Tak Pernah Kalah Tarung, 6 kali Periode Duduk di Legislatif
I Gusti Ketut Adhiputra terakhir kali duduk di kursi legislatif sebagai anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2009-2014. Begitu pensiun, Adhiputra digantikan putranya, AA Bagus Adhi Mahendra Putra sebagai anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2014-2019
Politisi Senior Golkar I Gusti Ketut Adhiputra Meninggal di RS Siloam, Jakarta
DENPASAR, NusaBali
Bali kehilangan salah satu tokoh politiknya, menyusul berpulangnya politisi kawakan Golkar I Gusti Ketut Adhiputra, 73. Politisi yang dijuluki ‘Akbar Tandjung dari Bali’ karena kelihaiannya dalam dunia politik ini, menghembuskan napas terakhir dalam perawatan di RS Siloam, Duren Sawit, Jakarta Selatan, Minggu (24/12) malam sekitar pukul 21.45 Wita. Sampai akhir hayatnya, IGK Adhiputra masih pegang rekor sebagai politisi yang tak pernah kalah tarung dalam pencalegan hingga 6 kali periode tembus kursi legislatif di level berbeda.
IGK Adhiputra diketahui berjuang melawan penyakit diabetes dan komplikasi, sejak tahun 2015. Selama itu pula, politisi sepuh Golkar asal Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung ini sempat beberapa kali masuk rumah sakit. Terakhir, ayah dari anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2014-2019 AA Bagus Adhi Mahendra Putra ini dilarikan ke RS Siloam, Jakarta Selatan, 24 Desember 2017 atas keluhan sesak napas. Namun, setelah dirawat selama beberapa jam, almarhum akhirnya meregang nyawa malam itu sekitar pukul 21.45 Wita.
Almarhum IGK Adhiputra berpulang buat selamanya dengan meninggalkan istri tercinta Ida Ayu Ketut Mahindri, 68, serta 4 anak, dan 11 cucu. Empat (4) anak almarhum masing-masing AA Bagus Adhi Mahendra Putra (yang jadi penerus di dunia politik), AA Bagus Kadek Kusimantara, AA Bagus Tri Candra Arka, dan AA Ayu Eka Pradnyadari.
Jenazah almarhum sudah dipulangkan dari Jakarta ke rumah duka di Desa Pakraman Kerobokan, Kecamatan kuta Utara, Badung, Senin (25/12). Rencananya, jenazah IGK Adhiputra akan dipalebon di Setra Desa Pakraman Kerobokan pada Saniscara Pon Matal, Sabtu, 13 Januari 2018 mendatang.
Ditemui NusaBali di rumah duka, Senin kemarin, putra sulung almarhum, AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi, menyatakan kondisi kesehatan ayahnya drop sejak istirahat dari dunia politik akhir tahun 2014 silam, selepas purna tugas sebagai Komisi III DPR RI Dapil Bali. Menurut Gus Adhi, almarhum sempat membimbing dirinya ketika pencalegan di Pileg 2014.
Saat itu, Gus Adhi maju ke DPR RI sebagai caleg dari Golkar Dapil Bali, untuk menggantikan sang ayah. Walhasil, begitu sang ayah pensiun, Gus Adhi berhasil naik ke kursi Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali hasil Pileg 2014, bersama rekan separta yang merupakan caleg incumbent asal Buleleng, Gede Sumarjaya Linggih alias Demer.
“Ajik (sebutan untuk sang ayah, IGK Adhiputra, Red) sempat membimbing saya tahun 2014. Beliau mengantar saya bertemu Pak Dewa Gde Oka (mantan Ketua DPD I Golkar Bali). Sejak saat itu, kondisi ajik menurun,” kenang Gus Adhi.
Menurut Gus Adhi, kondisi Adhiputra kian anjlok sejak 2016. Beberapa kali sempat bolak-balik masuk RS Sanglah, Denpasar dan rawat jalan di rumah. Terakhir, Adhiputra kembali dirawat di Wing Internasional RS Sanglah, sejak 21 Mei 2017. Karena kondisinya terus menurun, Adhiputra kemudian dirujuk ke RS Angkatan Darat Pusat Jakarta. Pasca kondisinya membaik, almarhum menjalani rawat jalan dengan didampingi sang istri, Ida Ayu Mahendri, yang pilih tinggal di Jakarta.
Gus Adhi menyebutkan, komplikasi dari diabetes yang mengarah ke saraf sejak tahun 2015, membuat kondisi kesehatan ayahnya semakin menurun. Puncaknya, Adhiputra yang mantan Ketua DPRD Badung 1987-1992 dan Wakil Ketua DPRD Bali 2004-2014 dilarikan ke RS Siloam, Duren Sawit, Jakarta Selatan, Minggu, 24 Desember 2017 siang karena keluhan sesak napas. Namun, setelah dirawat beberapa jam, almarhum menghembuskan napas terakhir.
