KESEHATAN : Peranan Mammografi sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara
Ada beberapa metode atau cara dalam melakukan deteksi dini penyakit kanker payudara.
Ada metode yang berupa pencitraan atau gambaran payudara dan ada pula metode yang menggunakan hasil uji laboratorium patologi. Salah satu metode yang mampu menangkap ketidaknormalan payudara dengan gambar adalah mammografi. Apa itu mammografi? Bagaimana pemeriksaan dan gambar yang dihasilkan? Berikut ini uraiannya.
Saat ini, kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi wanita di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kondisi payudara sejak dini. Pada umumnya, stadium dini belum menimbulkan keluhan dan gejala yang dirasakan penderita. Sebagian besar, penderita kanker payudara yang datang ke tempat pelayanan kesehatan sekitar 70% berada dalam stadium lanjut dan 30% stadium dini. Apabila telah berubah menjadi kanker, baru akan muncul gejala yang mengganggu.
Adapun gejala yang perlu diwaspadai antara lain: adanya benjolan di payudara yang tidak nyeri, pengeluaran cairan dari puting susu, puting susu yang tertarik di dalam, rasa nyeri di payudara yang terus menerus, payudara mengeluarkan cairan (darah atau nanah), ada riwayat kanker payudara dalam anggota keluarga yang dekat (nenek, ibu, tante, atau saudara kandung), dan kelainan kulit diatas payudara yang menahun. Keterlambatan dalam menyadari hal ini tentunya akan menyebabkan tingkat kesembuhan dan harapan hidup penderita pun semakin rendah. Disini pentingnya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit kanker payudara sejak dini melalui pemeriksaan mammografi.
Mammografi sebagai deteksi dini yang dilakukan pada wanita yang tidak memiliki tanda atau gejala penyakit pada payudara. Mammografi berfungsi untuk membantu dokter melihat perubahan jaringan payudara secara dekat atau tidak teraba saat melakukan pemeriksaan payudara secara fisik seperti beberapa jenis tumor dan kista sehingga telah terbukti dapat mengurangi kematian akibat kanker payudara.
Pemeriksaan mammografi menggunakan sinar X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Hasil pemeriksaan ini akan terekam dalam bentuk film X-Ray. Pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter spesialis radiologi atau ahli radiologi lainnya di rumah sakit, klinik, tempat praktik dokter ataupun fasilitas kesehatan lainnya yang menyediakan pemeriksaan ini.
Sebelum pemeriksaan, pasien akan diminta untuk mengisi formulir yang berisi informasi tingkat risiko kanker payudara serta mammografi yang dibutuhkan. Pasien akan dimintai keterangan tentang data diri dan riwayat kanker di keluarganya, detail menstruasi, catatan kelahiran, kontrasepsi yang digunakan, implant payudara, operasi payudara yang pernah dijalani, serta terapi hormonal (biasanya untuk wanita menopause). Informasi tentang SADARI (periksa payudara sendiri) dan isu kesehatan payudara lainnya biasanya juga diberikan sebagai tambahan penjelasan.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien tidak perlu berpuasa dan dianjurkan untuk tidak menggunakan deodorant atau bedak pada payudara dan ketiak karena akan mengganggu hasil gambar dan menyerupai proses keganasan. Selain itu, tidak sedang hamil atau menyusui, tidak sedang menstruasi dimana idealnya dilakukan dua minggu sebelum haid berikutnya, dan bagi yang sudah tidak haid (menopause) bisa dilakukan kapan saja.
Petugas (radiografer) wanita yang terlatih akan memandu Anda. Anda akan diminta untuk melepas baju dan kemudian ditentukan posisi untuk foto payudara. Saat pemeriksaan, payudara akan dipipihkan atau ditekan menggunakan dua plat, lalu difoto menggunakan sinar X yang menembus payudara. Sinar itu akan ditangkap dan diproses di dalam kaset film yang diletakkan di tempat keluarnya sinar dari payudara yang diperiksa. Sinar yang melalui payudara yang diperiksa itu diolah di dalam kaset film menjadi gambar. Penekanan kencang tersebut mungkin akan membuat Anda merasa tidak nyaman, tetapi proses ini kurang dari 30 detik. Foto dilakukan dua kali untuk setiap payudara, yaitu dari arah tengah ke tepi dan dari arah atas ke bawah. Gambar yang dihasilkan berupa mammogram yang memperlihatkan struktur bagian dalam jaringan payudara dengan jelas. Dengan demikian, keberadaan benjolan pada payudara dapat diketahui, bahkan sebelum benjolan tersebut dapat diraba sendiri oleh pasien. Kemudian foto akan dibaca oleh seorang dokter spe
sialis radiologi yang kemudian dibuatkan laporan hasil tertulis. Apabila hasil pemeriksaan dicurigai kearah kanker, pasien akan dirujuk ke dokter bedah umum atau bedah onkologi untuk pemeriksaan lanjutan seperti USG atau biopsi jaringan.
