16
Kendati Gunung Agung sedang erupsi, ada saja orang yang nekat mendaki gunung tertinggi di Bali ini. Salah satunya, Jro Mangku Mokoh, 71, tokoh spiritual asal Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Jro Mangku Mokoh naik ke puncak Gunung Agung, Kamis (13/12) malam, untuk mohon air suci dan mengambil benang Tridatu.
Jro Mangku Mokoh mendaki Gunung Agung, Rabu malam sekitar pukul 22.00 Wita, melalui jalur Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem. Jro Mangku Mokoh yang ditemani adik iparnya tiba di kawah puncak Gunung Agung, Kamis (14/12) pagi pukul 06.30 Wita.
Tokoh spiritual ini berada di puncak Gunung Agung selama 2 jam, hingga pukul 08.00 Wita. Setelah mendapatkan air suci dan benang Tridatu, serta sempat mengamati kawah Gunung Agung, Jro Mangku Mokoh turun kembal dari puncak gunung setinggi 3.031 di atas permukaan laut (Dpl) tersebut.
Menurut Jro Mangku Mokoh, dirinya nekat naik ke puncak Gunung Agung untuk mohon air suci (tirtha) dan mengambil kembali benang Tridatu. Air suci dia ambil di lereng Gunung Agung, berupa tetesan air dari tebing.
“Tujuan mendaki hanya untuk mengambil air suci dan mengambil kembali benang tridatu yang dulu saya taruh di puncak Gunung Agung saat Hari Raya Galungan,” jelas Jro Mangku Mokoh dalam keterangan pers di rumahnya kawasan Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kamis siang.
Bagi Jro Mangku Mokoh, ini untuk kedelapan kalinya mendaki puncak Gunung Agung. Terakhir, tokoh spiritual ini mendaki puncak Gunung Agung tepat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan, Rabu, 1 November 2017 lalu, ketika Gunung Agung sudah berstatus Awas.
Ketika mendaki saat Hari Raya Galungan tersebut, Jro Mangku Mokoh melakukan upacara ritual khusus dan sekaligus menaruh satu ikat benang Tridatu di puncak Gunung Agung. Dia pun berjanji akan mendaki lagi Gunung Agung 42 hari pasca Galungan. Maka, dia pun memenuhi janjinya dengan mendaki lagi, Rabu, 13 Desember 2017 malam.
Jro Mangku Mokoh membutuhkan waktu pendakian selama 8,5 jam untuk mencapai puncak Gunung Agung, Kamis pagi pukul 06.30 Wita. Selama 2 jam berada di puncak hingga pukul 08.00 Wita kemarin, Jro Mangku Mokoh sempat merekam kondisi kawah Gunung Agung yang sepenuhnya ditutupi asap putih.
Menurut Jro Mangku Mokoh, tidak ada tercium bau belerang, tidak pula dirasakan ada gempa. Kepulan asap paling banyak muncul tengah kawah Gunung Agung, yang diperkirakan mencapai 200 titik. “Anehnya, saya tidak mendengar suara gemuruh seperti yang terjadi belakangan ini. Saya juga tidak menyaksikan letusan, hanya sesekali merasakan adanya getaran kecil terus menerus,” ungkap tokoh spiritual berusia 71 tahun ini.
Jro Mangku Mokoh memaparkan, pendakian Gunung Agung yang dilakukannya Rabu malam hingga Kamis pagi, jauh lebih sulit dari biasanya, karena semua jalur pendakian tertutup abu vulkanik. Itu sebabnya, dia membutuhkan waktu hingga 8,5 jam untuk tiba di puncak. “Saya rencananya akan kembali mendaki puncak Gunung Agung, dua minggu lagi, untuk tujuan spiritual,” jelas ayah tiga anak ini. *k16
Komentar