nusabali

Mengapa Bali tak Punya Kota Suci?

  • www.nusabali.com-mengapa-bali-tak-punya-kota-suci

Kota suci itu pasti kota tua, umurnya berpuluh abad, sehingga ia menjadi saksi peradaban manusia.

Aryantha Soethama

Pengarang

Kejadian-kejadian di kota suci itu berpengaruh luas, acap kali mencekam dan mendebarkan, serta menjadi kiblat gerak umat di seluruh dunia. Ribuan tahun manusia datang silih berganti ke kota suci untuk berziarah, menghayati sejarah, dan memohon berkah. Di zaman modern berjuta-juta orang mengunjungi kota suci. Mereka datang untuk menghayati asal muasal.

Kota suci Bethlehem misalnya, yang berjarak 10 kilometer selatan Jerusalem — kota yang gigih diperjuangkan Presiden AS Donald Trump untuk menjadi ibu kota Israel, akan mencapai puncak kunjungan umat Kristiani saat Natal. Di Bethlehem, kota kelahiran Jesus Kristus, terutama di Manger Square, akan dipenuhi beragam pohon Natal, di sela kumandang lagu-lagu mengajak manusia hidup penuh welas asih dalam damai.

Selain Bethlehem, Mekah adalah kota suci yang dikunjungi berjuta-juta umat setiap tahun. Mereka datang untuk melaksanakan perintah ibadah, mencari pengalaman spiritual melalui nilai-nilai historis di kota suci ini. Nilai historis ini juga terbentang di kota (negara) suci Vatican yang hanya seluas 44 hektare, namun memberi pengaruh peradaban dunia.

Di India, di negara bagian Andra Pradesh, Tirupati merupakan sebuah kota suci bagi umat Hindu, yang berbondong-bondong mendatangi tempat ini untuk melakukan pemujaan terhadap Dewa Venkateswar, penjelmaan dari Dewa Wisnu. Selain tempat untuk beribadah, Tirupati kerap dikunjungi karena keindahan kuil-kuilnya. Lebih dari 18 juta orang mengunjungi Tirupati saban tahun untuk beribadah dan melakukan tamasya spiritual.

Ibukota Tibet, Lhasa, dikenal sebagai kota suci pusat kebudayaan Buddhisme dan sebuah tempat tertinggi di dunia. Bagi penganut Buddha, Lhasa merupakan kota suci, tempat bersemayam para dewa, tempat untuk beribadah serta melakukan ritual di kuil. Para pengunjung kuil di Lhasa mengisahkan, kalau malam suhu di Lhasa mencapai -4 hingga -10 derajat Celcius, siang mencapai 21 derajat Celcius.

Tentu masih ada kota-kota suci kecil, yang dikunjungi orang-orang tertentu, penganut mazhab atau aliran tertentu. Kota-kota kecil ini tidak dikunjungi peziarah berjuta-juta orang, tapi oleh beberapa ribu penekun spiritual. Bisa jadi kota kecil yang suci ini sesungguhnya bagi orang lain bukan kota suci, tapi kota yang dihargai dan dihormati karena sepotong sejarah peradaban pernah hadir di kota itu.

Di kota-kota suci orang-orang melaksanakan tradisi-tradisi spiritual. Mereka melakoni tradisi yang diwariskan turun temurun. Mereka datang berziarah, tamasya ibadah. Orang Bali punya istilah pas untuk itu: tirta yatra, perjalanan suci yang menggabungkan kesenangan, hiburan, dan ibadah. Tradisi dan laku spiritual ini dilakoni dengan upacara-upacara yang sering kali unik, bisa bersahaja, acap meriah, namun sangat kuat aroma ritualnya. Ke kota-kota suci itu orang datang untuk berdoa dan berupacara. Maka kota suci adalah kota ritual, tempat melakukan penghayatan. Karena orang berkunjung terus-menerus saban hari sepanjang tahun, di kota suci doa dan ritual pun tak kunjung henti.

Di Bali, doa-doa dan mantra dilantunkan saban hari pula, lewat upacara terus menerus sepanjang tahun. Semua orang tahu, Bali itu adalah pulau upacara, pulau doa, karena orang Bali sangat gemar menggelar upacara. Mereka menghabiskan uang banyak buat upacara. Seakan-akan mereka bekerja giat demi upacara. Banyak orang menilai, orang Bali merasa tidak bersalah jika miskin karena upacara. Begitu besar ketakwaan orang Bali pada Tuhan yang direfleksikan lewat upacara, sampai-sampai muncul pendapat, orang Bali itu tak pernah bosan memohon lewat doa, karena upacara-upacara itu memberi mereka tempat dan saat untuk melaksanakan kemeriahan. Ritual-ritual ini bisa melebihi yang dilakukan orang-orang di kota suci di dunia. Lebih khusuk, lebih meriah, lebih direncanakan, dan lebih dihayati.

Begitu kuat spiritualisme dihayati di Bali, tentu kota-kota di Bali pun sepantasnya merupakan kota-kota suci. Tapi, apakah Bali punya kota suci? Tabanan, Klungkung, Denpasar, apakah kota suci? Bukankah di kota-kota ini doa-doa, ritual, saban hari dilakoni? Apakah Singaraja, Negara, Bangli kota suci? Pura Besakih ada di Karangasem, tapi apakah Karangasem kota suci? Jika Bali suci, mengapa tak pernah terpetik berita kota-kota yang ada di Bali sebagai kota suci. Brosur pariwisata mempromosikan kota-kota di Bali sebagai kota wisata, kota yang nyaman untuk plesir, tidak sebagai kota suci untuk memohon berkah dan restu.

Bali juga tak pernah dipromosikan sebagai pulau suci, kendati ia disebut sebagai Pulau Kahyangan atau Pulau Dewata. Mungkin karena di Bali tak pernah lahir nabi besar yang berpengaruh pada peradaban dunia. Yang muncul adalah para pakar yang canggih dalam urusan pariwisata, yang meneliti dan berteori tentang siasat mendatangkan turis sebanyak-banyaknya.

Atau boleh jadi Bali itu terlalu suci, sudah begitu suci berkat upacara-upacara ritual sepanjang tahun itu, sehingga tak perlu lagi dikait-kaitkan dengan yang serba suci. Sudahlah, Bali berikut kota-kotanya sudah otomatis suci. Lalu, siapa sajakah yang mengakuinya suci? Ya orang Bali dong! *

Komentar