Irjen Petrus Datang, Ormas Tiarap, Mang Jangol Tak Berkutik
Sepanjang tahun 2017 ini krama Bali bisa bernapas lega, karena kasus bentrok ormas yang sebelumnya kerap terjadi, kini tiarap.
Yang lebih menyejukkan lagi, ormas-ormas besar di Bali yang kerap bergesekan kini bahkan bisa hidup rukun. Kondisi damai ini membuat masyarakat lebih nyaman dalam beraktifitas. Ini tak terlepas dari kedatangan sosok Irjen Pol Petrus Reinhard Golose sebagai Kapolda Bali, sejak 4 Januari 2017.
Sejak menjadi orang nomor satu di Polda Bali, Irjen Petrus Golose yang mantan Deputi Bidang Kerjasama Internasional Badan Nasional Penagunggalangan Terorisme (BNPP) langsung bergerak cepat dengan mengumpulkan jajarannya. Salah satu yang menjadi fokus perhatian di awal kepemimpinannya adalah soal maraknya aksi premanisme yang melibatkan oknum anggota ormas dan seringnya terjadi bentrok ormas.
Irjen Petrus memang gusar dan marah, karena baru beberapa hari memimpin Polda Bali, dia sudah ‘disambut’ aksi bentrok ormas di Jalan Buluh Denpasar Barat, 22 Januari 2017. Jenderal bintang dua kelahiran Manado, Sulawesi Utara, 27 November 1965 ini pun bertekad tindak tegas para pihak yang terlibat dalam keributan itu. Bahkan, dengan tegas dia menyebut tidak ada toleransi dengan segala bentuk premanisme. “Saya tidak akan tolerir dengan aksi premanisme. Saya akan tangkap mereka semua,” katanya kala itu.
Janji Irjen Petrus untuk meredam ormas-ormas yang kerap berbuat onar dan meresahkan itu mulai terbukti dan dirasakan masyarakat. Diawali dari perintah kepada jajarannya untuk memberangus seluruh baliho yang berkaitan dengan ormas yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan utama. Bahkan, Irjen Petrus sampai mengancam akan copot jabatan Kapolres, Kapolsek, Kasat, Kanit, dan lainnya jika mereka takut me-laksanakan perintahnya.
Irjen Petrus juga perintahkan untuk menindak tegas seluruh pungutan dari preman yang mengatasnamakan ormas. Seperti diketahui, unit usaha di Bali seperti bengkel, warung, dan toko harus memberikan jatah uang keamanan bulanan kepada preman yang mengatasnamakan ormas. Meski sudah berlangsung lama dan menjadi rahasia umum, namun praktik kotor itu seolah tidak ada yang berani menghentikannya. Namun, sejak kedatangan Irjen Petrus, praktek kotor itu tiarap.
Selain fokus penanganan premanisme dan meredam ormas yang kerap berbuat onar, Irjen Petrus juga memberi atensi terhadap kejahatan transnasional terorganisir, salah satunya kasus narkoba. “Saya ingin menyelamatkan generasi masyarakat Bali. Saya juga tidak ingin wisatawan datang ke Pulau Bali, karena Bali sebagai destinasi narkoba,” katanya dalam sebuah kesempatan.
Keseriusan berantas peredaran narkoba ini dibuktikan Irjen Petrus dengan pengungkapan dua kasus besar. Pertama, penggerebekan tempat hiburan malam Akasaka di Simpang Enam Jalan Teuku Umar Denpasar Barat. Kedua, penggerebekan rumah Wakil Ketuya DPRD Bali dari Fraksi Gerindra (waktu itu) Jro Gde Komang Swastika alias Mang Jangol di Jalan Batanta Denpasar Barat.
Dalam penggerebekan di Akasaka, selain mengamankan Manajer Pemasaran Akasaka, juga disita barang bukti 19.000 butir ekstasi bernilai Rp 9,5 miliar. Bahkan, Irjen Petrus memberikan rekomendasi kepada Pemkot Denpasar untuk menutup tempat hiburan terkenal tersebut. Padahal, selama ini Akasaka tak pernah tersentuh hukum.
Sedangkan dalam penggerebekan di rumah Jro Swastika alias Mang Jangol, diamankan menyita barang bukti berupa puluhan paket shabu siap edar dan senjata api. Polisi juga menangkap sang Wakil Ketua Dewan beserta sang istri pertama Ni Luh Ratna Dewi dan kakak kandungnya, Wayan Sunada alias Wayan Kembar, yang sempat buron. Kini, Mang Jangol yang jadi tersangka bandar narkoba dan kepemilikan senjata, bersama kakak dan istrinya masih dalam proses hukum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Selama hampir setahun memimpin Polda Bali, kinerja Irjen Petrus bersama jajarannya dalam penanganan kasus premanisme, bentrokan ormas, dan peredaran narkoba merupakan sebuah prestasi dan sangat dirasakan masyarakat. Ketegasan Irjen Petrus yang tanpa kompromi dan ‘deal-deal khusus’ dalam menindak mereka yang melanggar, hukum merupakan kunci sukses membuat aman dan nyaman Pulau Bali ini.
Sikap tegas tanpa kompromi ini tentunya harus dipertahankan bagi pemimpin-pemimpin selanjutnya di Polda Bali, sehingga tonggak awal yang dibangun Irjen Petrus dengan susah payah memberantas premanisme dan ormas yang kerap bikin gaduh, tidak sia-sia.
Sayangnya, di balik prestasi bagus yang disematkan kepada Irjen Petrus bersama jajarannya selama 2017 ini, masih meninggalkan pekerjaan rumah (PR) yang ditunggu jawabannya oleh publik. Salah satunya, adalah peristiwa penyerangan dan perampasan senjata milik anggota Brimob, Brigadir I Bagus Suda Suwarna, yang hingga kini pelakunya masih misterius.
Kasus perampasan senjata Brimob ini tentu tidak boleh dianggap enteng. Selain lokasinya di Nusa Dua, yang merupakan pusat pariwisata Pulau Dewata, sosok anggota Brimob yang sejatinya merupakan personel terlatih seolah dengan mudah dilumpuhkan para pelaku. Kasus yang menjadi perhatian nasional bahkan internasional ini pun wajib hukumnya diungkap jajaran Polda Bali di bawah kepemimpinan Irjen Petrus, sehingga prestasi gemilang memberantas premanisme dan narkoba di Bali tidak ternoda oleh kasus penyerangan dan perampasan senjata anggota Brimob. *
---PROYEKSI 2017 Bidang HUKRIM
Gusti Putu Edi Sudarma
---------------------------------
Wartawan NusaBali
Komentar