nusabali

Sebanyak 900 Personel Bersihkan 345 Ton Sampah

  • www.nusabali.com-sebanyak-900-personel-bersihkan-345-ton-sampah

Total sampah pada malam perayaan tahun baru di sejumlah pantai di Badung mencapai 345 ton.

MANGUPURA, NusaBali

Jumlah tersebut merupakan akumulasi sampah kiriman dan sampah sisa perayaan tahun baru.  Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (Dinas LHK) Kabupaten Badung I Putu Eka Merthawan, mengungkapkan untuk menanganinya pihaknya mengerahkan seluruh potensi. Merthawan merincikan jumlah sampah itu terdiri dari 250 ton sampah reguler rutin, 45 ton sampah malam tahun baru, dan 50 ton sampah kiriman di 11 zona pantai terdampak di Badung. Dikatakan sampah yang paling banyak terjadi di Pantai Kuta, Seminyak, Legian, dan Petitenget.

Untuk menangani ratusan ton sampah itu dengan cepat pihaknya menurunkan 900 orang personel dengan perlengkapan penuh. Tim mulai mengeksekusi sampah sejak pukul 06.00 sampai pukul 16.00 Wita, Senin kemarin. Harapannya agar wisatawan pada Senin sore hari kembali dapat menikmati suasana pantai dalam keadaan asri.

Selain menerjunkan 900 orang personel Dinas LHK juga mengoperasikan dua unit loader dan 30 unit truk. “Kami turun dengan kekuatan penuh. Alhasil ratusan ton sampah malam tahun baru sudah terangkut semuanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Kecamatan Denpasar Selatan. Selain itu sampah kiriman juga sudah diatasi dan sudah terkumpul pada tempat yang telah ditetapkan. Jumlah sampah kiriman tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya. Bila dilihat dari bulan November hingga saat ini terjadi penungkatan 5 persen,” ujar Merthawan saat dikonfirmasi, Senin (1/1).

Meski volume sampah kiriman sudah menurun, namun status darurat belum dicabut. Untuk mempermudah pemantauan Merthawan memilih untuk ngantor di salah satu kafe di Kedonganan, Kecamatan Kuta. Dirinya mengaku akan berkantor di Kedonganan sampai status darurat sampah usai.

“Saya tak mencari sensai. Saya tahu keadaan tim saya di lapangan. Hingga kini cuaca agak ekstrem. Selain itu loader juga rusak, artinya tenaga manual harus optimal. Kondisi seperti ini sangat tak menguntungkan. Di tengah sampah yang begitu banyak, alat rusak. Kami punya tanggung jawab moral terhadap citra Badung di mata dunia. Saya akan ngantor di sana sepanjang masih status darurat. Kami kendalikan semua kegiatan LHK dari sana,” kata  Merthawan. *p

Komentar