Diredam, Upaya Jro Mangku Bon Mendaki Gunung Agung
Sempat 4 kali mendaki Gunung Agung selama berstatus Awas, tokoh spiritual Jro Ma-ngku Bon, 72, diminta tidak lagi mendaki gunung tertinggi di Bali tersebut.
AMLAPURA, NusaBali
Bahkan, sejumlah tokoh secara khusus mendatangi Jro Mangku Bon di kampungnya di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Senin (25/12), untuk meminta agar tokoh spiritual berusia 72 tahun ini jangan mendaki Gunung Agung lagi.
Mereka yang mendatangi Jro Mangku Bon, Senin pagi sekitar pukul 10.00 Wita, adalah para tokoh yang tergabung dalam Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem. Rombongan dipimpin Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara didampingi sejumlah kepala desa (Perbekel) dari Kecamatan Kubu. Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Karangasem, Ni Kadek Darmini, juga ikut dalam rombongan.
Sejumlah kepala desa yang ikut mendampingi Wayan Suara Jro Mangku Bon kemarin, antara lain, Perbekel Ban I Wayan Potag, Perbekel Kubu I Nengah Jagra, Perbekel Tulamben I Nyoman Ardika, dan Perbekel Baturinggit I Nengah Nirka. Mereka diterima langsung Jro Mangku Bon.
Pertemuan tokoh Pasebaya Gunung Agung dengan Jro Mangku Bon kemarin berlangsung di sebuah rumah warga di bagian bawah Banjar Pucang, Desa Ban. Sebab, tidak mungkin menemui Jro Mangku Bon di kediamannya di sebuah pondok kawasan atas Banjar Pucang, Desa Ban, yang berada di zona bahaya sekitar 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.
Dalam pertemuan tersebut, Jro Mangku Bon yang didatangkan ke rumah warga tadi terlibat percakapan santai dan penuh kekeluargaan dengan para tokoh Pasebaya Gunung Agung. Mulanya, Wayan Suara selaku Sekretaris Pasebaya Gunung Agung menyampaikan bahwa kedatangannya khusus untuk menghentikan Jro Mangku Bon melakukan aktivitas spiritual mendaki Gunung Agung,
Masalahnya, kata Wayan Suara, Gunung Agung sedang erupsi. Radius 8-10 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung juga harus dikosongkan dan tidak boleh ada aktivitas sosial, karena berbahaya. Aktivitas pendakian Gunung Agung juga dilarang. "Itu larangan dari pemerintah. Kami sebagai mitra kerja hanya melanjutkan instruksi dari pemerintah," jelas Wayan Suara yang juga Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem.
Bagaimana reaksi Jro Mangku Bon? Dalam pertemuan kemarin, Jro Mangku Bon terus terang mengaku selama ini kerap melakukan aktivitasd spiritual mendaki Gunung Agung, karena dirinya membawa misi khusus. Jro Mangku Bon tercatat sudah 33 kali mendaki Gunung Agung selama hidupnya.
Dan, 4 aktivitas pendakian terakhir dilakukan Jro Mangku Bon selama status Awas Gunung Agung, sejak 22 September 2017. Jro Mangku Bon memaparkan, berdasarkan pengalaman tahun 1963, tanda-tanda Gunung Agung meletus diawali gempa besar berkali-kali. Kali ini di tahun 2017, tidak ada gempa yang dahsyat. Yang ada hanya berupa hembusan, sehingga tanda-tanda yang muncul tidak separah erupsi Gunung Agung tahun 1963.
Atas dasar pengalaman dan tanda-tanda itulah, Jro Mangku Bon berani mendaki Gunung Agung, meskipun kini dalam status Awas. Hanya saja, Jro Mangku Bon mengingatkan umat sedharma agar tidak mengikuti jejaknya nekat mendaki Gunung Agung. "Saya mendaki dan telah berserah diri kepada penguasa Gunung Agung. Saya siap menanggung risiko apa pun yang terjadi, termasuk menghadapi kematian," kata Jro Mangku Bon.
"Jika pada akhirnya saya mati di puncak Gunung Agung, kematian saya terhormat. Saya dibakar lahar panas dan langsung ngiring Ida Batara," lanjut tokoh spiritual yang selalu membawa tongkat kesayangannya, baik bepergian sehari-hari maupun saat mendaki Gunung Agung ini.
Jro Mangku Bon merupakan salah satu tokoh spiritual yang kerap mendaki Gunung Agung selama status Awas kali ini. Selain dia, juga ada Jro Mangku Mokoh, 71, tokoh spiritual asal Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Jro Mangku Mokoh terakhir kali naik ke puncak Gunung Agung, Kamis (13/12) malam, untuk mohon air suci dan mengambil benang Tridatu. *k16
Bahkan, sejumlah tokoh secara khusus mendatangi Jro Mangku Bon di kampungnya di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Senin (25/12), untuk meminta agar tokoh spiritual berusia 72 tahun ini jangan mendaki Gunung Agung lagi.
