Rumah Ambruk ke Jurang, Sekeluarga Nyaris Jadi Korban
Dua pekan sebelum terjungkal ke jurang berikut pekarangannya, rumah yang ditempati pasangan I Ketut Suwitna dan Luh Putu Sri Arwini bersama anak lelaki semata wayangnya sudah retak-retak di bagian tembok dan lantai
Bencana di BTN Puskopad Kawasan Desa Bingan, Kecamatan Tabanan
TABANAN, NusaBali
Sebuah rumah di BTN Puskopad kawasan Banjar Bongan Kaja Kauh, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan terjungkal ke jurang sedalam 5 meter saat hujan, Rabu (20/12) malam. Beruntung, seluruh penghuni rumah selamat dari maut, karena mereka tengah berada di luar untuk memindahkan barang.
Rumah dengan luas bangunan 0,5 are yang pekarangannya longsor hingga terjungkal ke jurang sebelah timur, Rabu malam sekitar pukul 21.00 Wita itu, merupakan milik Ida Ayu Wulan Krisna, 25, asal Banjar Satri, Desa Pendem, Kecamatan Negara, Jembrana. Rumah tersebut dihuni pasangan I Ketut Suwitna, 44, dan Luh Putu Sri Arwini, 41, beserta anak lelaki semata wayangnya. Mereka tinggal di sana dengan status ngontrak, sejak Maret 2016 lalu.
Ketut Suwitna yang kesehariannya bekerja sebagai guru pasraman mengetahui rumah yang dikontraknya itu sudah retak-retak di bagian tembok, sejak dua pekan lalu. Namun, masalah ini masih didiamkan. Sebelum kejadian, pasutri Ketut Suwitna dan Luh Putu Sri Arwini bersama anak lelakinya sempat pulang ke kampungnya di Banjar Jaka Tebel, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan.
Nah, saat masih berada di kampung, Ketut Suwitna ditelepon oleh tetangga sebelah rumahnya, Rabu (20/12) sore, untuk mengabarkan bahwa kondisi retak-retak rumah kontrakannya itu semakin parah. "Saya ditelepon oleh tetangga Rabu sore untuk segera memindahkan barang, karena kondisi rumah sudah parah," ungkap Suwitna kepada NusaBali di lokasi TKP, Kamis (21/12).
Maka, sore itu pula, Suwitna bersama sang istri balik ke rumah kontrakannya di BTN kawasan Desa Bongan ini untuk memindahkan barang-barang miliknya. Sedangkan anak lelaki semata wayangnya berada di kampung, karena sejak dua pekan terakhir sering menginap di kampungnya lantaran ada upacara keagamaan. Saat tiba di lokasi sore itu, Suwitna melihat retak bagain tembok sudah parah, sementara kondisi lantai rumah sudah tidak rata.
Suwitna pun mengeluarkan semua barang dari rumah yang membahayakan tersebut. Begitu semua barangnya dikeluarkan dalam kondisi hujan, pondasi rumah kontrakan Suwitna tiba-tiba longsor ke arah timur, Rabu malam sekitar pukul 21.00 Wita.
“Untung saja saya bersama istri saat itu sudah selesai memindahkan barang dan sedang berada di luar rumah, sehingga selamat dari maut. Saya saksikan langsung bagaimana rumah terjungkal, diawali suara gemuruh. Posisi saya waktu itu hanya 2 meter arah utara rumah yang ambruk," kenang Suwitna.
Rumah BTN yang terjungkal ke jurang sebelah timur ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Selain itu, rumah ini juga berisi palinggih (tempat suci). Palinggih tersebut juga ikut terjungkal.
“Saya sangat bersyukur karena bersama keluarga selamat dari maut. Sejak dua minggu terakhir, saya jarang tidur di sini (rumah kontrakan), karena ada upacara di kampung. Sudah lama saya was-was dan khawatir rumah ini ambruk, karena temboknya retak. Ternyata, benar-benar ambruk. Ini mungkin karena pondasi rumah terkikis air hujan,” jelas Suwitna.
Pasca rumah kontrakannya ambruk ke jurang, Suwita bersama istri dan anaknya buat sementara tidur di kampungnya kawasan Banjar Jaka Tebel, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur. Saat ini, Suwitna masih mencari rumah kontrakan baru, paling tidak bisa untuk menaruh barang rumah tangganya. "Sekarang saya bingung, di mana cari rumah kontrakan? Saya masih tunggu adik untuk menjemput barang-barang," katanya.
Rumah di BTN Puskopad yang ambruk bukan hanya yang ditempati pasutri Ketut Suwitna-Putu Sri Arwini. Satu rumah lagi milik I Wayan Merta, asal Karangasem, yang berada di sebelah barat rumah yang ditempati keluarga Suwitna juga terancam ambruk. Masalahnya, senderan dan sebagian temboknya sudah amblas. Barang-barang milik keluarga Wayan Merta pun sudah dipindahkan dari rumah yang terancam ambruk tersebut, Kamis pagi.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, mengatakan mengimbau pemilik rumah yang terjungkal ke ajukan proposal agar bisa mendapatkan bantuan. “Mungkin pengontrak rumah bisa menginformasikan ke pemiliknya agar segera ajukan proposal ke BPBD Tabanan," ujar Trisna Widiatmika di lokasi bencana, Kamis kemarin.
