Tamara Ikut Masak di Tenda Pengungsi
Penghuni tenda pengungsian bencana Gunung Agung di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, Karangasem dikejutkan oleh kedatangan artis kondang Tamara Bleszynski, 43, Kamis (21/12) siang.
AMLAPURA, NusaBali
Artis bernama lengkap Natalia Christina Mayawati Bleszynski ini bukan sekadar datang, namun sempat ikut memasak di dapur tenda pengungsian. Tamara Bleszynski datang ke tenda pengungsian yang berada di Banjar Singerata, Desa/Kecamatan Rendang, Kamis siang sekitar pukul 11.00 Wita. Tamara datang bersama rombongan bule berjumlah 6 orang. Begitu datang, artis cantik kelahiran Bandung, Jawa Barat, 25 Desember 1974 ini langsung menyusuri lorong-lorong tenda pengungsinan.
Sekadar dicatat, ada 195 tenda yang dibangun relawan PMI Provinsi Bali di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. Semua tenda seragam dengan ukuran 4 meter x 4 meter dan dibangun berjejer rapi, sehingga mirip perumahan. Setiap lorong diisi nama-nama gang, seperti Gang Dahlia, Gang Sandat, dan Gang Cempaka. Bahkan, setiap lorong dihias dengan tanaman bonsai, sehingga tertata rapi mirip di perumahan.
Seluruh lorong tenda pengunsgian tersebut kemarin sempat dikelilingi Tamara. Dia tertarik menyusuri lorong tenda-tenda pengungsian tersebut, karena merasa terkesan lantaran kondisinya yang rapi dan bersih. “Pemerintah sepertinya lebih mudah mengarahkan pengungsi untuk hidup bersih dan sehat,” katanya.
Dalam kunjungannya kemarin, Tamara juga sempat masuk ke tenda ujung barat di komplek Gang Kani Durian. Di sini Tamara menanyakan dapur pengungsi dan warung. Tamara pun bertemu pemilik tenda yang juga pemilik warung, I Gusti Ngurah Alit, pengungsi korban bencana Gunung Agung asal Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.
Di Warung Nyangluh milik I Gusti Ngurah Alit tersebut, Tamara banyak bertanya ini-itu. Kebetulan, IGN Alit saat itu tengah menggoreng jajanan pisang goreng. Tamara pun selama 1,5 jam terlibat obrolan santai dengan IGN Alit, pengungsi yang juga Kelian Banjar Palak, Desa Besakih. Tamara juga sempat ikut memasak di sini, termasuk menggoreng pisang untuk dinikmati bersama.
"Ini pisang goreng yang saya buat untuk dijual. Kami sekeluarga berada di pengungsian, sambil jualan. Selama ini di Banjar Palak, kami jualan di warung, namanya Warung Nyangluh," cerita IGN Alit kepada Tamara, yang minta ikut masak di dapurnya.
Bukan hanya goreng pisang, Tamara juga ikut membuat bumbu di dapur dan membantu IGN Alit memasak. Setelah selama 1,5 jam berada di Warung Nyanglug milik IGN Alit, Tamara selanjutnya menyempatkan diri menonton anak-anak pengungsi latihan magambel (menabuh) angklung di Tenda Pengungsian UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang.
Sementara itu, Koordinator Relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan, mengakui pihaknya menata 195 tenda untuk pengungsi di UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. Tiap tenda berukuran 4 meter x 4 meter tersebut menampung satu kepala keluarga (KK). Semua tenda lengkap dengan tepat tidur dan dapur yang menyatu.
Tenda-tenda sebanyak 195 unit ini ditata rapi, mirip perumahan. Menurut Wayan Ar-yawan, pengungsi juga mendukung soal kebersihan, sehingga setiap pengunjung merasa nyaman jika melintas di komplek tenda-tenda ini. "Lihat saja sendiri, sepanjang lorongnya berisi tanaman bonsai yang berjejer, kan asri kelihatannya. Pantas saja Tamara senang berkeliling," ujar Aryawan saat dihubungi NusaBali, Kamis kemarin. *k16
Sekadar dicatat, ada 195 tenda yang dibangun relawan PMI Provinsi Bali di Kantor UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. Semua tenda seragam dengan ukuran 4 meter x 4 meter dan dibangun berjejer rapi, sehingga mirip perumahan. Setiap lorong diisi nama-nama gang, seperti Gang Dahlia, Gang Sandat, dan Gang Cempaka. Bahkan, setiap lorong dihias dengan tanaman bonsai, sehingga tertata rapi mirip di perumahan.
Seluruh lorong tenda pengunsgian tersebut kemarin sempat dikelilingi Tamara. Dia tertarik menyusuri lorong tenda-tenda pengungsian tersebut, karena merasa terkesan lantaran kondisinya yang rapi dan bersih. “Pemerintah sepertinya lebih mudah mengarahkan pengungsi untuk hidup bersih dan sehat,” katanya.
Dalam kunjungannya kemarin, Tamara juga sempat masuk ke tenda ujung barat di komplek Gang Kani Durian. Di sini Tamara menanyakan dapur pengungsi dan warung. Tamara pun bertemu pemilik tenda yang juga pemilik warung, I Gusti Ngurah Alit, pengungsi korban bencana Gunung Agung asal Banjar Palak, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem.
Di Warung Nyangluh milik I Gusti Ngurah Alit tersebut, Tamara banyak bertanya ini-itu. Kebetulan, IGN Alit saat itu tengah menggoreng jajanan pisang goreng. Tamara pun selama 1,5 jam terlibat obrolan santai dengan IGN Alit, pengungsi yang juga Kelian Banjar Palak, Desa Besakih. Tamara juga sempat ikut memasak di sini, termasuk menggoreng pisang untuk dinikmati bersama.
"Ini pisang goreng yang saya buat untuk dijual. Kami sekeluarga berada di pengungsian, sambil jualan. Selama ini di Banjar Palak, kami jualan di warung, namanya Warung Nyangluh," cerita IGN Alit kepada Tamara, yang minta ikut masak di dapurnya.
Bukan hanya goreng pisang, Tamara juga ikut membuat bumbu di dapur dan membantu IGN Alit memasak. Setelah selama 1,5 jam berada di Warung Nyanglug milik IGN Alit, Tamara selanjutnya menyempatkan diri menonton anak-anak pengungsi latihan magambel (menabuh) angklung di Tenda Pengungsian UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang.
Sementara itu, Koordinator Relawan PMI Provinsi Bali, I Wayan Aryawan, mengakui pihaknya menata 195 tenda untuk pengungsi di UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang. Tiap tenda berukuran 4 meter x 4 meter tersebut menampung satu kepala keluarga (KK). Semua tenda lengkap dengan tepat tidur dan dapur yang menyatu.
Tenda-tenda sebanyak 195 unit ini ditata rapi, mirip perumahan. Menurut Wayan Ar-yawan, pengungsi juga mendukung soal kebersihan, sehingga setiap pengunjung merasa nyaman jika melintas di komplek tenda-tenda ini. "Lihat saja sendiri, sepanjang lorongnya berisi tanaman bonsai yang berjejer, kan asri kelihatannya. Pantas saja Tamara senang berkeliling," ujar Aryawan saat dihubungi NusaBali, Kamis kemarin. *k16
Komentar