Nenek 70 Tahun Selamat dari Maut Pasca Tertimpa Bangunan Roboh
Selain Dadong Wayan Sari yang hanya patah tulang ketika tertimbun bangunan roboh akibat diterjang air bah di Desa Penyabangan, ada lagi korban Made Yasa yang selemat dari maut meski sempat terseret banjir sejauh 10 meter.
Keajaiban di Balik Bencana Banjir Bandang yang Terjang Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak
SINGARAJA, NusaBali
Banjir bandang yang menyapu sejumlah titik kawasan Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Sabtu (23/1) sore, menyisakan sederet kisah berbau keajaiban. Salah satunya, kisah seorang nenek berusia 70 tahun yang berhasil lolos dari maut pasca terperangkap di dalam rumahnya yang roboh diamuk air bah.
Nenek yang selamat secara ajaib ini adalah Ni Wayan Sari, 70, korban banjir bandang di Dusun Tri Amertha, Desa Peyabangan, Kecamatan Gerokgak. Pasca selamat dari maut, Dadong (Nenek) Wayan Sari terpaksa dilarikan ke RSUD Buleleng di Kota Singaraja, Minggu (24/1), untuk mendapatkan perawatan. Hingga Senin (25/1), korban Dadong Sari masih dirawat intensif di RSUD Buleleng, karena menderita luka-luka dan patah tulang selangka akibat tertimpa bangunan dapur rumahnya yang ambruk.
Terungkap, korban Dadong Sari selama ini hidup sebatang kara di rumahnya yang ambruk dihantam banjir bandang di kawasan Dusun Tri Amertha, Desa Peyabangan. Sebelum banjir bandang menerjang, korban Dadong Sari berada di dapur rumahnya untuk memasak. Saat itu, hujan turun lebat.
Nah, begitu Dadong Saeiu selesai memasak dan keluar dari dapur, Sabtu malam sekitar pukul 19.00 Wita, tiba-tiba saja ada air bah datang dari arah selatan (bagian atas perbukitan). Nenek berusia 70 tahun ini pun berusaha lari menyelamatkan diri. Namun, apa daya tenaganya tidak cukup untuk lari. Dadong Sari kalah cepat dari air bah yang dalam sekejap sudah menerjang rumahnya.
Air bah yang menerjang sambil membawa potongan kayu gelondongan dan batu besar tersebut, langsung menghantam dapur rumah Dadong Sari hingga roboh. Walhasil, Dadong Sari pun terkubur di bawah reruntuhan dapurnya yang roboh diamuk air bah.
“Saat tertimpa reruntuhan bangunan dapur yang roboh, saya masih dalam kondisi sadar. Saya pun sempat berteriak minta pertolongan. Tapi, karena kondisi sudah gelap (malam), tidak ada satu pun tetangga yang mendengar suara jeritan saya,” kenang Dadong Sari saat ditemui NusaBali di ruang perawatan RSUD Buleleng, Senin kemarin.
Dalam situasi sepi dan gelap, Dadong Sari berusaha keluar dari perangkap reruntuhan dapour rumahnya, dengan sisa-sisa tenaganya. Dia berupaya keluar dari perangkap sambil menahan kesakitan bagian bahu, yang ternyata luka dan patah tulang.
Berkat keajaiban, Dadong Sari yang dalam kondisi terluka dan lemas, malah berhasil keluar dari timbunan reruntuhan bangunan dapur. Korban kemudian menyusuri jalan berlumpur untuk meminta bantuan tetangga. Setelah semalaman menahan sakit, Dadong Sari akhirnya dibawa tetangganya ke Puskesmas Gerokgak I, Minggu pagi. Selanjutnya, pihak Puskesmas merujuk perempuan sepuh ini ke RSUD Buleleng untuk mendapatkan perawatan intensif.
Saat NusaBali menjenguknya di RSUD Buleleng, Senin kemarin, kondisi Dadong Sari sudah membaik. Dia ditunggui menantu dari anak tirinya, I Komang Sarjana. Dadong Sari sendiri diketahui hidup sebatang kara di rumahnya sejak ditinggal sang suami, beberapa tahun silam. Sedangkan anak tirinya, Ni Kadek Sukanadi, sudah kawin dan tinggal terpisah di Dusun Penyabangan, Desa Penyabangan.
Kesehariannya, korban Dadong Sari menghidupi dirinya sendiri dengan memelihara hewan ternak babi dan sapi. Dia pun terbiasa menyabit rumput untuk pakan ternaknya.
Sementara, Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana MKes, mengatakan berdasarkan hasil pemeriksan medis, korban dadong Sari harus menjalani operasi atas luka yang dideritanya. Nenek korban banjir bandang tersebut diagendakan akan menjalani tindakan operasi, Selasa (26/1) ini.
Nantinya, tulang selangka korban Dadong Sari yang patah akibat benturan reruntuhan bangunan dapur akan dipasangi alat. “Saat ini, kondisi kesadaran pasien stabil. Kami masih melakukan persiapan operasi. Nanti akan dipasang alat khusus menangani tulang yang patah tersebut,” jelas dr Wiartana saat dikonfirmasi NusaBali di RSUD Buleleng, Senin kemarin.
Sementara itu, keajaiban saat banjir bandang juga dialami I Made Yasa, 22, warga Dusun Tri Amertha, Desa Penyabangan lainnya. Kisahnya, Sabtu petang pukul 18.50 Wita, Made Yasa baru pulang dari tempatnya bekerja di sebuah tambak ikan kawasan Desa Penyabangan. Seperti biasa, pemuda berusia 22 tahun ini pulang naik sepeda motor.
Sayangnya, jalan yang dulalui menuju rumahnya di Dusun Tri Amertha justru disapu banjir bandang. Ketika melintas di lokasi bencana banjir bandang dalam suasana sudah gelap, korban Made Yasa sempat mendengar suara gemuruh seperti air yang besar. Hanya dalam hitungan detik, dia sudah langsung dihantam air bah.
Tak sempat menghindar, korban Made Yasa pun terseret air bah sejauh 10 meter. Beruntung, nyawanya selamat. “Motor saya juga ikut terseret air bah. Saat itu, saya saebenarnya sudah dekat dari rumah hanya berjarak sekitar 500 meter,” tutur Made Yasa kepada NusaBali, Senin kemarin.
Menurut kesaksian Made Yasa, air bah yang datang dari kawasan perbukitan menerjang ganas seperti bencana tsunami. “Air bah hanya menerjang beberapa detik, kemudian menghilang ke laut. Yang tersisa pasca terjangan air bah hanya lumpur dan potongan kayu,” kenangnya.
Made Yasa mengaku bersyukur dirinya selamat dari maut, meski sempat terseret sejauh 10 meter. Dia hanya mengalami luka lecet di bagian lutut kanan dan memar di tangan kanan. “Saya sangat bersyukur bisa selamat. Hanya motor saya yang hanyut. Ngeri kalau membayangkan bencana itu lagi,” tutur Made Yasa sembari mengaku malam itu dirinya ditolong oleh salah seorang sepupunya yang kebetulan tinggal dekat lokasi bencana. 7 k23
1
Komentar