Menurut Trisna, pihaknya belum bisa melakukan penanganan, mengingat pemilik rumah tidak ada. BPBD Tabanan sifatnya hanya terjun melakukan pengecekan sementara. "Mudah-mudahan proposal bisa dibawa ke BPBD dan secepatnya dana bantuan bisa terealisasi," tandas Trisna sembari menyebut bantuan maksimal sekitar Rp 25 juta. *d
TABANAN, NusaBali
Sebuah rumah di BTN Puskopad kawasan Banjar Bongan Kaja Kauh, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan terjungkal ke jurang sedalam 5 meter saat hujan, Rabu (20/12) malam. Beruntung, seluruh penghuni rumah selamat dari maut, karena mereka tengah berada di luar untuk memindahkan barang.
Rumah dengan luas bangunan 0,5 are yang pekarangannya longsor hingga terjungkal ke jurang sebelah timur, Rabu malam sekitar pukul 21.00 Wita itu, merupakan milik Ida Ayu Wulan Krisna, 25, asal Banjar Satri, Desa Pendem, Kecamatan Negara, Jembrana. Rumah tersebut dihuni pasangan I Ketut Suwitna, 44, dan Luh Putu Sri Arwini, 41, beserta anak lelaki semata wayangnya. Mereka tinggal di sana dengan status ngontrak, sejak Maret 2016 lalu.
Ketut Suwitna yang kesehariannya bekerja sebagai guru pasraman mengetahui rumah yang dikontraknya itu sudah retak-retak di bagian tembok, sejak dua pekan lalu. Namun, masalah ini masih didiamkan. Sebelum kejadian, pasutri Ketut Suwitna dan Luh Putu Sri Arwini bersama anak lelakinya sempat pulang ke kampungnya di Banjar Jaka Tebel, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan.
Nah, saat masih berada di kampung, Ketut Suwitna ditelepon oleh tetangga sebelah rumahnya, Rabu (20/12) sore, untuk mengabarkan bahwa kondisi retak-retak rumah kontrakannya itu semakin parah. "Saya ditelepon oleh tetangga Rabu sore untuk segera memindahkan barang, karena kondisi rumah sudah parah," ungkap Suwitna kepada NusaBali di lokasi TKP, Kamis (21/12).
Maka, sore itu pula, Suwitna bersama sang istri balik ke rumah kontrakannya di BTN kawasan Desa Bongan ini untuk memindahkan barang-barang miliknya. Sedangkan anak lelaki semata wayangnya berada di kampung, karena sejak dua pekan terakhir sering menginap di kampungnya lantaran ada upacara keagamaan. Saat tiba di lokasi sore itu, Suwitna melihat retak bagain tembok sudah parah, sementara kondisi lantai rumah sudah tidak rata.
Suwitna pun mengeluarkan semua barang dari rumah yang membahayakan tersebut. Begitu semua barangnya dikeluarkan dalam kondisi hujan, pondasi rumah kontrakan Suwitna tiba-tiba longsor ke arah timur, Rabu malam sekitar pukul 21.00 Wita.
“Untung saja saya bersama istri saat itu sudah selesai memindahkan barang dan sedang berada di luar rumah, sehingga selamat dari maut. Saya saksikan langsung bagaimana rumah terjungkal, diawali suara gemuruh. Posisi saya waktu itu hanya 2 meter arah utara rumah yang ambruk," kenang Suwitna.
Rumah BTN yang terjungkal ke jurang sebelah timur ini terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, dan 1 dapur. Selain itu, rumah ini juga berisi palinggih (tempat suci). Palinggih tersebut juga ikut terjungkal.
“Saya sangat bersyukur karena bersama keluarga selamat dari maut. Sejak dua minggu terakhir, saya jarang tidur di sini (rumah kontrakan), karena ada upacara di kampung. Sudah lama saya was-was dan khawatir rumah ini ambruk, karena temboknya retak. Ternyata, benar-benar ambruk. Ini mungkin karena pondasi rumah terkikis air hujan,” jelas Suwitna.
Pasca rumah kontrakannya ambruk ke jurang, Suwita bersama istri dan anaknya buat sementara tidur di kampungnya kawasan Banjar Jaka Tebel, Desa Tangguntiti, Kecamatan Selemadeg Timur. Saat ini, Suwitna masih mencari rumah kontrakan baru, paling tidak bisa untuk menaruh barang rumah tangganya. "Sekarang saya bingung, di mana cari rumah kontrakan? Saya masih tunggu adik untuk menjemput barang-barang," katanya.
Rumah di BTN Puskopad yang ambruk bukan hanya yang ditempati pasutri Ketut Suwitna-Putu Sri Arwini. Satu rumah lagi milik I Wayan Merta, asal Karangasem, yang berada di sebelah barat rumah yang ditempati keluarga Suwitna juga terancam ambruk. Masalahnya, senderan dan sebagian temboknya sudah amblas. Barang-barang milik keluarga Wayan Merta pun sudah dipindahkan dari rumah yang terancam ambruk tersebut, Kamis pagi.
Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, mengatakan mengimbau pemilik rumah yang terjungkal ke ajukan proposal agar bisa mendapatkan bantuan. “Mungkin pengontrak rumah bisa menginformasikan ke pemiliknya agar segera ajukan proposal ke BPBD Tabanan," ujar Trisna Widiatmika di lokasi bencana, Kamis kemarin.
Menurut Trisna, pihaknya belum bisa melakukan penanganan, mengingat pemilik rumah tidak ada. BPBD Tabanan sifatnya hanya terjun melakukan pengecekan sementara. "Mudah-mudahan proposal bisa dibawa ke BPBD dan secepatnya dana bantuan bisa terealisasi," tandas Trisna sembari menyebut bantuan maksimal sekitar Rp 25 juta. *d
Komentar