Diisi Kreativitas Seni hingga Memahat Batu Padas di Tebing Pura
Festival Rurung di Desa Peliatan merupakan bagian upaya mempertahankan kearifan budaya di tengah hiruk pikuk Ubud sebagai destinasi wisata dunia
Festival Rurung Digulirkan Komunitas Seni dan Kuliner di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud
GIANYAR, NusaBali
Sebuah festival yang diberi tajuk ‘Festival Rurung’ digelar di kawasan wisata Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar, 22-24 Desember 2017. Sesuai namanya, Festival Rurung diisi kreativitas seni, budaya, atraksi memahat batu padas di tebing, hingga sajian beragam kuliner khas Bali di rurung (jalan kecil) sebelah barat Bale Banjar Peliatan.
Festival Rurung ini merupakan yang ketiga kalinya digelar di Desa Peliatan. Namun, baru kali ini Festival Rurung mendapat support dari Desa Pakraman peliatan. Sedangkan dalam dua perhelatan sebelumnya pada 2015 dan 2016, Festival Rurung digelar kecil-kecilan secara mandiri oleh I Wayan Sudiarsa, yang bertindak selaku ketua panitia, bersama komunitas seni dan kuliner depan rumahnya.
Rurung yang digunakan untuk Festival Rurung pun selalu berpindah tiap tahun. Khusus Festival Rurung 2017 ini, dilaksanakan di rurung sebelah barat Bale Banjar Peliatan yang panjangnya mencapai 400 meter sampai ke Pura Beji Belong, Desa Pakraman Peliatan.
Menurut Ketua Panitia Festival Rurung, Wayan Sudiarsa, dalam tiga hari penyelenggaraan, festival menggunakan tema berbeda-beda setiap harinya. Hari pertama mengambil tema Malam Tradisi, hari kedua mengambil tema Malam Modern, dan hari ketiga mengambil tema Malam Kontemporer. Festival dilaksanakan sejak pagi pukul 09.00 Wita hingga malam pukul 22.00 Wita.
Pada hari kedua dengan tema Malam Modern, misalnya, kegiatan dijabarkan melalui atraksi memahat tebing Pura Beji Belong, sarasehan budaya, aktivitas bermain anak Pasraman Peliatan, instalasi dari kawan Segitiga Sama Kaki, gerak eksploratif, modern dance dari Padma Nara Swara, musik akustik Emoni Band, hingga pemutaran film dokumenter SMAN 1 Susut (Bangli).
Wayan Sudiarsa menjelaskan, Featival Rurung ini digelar sebagai bagian upaya mempertahankan kearifan budaya di tengah hiruk pikuk Ubud sebagai destinasi wisata dunia. "Ada berbagai kegiatan yang dikemas dalam rangka mempertahankan kearifan lokal Bali," jelas Sudiarsa saat dikonfirmasi NusaBali di Peliatan, Selasa (26/12).
Menurut Sudiarsa, Festival Rurung ini juga membuka ruang komunikasi antar warga di era modernisasi. Dalam hal ini, rurung bukan hanya dimaknai sebagai jalan, namun juga tempat untuk mempertemukan rasa, hati, dan pikiran. Interaksi sosial terjadi dalam suasana yang cair dan nyaman untuk sharing segala hal, hingga tidak jarang ide-ide hebat tercetus di dalamnya. “Rurung juga sebagai jalan untuk membangun kerja sama dan menjembatani komunikasi dari generasi ke generasi,” katanya.
Yang menarik, bila sebuah festival umumnya meninggalkan sampah, namun Fetival Rurung di Peliatan justru meninggalkan monumen berupa pahatan tebing berbahan batu padas. Sejumlah seniman pahat dari Desa Peliatan ikut terlibat membuat relief dengan memahat batu padas (paras) yang menempel di dinding Pura Beji Belong.
Selain aksi memahat, kegiatan yang berlangsung seru adalah hadirnya kalangan anak-anak yang ikut mengisi kegiatan rare (anak), seperti diskusi budaya, permainan tradisi anak-anak, dan aksi panggung. "Khusus untuk anak-anak, kami libatkan dalam acara diskusi budaya menampilkan pembicara Kadek Wahyudita dari Rumah Budaya Penggak (Kesiman, Denpasar) dan tokoh dongeng Bali, Bapak Made Taro tokoh dongeng Bali, yang memberikan cerita-cerita serta berbagai permainan tradisi," jelas Sudiarsa.
Menurut Sudiartsa, antusiasme anak-anak dalam kegiatan Festival Rurung ini sungguh luar biasa. Mereka sangat menikmati kegiatan yang digelar. "Syukurlah anak-anak sangat antusias. Kami hanya ingin keberlangsungan budaya yang sudah ada bisa tetap terjaga. Nah, lewat Festival Rurung inilah kami ingin membangkitkan kejayaan Peliatan sebagai desa yang pertama dari Bali hadir di luar negeri membawakan seni tabuh dan tarinya," tegas Sudiarsa.
Bukan hanya atraksi seni dan budaya, dalam Festival Rurung ini juga ditampikan aneka kuliner khas Bali dan khas Desa Peliatan. Kuliner ini disajikan di rurung selebar 2 meter di pinggir sungai sebelah barat Bale Banjar Peliatan. Kuliner yang disajikan, antara lain, jaja sagon, topot, mujair nyatnyat, nasi sela, minuman jamur, dan sate. "Kami antusias menghelat Festival Rurung ini, sebagai upaya membangkitkan kembali pemberdayaan generasi muda," ujar perwakilan Karang Taruna Desa Peliatan, Wayan Eka Budiayasa. *nvi
1
Komentar