Gus Adhi atas nama keluarga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Bali dan para kolega atas kesalahan-kesalahan almarhum, bailk yang disengaja maupun tidak disengaja. “Tidak ada manusia yang sempurna, kami sekeluarga mohon maaf jika ada kesalahan-kesalahan selama ayah kami mengabdikan diri kepada masyarakat terutama saat bertugas di kejaksaan, DPRD Badung, DPRD Bali, DPR RI,” tandas Gus Adhi.
Sedangkan istri almarhum, Ida Ayu Mahendri, mengatakan dirinya sempat menyuapi bubur kepada sang suami sebelum mengembuskan napas terakhir di rumah sakit. Seperti biasa juga, Dayu Mahendri juga menyempatkan ajak almarhum suami melakukan puja Tri Sandya 3 kali sehari, sebelum serangan sesak napas.
“Nggak ada firasat, Tu Aji (almarhum) akan pergi. Saya tidak bisa berkata apa-apa selain mohon doa, nunas ampura (mohon maaf) kalau ada kesalahan almarhum kepada sameton dan kolega,” ujar Dayu Mehandri yang pensiunan Polwan ini kepada NusaBali di rumah duka, Senin kemarin.
Pantauan NusaBali, sejumlah kolega dan kader Golkar sempat melayat ke rumah duka, Senin kemarin. Mereka, anyara lain, mantan Sekretaris DPD I Golkar Bali yang kini Ketua KPPI Bali Dewa Ayu Putu Sri Wigunawati, mantan Ketua KPPG Bali dan anggota Fraksi Golkar DPRD Bali 1999-2004 Anak Agung Sagung Anie Asmoro, mantan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Bali dari Fraksi Golkar AA Ngurah Rai Wiranata. Perlu dicatat, Rai Wiranatha adalah tokoh senior Golkar dan mantan Ketua SOKSI Bali yang sejawat dengan Adhiputra di dunia politik. Saat Rai Wiranatha duduk di DPRD Bali, Adhiputra menjabat Wakil Ketua DPRD Bali 2004-2009.
Almarhum IGK Adhiputra sendiri terbilang politisi fenomenal. Dialah politisi dari Bali yang paling sering menjadi anggota Dewan di level berbeda, yakni sebanyak 6 kali periode. Dan, dia selalu sukses dalam setiap pencalegan sejak Pemilu 1977. Politisi sepuh kelahiran 10 November 1944 terakhir bertarung dan lolos ke kursi DPR RI Dapil Bali dalam Pileg 2009 lalu, ketika mengantongi 37.079 suara.
Sebelum maju ke kursi DPR RI 2009-2014, Adhiputra sudah 5 kali periode menjadi anggota Dewan di Bali. Adhiputra pertama kali menginjakkan kaki di Gedung Dewan pada 1977, ketika menjadi anggota Fraksi Golkar DPRD Badung 1977-1982. Saat itu, Adhiputra yang seorang jaksa dikaryakan oleh Golkar---kala itu masih menganut sistem Jalur A (ABRI/purnawirawan), jalur B (Birokrasi), dan jalur G (Golkar). Begitu naik, Adhiputra ketika itu langsung dipercaya sebagai Ketua Fraksi Karya Pembangunan DPRD Badung 1977-1982.
Pada Pemilu 1982, Adhiputra dipercaya lagi maju sebagai caleg Golkar untuk kursi DPRD Badung dari jalur B. Dia pun lolos dan dipercaya pegang jabatan Wakil Ketua DPRD Badung 1982-1987. Pada Pemilu 1987, Adhiputra terpilih kembali dan dapat kabatan terhirmat sebagai Ketua DPRD Badung 1987-1992. Di era Adhiputra juga, lahir Kotamadya Denpasar sebagai pecahan Badung.
Pada Pemilu 1992, Adhiputra tidak maju tarung karena ditarik ke korpnya, Kejaksaan Tinggi (Kejati) Bali sebagai Kepala Humas Kejati Bali. Adhiputra berada di Kejati Bali selama 6 tahun, sebelum kemudian kembali diminta Golkar untuk terjun mengelola Partai Beringin pada 1998. Karena era reformasi, Adhiputra tidak boleh merangkap, sehingga dia pilih menanggalkan jabatan sebagai jaksa. Sejak itulah dia total mengabdi untuk Golkar, yang sedang babak belur dihujat reformasi. Pada 1998, Adhiputra dapat tanggung jawab sebagai Ketua DPD II Gol-kar Badung.
Adhiputra pun maju lagi tarung ke Pemilu 1999 dan terpilih sebagai anggota DPRD Bali 1999-2004 dan duduk di Komisi B. Pada Pileg 2004, Adhiputra kembali maju tarung dan lolos ke kusri DPRD Bali 2004-2009 hingga meraih jabatan Wakil Ketua Dewan. Pada periode 5 tahun berukutnya (periode ke-6), Adhiputra tarung ke DPR RI Dapil Bali dan lolos ke Senayan. Setelah purna tugas, kiprahnya di DPR RI Dapil Bali diteruskan sang putra sulung, Gus Adhi. *nat
Komentar