Tarung Pileg 2019, Demokrat Bali Gembleng 200 Kader
Pemilu Legislatif (Pileg) baru akan digelar tahun 2019 mendatang atau dua tahun lagi. Namun bagi Partai Demokrat Bali waktu dua tahun itu dirasakan sangatlah pendek.
DENPASAR, NusaBali
Untuk itu persiapan matang harus dilakukan sejak sekarang, terutama menyiapkan kader yang akan tarung. Terkait ini, Badan Pemenangan Pemilu DPD Demokrat Bali menggembleng 200 kadernya dalam Lokakarya dan Workshop Menuju Pemilu yang berkualitas di Denpasar, Sabtu (16/12) siang.
Workshop kemarin diikuti pengurus DPC dan anggota Fraksi Demokrat se Bali. Hadir Sektetaris DPD Demokrat Bali I Wayan Adnyana, Ketua OKK DPD Demokrat Bali I Ketut Ridet, serta Ketua Bappilu DPD Demokrat Bali Gde Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Selain itu dari jajaran fungsionaris DPP hadir Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR RI. Bappilu Demokrat Bali yang menggagas acara tersebut menghadirkan para pembicara, yakni akademisi dari Fakultas Ilmu Politik Universitas Warmadewa Dr Nyoman Wiratmaja, Komisioner KPU Bali Ni Wayan Widhiastini, dan Majelis Kehormatan DPP Demokrat yang mantan Ketua Bappilu DPP Demokrat Putu Suastha.
Para kader Demokrat kemarin diberikan strategi-strategi khusus dalam pertarungan Pileg 2019 nanti. Mereka yang akan terjun nyaleg setidaknya sudah punya gambaran dan bekal teori. Namun demikian dalam dialog yang dimoderatori Pak Oles ini sejumlah penyampaian dari narasumber Putu Suastha tidak semua bisa dipublikasikan ke media. Suasta mengajak kader Demokrat untuk mulai praktek dalam penggalangan ke basis massa. Dengan pengantar yang dibumbui joke segar membuat suasana workshop lebih hidup.
"Kalau nanti menjadi caleg otak diisi. Lebih banyak baca koran, perbanyak baca buku. Kalau tampil di depan masyarakat mata itu mendelik beradu dengan audiens. Jangan sayu kayak pemakai narkoba. Anda harus percaya diri dikit. Setidaknya kayak mau makan orang," ujar alumni FISIP UGM Jogjakarta ini. Suastha mengajarkan kepada kader Demokrat bahwa politik identik dengan intrik. Bila perlu kerahkan segala daya upaya. Mulai permainan uang, strategi dan lobi.
"Omong kosong kalau hanya dengan teori tanpa intrik bisa capai tujuan politik. Tujuan politik itu kekuasaan. Maka anda rebutlah kekuasaan itu supaya bisa berbuat untuk masyarakat. Kalau pakai uang ya memang pakai uang. Itu namanya modal finansial di samping modal yang lain. Main di politik itu sama dengan bakar uang, " tegas Suastha disambut aplaus kader Demokrat.
Menurut Suastha kader Demokrat juga harus punya strategi dalam melakukan lobi-lobi. Sehingga berkuasa itu mutlak supaya lobi politiknya jalan. Terutama ketika memperjuangkan kepentingan masyarakat. "Beda punya kedudukan dengan berkuasa. Kalau punya kedudukan belum tentu berkuasa. Maka harus punya kekuasaan. Kekuasaan itu juga diimbangi dengan kemampuan lobi. Jangan anda menjadi pengurus partai untuk gaya-gayaan. Perbanyak ilmu pengetahuan. Perbanyak mengikuti perkembangan informasi, " tegas Suastha.
Sementara Dr Wiratmaja membeber para kader Demokrat wajib menguasai teori komunikasi politik. Entah melalui media massa atau melalui pola-pola komunikasi lainnya terhadap masyarakat. "Kalau anda nyaleg minimal anda dikenal. Barulah bicara untuk dipilih. Untuk dipilih itu ada langkah-langkah yang harus dilakukan. Dengan pendekatan kepada masyarakat dengan menawarkan program. Gunakan berbagai serangan, mulai serangan udara (media), serangan darat (lobi) langsung komunikasi dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa anda layak dipilih. Itulah namanya komunikasi politik, " ujar Wiratmaja.
Sementara Pak Oles menegaskan para kader kemarin sudah digembleng dengan pembekalan teori-teori mulai harus terjun ke masyarakat. "Mulai gerak dan lakukan komunikasi dengan masyarakat. Karena waktu sudah makin dekat. Harus kerja keras, " kata Pak Oles.