Untuk melawan kanker payudara, American Cancer Society memberikan rekomendasi sebagai berikut:
- Jika Anda berusia di bawah 40 tahun dan tidak memiliki riwayat kanker payudara di keluarga, belum diperlukan tes mammografi karena payudara masih relatif padat dan tidak dapat menampakkan hasil yang maksimal karena masih tertutup hormon. Namun disarankan melakukan tes USG dengan atau tanpa keluhan pada payudara.
- Jika umur Anda di bawah 40 tahun, namun memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara (terdapat riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka segera lakukanlah mammografi walaupun tanpa keluhan. Selain itu, jika ibu Anda dinyatakan mengidap kanker di usia 45 tahun, mulailah pemeriksaan di umur 35 tahun.
- Disamping itu, mammografi juga direkomendasikan dilakukan pada wanita berusia dibawah 40 tahun dengan faktor risiko kanker yang lain (seperti indung telur, leher rahim, rahim, dan usus besar), usia haid pertama kurang dari 12 tahun, tidak menyusui dan tidak mempunyai anak, kehamilan pertama di atas usia 35 tahun, dan memiliki riwayat tumor jinak sebelumnya.
- Sedangkan bagi Anda berusia 40 tahun atau lebih, namun tidak memiliki faktor risiko seperti diatas, maka dapat melakukan mammografi secara rutin setiap satu hingga dua tahun, walaupun tidak ada keluhan. Sedangkan usia 50 tahun ke atas, walaupun tanpa faktor risiko dan tanpa keluhan, sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin setiap tahun.
Ketepatan pemeriksaan mammografi cukup tinggi, yaitu berkisar antara 85-90% atau dapat dikatakan lebih tinggi dari berbagai pencitraan payudara lainnya sehingga sampai sekarang mammografi merupakan pencitraan payudara utama yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Hal ini disebabkan karena kemampuan alat ini dalam memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk yang terkecil hingga kurang dari 5 mm yang mana tidak dapat teraba baik oleh wanita itu sendiri maupun dokter sekalipun. Disamping itu, radiasi yang didapat oleh wanita yang melakukan mammografi adalah sangat kecil sehingga aman bagi penderita.
Pentingnya peranan mammografi sebagai deteksi dini adanya kelainan payudara yang dapat dilakukan sebelum keluhan muncul dan bahkan sebelum benjolan tersebut dapat teraba. Jika pemeriksaan dilakukan sejak dini, maka penanganan dapat dilakukan dengan segera sehingga tingkat kesembuhan dan harapan hidup pun meningkat. Oleh karena itu, marilah kita menjaga kesehatan payudara bersama dengan melakukan mammografi secara rutin. Ajaklah keluarga dan teman wanita Anda untuk melakukan pemeriksaan ini bersama-sama.
Saat ini, kanker payudara merupakan penyebab kematian tertinggi wanita di dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kondisi payudara sejak dini. Pada umumnya, stadium dini belum menimbulkan keluhan dan gejala yang dirasakan penderita. Sebagian besar, penderita kanker payudara yang datang ke tempat pelayanan kesehatan sekitar 70% berada dalam stadium lanjut dan 30% stadium dini. Apabila telah berubah menjadi kanker, baru akan muncul gejala yang mengganggu.
Adapun gejala yang perlu diwaspadai antara lain: adanya benjolan di payudara yang tidak nyeri, pengeluaran cairan dari puting susu, puting susu yang tertarik di dalam, rasa nyeri di payudara yang terus menerus, payudara mengeluarkan cairan (darah atau nanah), ada riwayat kanker payudara dalam anggota keluarga yang dekat (nenek, ibu, tante, atau saudara kandung), dan kelainan kulit diatas payudara yang menahun. Keterlambatan dalam menyadari hal ini tentunya akan menyebabkan tingkat kesembuhan dan harapan hidup penderita pun semakin rendah. Disini pentingnya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit kanker payudara sejak dini melalui pemeriksaan mammografi.
Mammografi sebagai deteksi dini yang dilakukan pada wanita yang tidak memiliki tanda atau gejala penyakit pada payudara. Mammografi berfungsi untuk membantu dokter melihat perubahan jaringan payudara secara dekat atau tidak teraba saat melakukan pemeriksaan payudara secara fisik seperti beberapa jenis tumor dan kista sehingga telah terbukti dapat mengurangi kematian akibat kanker payudara.
Pemeriksaan mammografi menggunakan sinar X dosis rendah (umumnya berkisar 0,7 mSv). Hasil pemeriksaan ini akan terekam dalam bentuk film X-Ray. Pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter spesialis radiologi atau ahli radiologi lainnya di rumah sakit, klinik, tempat praktik dokter ataupun fasilitas kesehatan lainnya yang menyediakan pemeriksaan ini.