Mereka yang mendatangi Jro Mangku Bon, Senin pagi sekitar pukul 10.00 Wita, adalah para tokoh yang tergabung dalam Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem. Rombongan dipimpin Sekretaris Pasebaya Gunung Agung, I Wayan Suara didampingi sejumlah kepala desa (Perbekel) dari Kecamatan Kubu. Anggota Fraksi PDIP DPRD Bali Dapil Karangasem, Ni Kadek Darmini, juga ikut dalam rombongan.
Sejumlah kepala desa yang ikut mendampingi Wayan Suara Jro Mangku Bon kemarin, antara lain, Perbekel Ban I Wayan Potag, Perbekel Kubu I Nengah Jagra, Perbekel Tulamben I Nyoman Ardika, dan Perbekel Baturinggit I Nengah Nirka. Mereka diterima langsung Jro Mangku Bon.
Pertemuan tokoh Pasebaya Gunung Agung dengan Jro Mangku Bon kemarin berlangsung di sebuah rumah warga di bagian bawah Banjar Pucang, Desa Ban. Sebab, tidak mungkin menemui Jro Mangku Bon di kediamannya di sebuah pondok kawasan atas Banjar Pucang, Desa Ban, yang berada di zona bahaya sekitar 3 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung.
Dalam pertemuan tersebut, Jro Mangku Bon yang didatangkan ke rumah warga tadi terlibat percakapan santai dan penuh kekeluargaan dengan para tokoh Pasebaya Gunung Agung. Mulanya, Wayan Suara selaku Sekretaris Pasebaya Gunung Agung menyampaikan bahwa kedatangannya khusus untuk menghentikan Jro Mangku Bon melakukan aktivitas spiritual mendaki Gunung Agung,
Masalahnya, kata Wayan Suara, Gunung Agung sedang erupsi. Radius 8-10 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung juga harus dikosongkan dan tidak boleh ada aktivitas sosial, karena berbahaya. Aktivitas pendakian Gunung Agung juga dilarang. "Itu larangan dari pemerintah. Kami sebagai mitra kerja hanya melanjutkan instruksi dari pemerintah," jelas Wayan Suara yang juga Perbekel Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem.
Bagaimana reaksi Jro Mangku Bon? Dalam pertemuan kemarin, Jro Mangku Bon terus terang mengaku selama ini kerap melakukan aktivitasd spiritual mendaki Gunung Agung, karena dirinya membawa misi khusus. Jro Mangku Bon tercatat sudah 33 kali mendaki Gunung Agung selama hidupnya.
Dan, 4 aktivitas pendakian terakhir dilakukan Jro Mangku Bon selama status Awas Gunung Agung, sejak 22 September 2017. Jro Mangku Bon memaparkan, berdasarkan pengalaman tahun 1963, tanda-tanda Gunung Agung meletus diawali gempa besar berkali-kali. Kali ini di tahun 2017, tidak ada gempa yang dahsyat. Yang ada hanya berupa hembusan, sehingga tanda-tanda yang muncul tidak separah erupsi Gunung Agung tahun 1963.
Atas dasar pengalaman dan tanda-tanda itulah, Jro Mangku Bon berani mendaki Gunung Agung, meskipun kini dalam status Awas. Hanya saja, Jro Mangku Bon mengingatkan umat sedharma agar tidak mengikuti jejaknya nekat mendaki Gunung Agung. "Saya mendaki dan telah berserah diri kepada penguasa Gunung Agung. Saya siap menanggung risiko apa pun yang terjadi, termasuk menghadapi kematian," kata Jro Mangku Bon.
"Jika pada akhirnya saya mati di puncak Gunung Agung, kematian saya terhormat. Saya dibakar lahar panas dan langsung ngiring Ida Batara," lanjut tokoh spiritual yang selalu membawa tongkat kesayangannya, baik bepergian sehari-hari maupun saat mendaki Gunung Agung ini.
Jro Mangku Bon merupakan salah satu tokoh spiritual yang kerap mendaki Gunung Agung selama status Awas kali ini. Selain dia, juga ada Jro Mangku Mokoh, 71, tokoh spiritual asal Banjar Pura Gae, Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Karangasem. Jro Mangku Mokoh terakhir kali naik ke puncak Gunung Agung, Kamis (13/12) malam, untuk mohon air suci dan mengambil benang Tridatu. *k16
Komentar