Pak Oles pun mengatakan penggemblengan kader Demokrat dalam persiapan Pileg 2019 tidak hanya dalam konteks untuk menangkan Pileg dan berebut kursi. "Berebut suara dan menang dengan kualitas yang bagus. Caleg yang jadi juga berkualitas, " pungkas politisi asal Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini. *nat
Untuk itu persiapan matang harus dilakukan sejak sekarang, terutama menyiapkan kader yang akan tarung. Terkait ini, Badan Pemenangan Pemilu DPD Demokrat Bali menggembleng 200 kadernya dalam Lokakarya dan Workshop Menuju Pemilu yang berkualitas di Denpasar, Sabtu (16/12) siang.
Workshop kemarin diikuti pengurus DPC dan anggota Fraksi Demokrat se Bali. Hadir Sektetaris DPD Demokrat Bali I Wayan Adnyana, Ketua OKK DPD Demokrat Bali I Ketut Ridet, serta Ketua Bappilu DPD Demokrat Bali Gde Ngurah Wididana yang akrab disapa Pak Oles. Selain itu dari jajaran fungsionaris DPP hadir Ni Putu Tutik Kusuma Wardhani yang juga anggota Fraksi Demokrat DPR RI. Bappilu Demokrat Bali yang menggagas acara tersebut menghadirkan para pembicara, yakni akademisi dari Fakultas Ilmu Politik Universitas Warmadewa Dr Nyoman Wiratmaja, Komisioner KPU Bali Ni Wayan Widhiastini, dan Majelis Kehormatan DPP Demokrat yang mantan Ketua Bappilu DPP Demokrat Putu Suastha.
Para kader Demokrat kemarin diberikan strategi-strategi khusus dalam pertarungan Pileg 2019 nanti. Mereka yang akan terjun nyaleg setidaknya sudah punya gambaran dan bekal teori. Namun demikian dalam dialog yang dimoderatori Pak Oles ini sejumlah penyampaian dari narasumber Putu Suastha tidak semua bisa dipublikasikan ke media. Suasta mengajak kader Demokrat untuk mulai praktek dalam penggalangan ke basis massa. Dengan pengantar yang dibumbui joke segar membuat suasana workshop lebih hidup.
"Kalau nanti menjadi caleg otak diisi. Lebih banyak baca koran, perbanyak baca buku. Kalau tampil di depan masyarakat mata itu mendelik beradu dengan audiens. Jangan sayu kayak pemakai narkoba. Anda harus percaya diri dikit. Setidaknya kayak mau makan orang," ujar alumni FISIP UGM Jogjakarta ini. Suastha mengajarkan kepada kader Demokrat bahwa politik identik dengan intrik. Bila perlu kerahkan segala daya upaya. Mulai permainan uang, strategi dan lobi.
"Omong kosong kalau hanya dengan teori tanpa intrik bisa capai tujuan politik. Tujuan politik itu kekuasaan. Maka anda rebutlah kekuasaan itu supaya bisa berbuat untuk masyarakat. Kalau pakai uang ya memang pakai uang. Itu namanya modal finansial di samping modal yang lain. Main di politik itu sama dengan bakar uang, " tegas Suastha disambut aplaus kader Demokrat.
Menurut Suastha kader Demokrat juga harus punya strategi dalam melakukan lobi-lobi. Sehingga berkuasa itu mutlak supaya lobi politiknya jalan. Terutama ketika memperjuangkan kepentingan masyarakat. "Beda punya kedudukan dengan berkuasa. Kalau punya kedudukan belum tentu berkuasa. Maka harus punya kekuasaan. Kekuasaan itu juga diimbangi dengan kemampuan lobi. Jangan anda menjadi pengurus partai untuk gaya-gayaan. Perbanyak ilmu pengetahuan. Perbanyak mengikuti perkembangan informasi, " tegas Suastha.
Sementara Dr Wiratmaja membeber para kader Demokrat wajib menguasai teori komunikasi politik. Entah melalui media massa atau melalui pola-pola komunikasi lainnya terhadap masyarakat. "Kalau anda nyaleg minimal anda dikenal. Barulah bicara untuk dipilih. Untuk dipilih itu ada langkah-langkah yang harus dilakukan. Dengan pendekatan kepada masyarakat dengan menawarkan program. Gunakan berbagai serangan, mulai serangan udara (media), serangan darat (lobi) langsung komunikasi dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa anda layak dipilih. Itulah namanya komunikasi politik, " ujar Wiratmaja.
Sementara Pak Oles menegaskan para kader kemarin sudah digembleng dengan pembekalan teori-teori mulai harus terjun ke masyarakat. "Mulai gerak dan lakukan komunikasi dengan masyarakat. Karena waktu sudah makin dekat. Harus kerja keras, " kata Pak Oles.
Pak Oles pun mengatakan penggemblengan kader Demokrat dalam persiapan Pileg 2019 tidak hanya dalam konteks untuk menangkan Pileg dan berebut kursi. "Berebut suara dan menang dengan kualitas yang bagus. Caleg yang jadi juga berkualitas, " pungkas politisi asal Desa Bengkel, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini. *nat
Komentar