Pelabuhan Cargo Terhadang Akses Jalan
Harus memutar lewat Jembrana atau Karangasem dulu baru ke Denpasar atau Badung. Atau bisa via Pupuan dengan truk-truk kecil, namun biaya distribusinya tinggi.
SINGARAJA, NusaBali
Pelabuhan Celukan Bawang di Desa Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, sebagai pelabuhan barang berpotensi besar untuk dikembangkan. Hanya saja minimnya akses jalan untuk pendistribusian barang ke wilayah Bali selatan menjadi penghambat utama pengembangan pelabuhan ini.
Hal tersebut disampaikan Manager Operasional Pelindo III Celukan Bawang, Made Rusli Suniajaya, belum lama ini. Jelas dia, sampai saat ini di pelabuhan Celukan Bawang ada dua dermaga untuk merapatnya kapal barang dari Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Belakangan dermaga tersebut juga dipakai untuk penyandaran sejumlah kapal pesiar yang berkunjung ke Buleleng. Kata dia, kapal barang bongkar muat di pelabuhan ini hampir terjadi setiap hari. Mulai dari bongkar muat cargo, semen, pupuk, aspal sampai pasir. Padahal jika dilihat dari potensi yang dimiliki laut Bali utara masih bisa dikembangkan untuk penambahan dermaga bongkar muat.
“Selama ini bongkar muat barang tujuan Bali selatan masih terkendala akses jalan. Dari sini harus memutar lewat Jembrana atau Karangasem dulu baru ke Denpasar atau Badung. Atau bisa via Pupuan dengan truk-truk kecil, namun biaya distribusinya tinggi,” ujar dia.
Kondisi tersebut, lanjut Rusli, menjadi penyebab awak kapal barang luar Bali yang ingin bersandar di Buleleng berpikir dua kali. Padahal Buleleng memiliki akses menuju Denpasar dengan jarak tempuh lebih dekat via Bedugul. Hanya saja jalur tersebut tidak memungkinkan dilalui truk-truk cargo karena jalan berliku dan ekstrim, jalur Seririt-Desa Munduk-Bedugul, Tabanan. Padahal di sekitar pelabuhan Celukan Bawang, ketersediaan gudang untuk transit cargo cukup memadai. “Ya, kalau cargo di Bali utara ini ingin dikembangkan, jalan juga harus mendukung,” ungkap dia.
Jelas dia, Pelindo III Celukan Bawang berencana akan terus menyempurnakan dermaga. Mengingat tahun ini sudah dikunjungi enam jenis kapal pesiar dari belahan benoa di dunia. Ke depannya juga akan ditata kembali menurut zona-zona yang ada, mana pelabuhan penumpang, pelabuhan barang dan pelabuhan curah cair dan kering. *k23
Hal tersebut disampaikan Manager Operasional Pelindo III Celukan Bawang, Made Rusli Suniajaya, belum lama ini. Jelas dia, sampai saat ini di pelabuhan Celukan Bawang ada dua dermaga untuk merapatnya kapal barang dari Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Belakangan dermaga tersebut juga dipakai untuk penyandaran sejumlah kapal pesiar yang berkunjung ke Buleleng. Kata dia, kapal barang bongkar muat di pelabuhan ini hampir terjadi setiap hari. Mulai dari bongkar muat cargo, semen, pupuk, aspal sampai pasir. Padahal jika dilihat dari potensi yang dimiliki laut Bali utara masih bisa dikembangkan untuk penambahan dermaga bongkar muat.
“Selama ini bongkar muat barang tujuan Bali selatan masih terkendala akses jalan. Dari sini harus memutar lewat Jembrana atau Karangasem dulu baru ke Denpasar atau Badung. Atau bisa via Pupuan dengan truk-truk kecil, namun biaya distribusinya tinggi,” ujar dia.
Kondisi tersebut, lanjut Rusli, menjadi penyebab awak kapal barang luar Bali yang ingin bersandar di Buleleng berpikir dua kali. Padahal Buleleng memiliki akses menuju Denpasar dengan jarak tempuh lebih dekat via Bedugul. Hanya saja jalur tersebut tidak memungkinkan dilalui truk-truk cargo karena jalan berliku dan ekstrim, jalur Seririt-Desa Munduk-Bedugul, Tabanan. Padahal di sekitar pelabuhan Celukan Bawang, ketersediaan gudang untuk transit cargo cukup memadai. “Ya, kalau cargo di Bali utara ini ingin dikembangkan, jalan juga harus mendukung,” ungkap dia.
Jelas dia, Pelindo III Celukan Bawang berencana akan terus menyempurnakan dermaga. Mengingat tahun ini sudah dikunjungi enam jenis kapal pesiar dari belahan benoa di dunia. Ke depannya juga akan ditata kembali menurut zona-zona yang ada, mana pelabuhan penumpang, pelabuhan barang dan pelabuhan curah cair dan kering. *k23
Komentar