Sebelum pemeriksaan, pasien akan diminta untuk mengisi formulir yang berisi informasi tingkat risiko kanker payudara serta mammografi yang dibutuhkan. Pasien akan dimintai keterangan tentang data diri dan riwayat kanker di keluarganya, detail menstruasi, catatan kelahiran, kontrasepsi yang digunakan, implant payudara, operasi payudara yang pernah dijalani, serta terapi hormonal (biasanya untuk wanita menopause). Informasi tentang SADARI (periksa payudara sendiri) dan isu kesehatan payudara lainnya biasanya juga diberikan sebagai tambahan penjelasan.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pasien tidak perlu berpuasa dan dianjurkan untuk tidak menggunakan deodorant atau bedak pada payudara dan ketiak karena akan mengganggu hasil gambar dan menyerupai proses keganasan. Selain itu, tidak sedang hamil atau menyusui, tidak sedang menstruasi dimana idealnya dilakukan dua minggu sebelum haid berikutnya, dan bagi yang sudah tidak haid (menopause) bisa dilakukan kapan saja.
Petugas (radiografer) wanita yang terlatih akan memandu Anda. Anda akan diminta untuk melepas baju dan kemudian ditentukan posisi untuk foto payudara. Saat pemeriksaan, payudara akan dipipihkan atau ditekan menggunakan dua plat, lalu difoto menggunakan sinar X yang menembus payudara. Sinar itu akan ditangkap dan diproses di dalam kaset film yang diletakkan di tempat keluarnya sinar dari payudara yang diperiksa. Sinar yang melalui payudara yang diperiksa itu diolah di dalam kaset film menjadi gambar. Penekanan kencang tersebut mungkin akan membuat Anda merasa tidak nyaman, tetapi proses ini kurang dari 30 detik. Foto dilakukan dua kali untuk setiap payudara, yaitu dari arah tengah ke tepi dan dari arah atas ke bawah. Gambar yang dihasilkan berupa mammogram yang memperlihatkan struktur bagian dalam jaringan payudara dengan jelas. Dengan demikian, keberadaan benjolan pada payudara dapat diketahui, bahkan sebelum benjolan tersebut dapat diraba sendiri oleh pasien. Kemudian foto akan dibaca oleh seorang dokter spe
sialis radiologi yang kemudian dibuatkan laporan hasil tertulis. Apabila hasil pemeriksaan dicurigai kearah kanker, pasien akan dirujuk ke dokter bedah umum atau bedah onkologi untuk pemeriksaan lanjutan seperti USG atau biopsi jaringan.
Untuk melawan kanker payudara, American Cancer Society memberikan rekomendasi sebagai berikut:
- Jika Anda berusia di bawah 40 tahun dan tidak memiliki riwayat kanker payudara di keluarga, belum diperlukan tes mammografi karena payudara masih relatif padat dan tidak dapat menampakkan hasil yang maksimal karena masih tertutup hormon. Namun disarankan melakukan tes USG dengan atau tanpa keluhan pada payudara.
- Jika umur Anda di bawah 40 tahun, namun memiliki faktor risiko tinggi untuk terkena kanker payudara (terdapat riwayat kanker payudara dalam keluarga), maka segera lakukanlah mammografi walaupun tanpa keluhan. Selain itu, jika ibu Anda dinyatakan mengidap kanker di usia 45 tahun, mulailah pemeriksaan di umur 35 tahun.
- Disamping itu, mammografi juga direkomendasikan dilakukan pada wanita berusia dibawah 40 tahun dengan faktor risiko kanker yang lain (seperti indung telur, leher rahim, rahim, dan usus besar), usia haid pertama kurang dari 12 tahun, tidak menyusui dan tidak mempunyai anak, kehamilan pertama di atas usia 35 tahun, dan memiliki riwayat tumor jinak sebelumnya.
- Sedangkan bagi Anda berusia 40 tahun atau lebih, namun tidak memiliki faktor risiko seperti diatas, maka dapat melakukan mammografi secara rutin setiap satu hingga dua tahun, walaupun tidak ada keluhan. Sedangkan usia 50 tahun ke atas, walaupun tanpa faktor risiko dan tanpa keluhan, sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin setiap tahun.
Ketepatan pemeriksaan mammografi cukup tinggi, yaitu berkisar antara 85-90% atau dapat dikatakan lebih tinggi dari berbagai pencitraan payudara lainnya sehingga sampai sekarang mammografi merupakan pencitraan payudara utama yang digunakan untuk mendeteksi kanker payudara. Hal ini disebabkan karena kemampuan alat ini dalam memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk yang terkecil hingga kurang dari 5 mm yang mana tidak dapat teraba baik oleh wanita itu sendiri maupun dokter sekalipun. Disamping itu, radiasi yang didapat oleh wanita yang melakukan mammografi adalah sangat kecil sehingga aman bagi penderita.
Pentingnya peranan mammografi sebagai deteksi dini adanya kelainan payudara yang dapat dilakukan sebelum keluhan muncul dan bahkan sebelum benjolan tersebut dapat teraba. Jika pemeriksaan dilakukan sejak dini, maka penanganan dapat dilakukan dengan segera sehingga tingkat kesembuhan dan harapan hidup pun meningkat. Oleh karena itu, marilah kita menjaga kesehatan payudara bersama dengan melakukan mammografi secara rutin. Ajaklah keluarga dan teman wanita Anda untuk melakukan pemeriksaan ini bersama-sama.
Komentar