Pendangkalan Tukad Unda Capai 4 Meter
Akibat diterjang banjir lumpur erupsi Gunung Agung, kondisi Tukad Unda, Klungkung, kini mengalami pendangkalan hingga 4 meter.
SEMARAPURA, NusaBali
Sehingga saat turun hujan deras air di Tukad Unda dengan leluasa meluap, bahkan tanggul di sisi utara Dam Tukad Unda sudah jebol sepanjang 20 meter.
Pantauan di lokasi, Selasa kemarin, untuk langkah antisipasi pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida sudah membuat tanggul semi permanen di bantaran Tukad Unda, dengan mengeruk endapan di Tukad Unda. Namun setelah diterjang lumpur erupsi Gunung Agung, Tukad Unda mengalami pendangkalan. Sehingga pihak terkait berencana melakukan pengerukan dan membangun kembali tanggul tersebut.
Hanya saja, karena material pasir kini melimpah di Tukad Unda mulai timbul polemik. Karena pasir itu memiliki nilai ekononis tinggi. Bahkan ada pihak suwasta disebut menggunakan alat berat untuk mencari pasir di bantaran Tukad Unda, wilayah Desa Tangkas. Kondisi ini diakui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman Klungkung Gusti Nyoman Supartana. “Ada masyarakat melapor ke bupati, dari bupati menyampaikan ke saya, kemudian saya langsung ke lapangan untuk bertemu dengan masyarakat di Desa Tangkas,” ujar Supartana, saat dihubungi Selasa (2/1).
Menindaklanjuti permasalahan itu, pihaknya sudah meminta kepada pihak desa juga menggelar rapat koordinasi terbatas (rakortas) dengan mengundang instansi terkait, baik dari pihak Balai maupun masyarakat sekitar di Bantaran Tukad Unda. Karena untuk menormalisasi Tukad Unda mesti dilakukan pengerukan. “Dengan timbunan pasir, rumah di bantaran sungai terancam. Solusinya memang di gali untuk dikembalikan seperti semula,” katanya.
Lewat rakortas tersebut untuk mencari solusi setelah digali akan ditaruh di mana material tersebut. Mengingat material pasir cukup banyak mencapai ribuan kubik. Sehingga tidak ada timbul kecurigaan akan dijual dan sebgainya. “Dalam hal ini memang menjadi dilematis, secara teknis pasti digali, tapi material itu dibawa kemana itu yang akan diputuskan agar tidak menjadi masalah,” ujarnya. Disebutkan saat ini pendangkalan sudah mencapai 4 meter.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan BWS Bali Penida Wayan Suteja, mengatakan terkait dengan pendangkalan tersebut rencananya memang ada rencana pengerukan. Hanya saja melihat kondisi Gunung Agung yang tidak menentu, pihaknya juga harus ada strategi. Karena ini berpengaruh terhadap pemeriksaan. Jangan sampai nanti saat habis keruk, pemeriksaan belum datang dan muncul pertanyaan mana pengerukannya. “Nanti itu yang perlu dipikirkan karena kami harus sesuaikan juga dengan regulasi,” katanya.*wan
Pantauan di lokasi, Selasa kemarin, untuk langkah antisipasi pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida sudah membuat tanggul semi permanen di bantaran Tukad Unda, dengan mengeruk endapan di Tukad Unda. Namun setelah diterjang lumpur erupsi Gunung Agung, Tukad Unda mengalami pendangkalan. Sehingga pihak terkait berencana melakukan pengerukan dan membangun kembali tanggul tersebut.
Hanya saja, karena material pasir kini melimpah di Tukad Unda mulai timbul polemik. Karena pasir itu memiliki nilai ekononis tinggi. Bahkan ada pihak suwasta disebut menggunakan alat berat untuk mencari pasir di bantaran Tukad Unda, wilayah Desa Tangkas. Kondisi ini diakui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Penataan Ruang dan Kawasan Permukiman Klungkung Gusti Nyoman Supartana. “Ada masyarakat melapor ke bupati, dari bupati menyampaikan ke saya, kemudian saya langsung ke lapangan untuk bertemu dengan masyarakat di Desa Tangkas,” ujar Supartana, saat dihubungi Selasa (2/1).
Menindaklanjuti permasalahan itu, pihaknya sudah meminta kepada pihak desa juga menggelar rapat koordinasi terbatas (rakortas) dengan mengundang instansi terkait, baik dari pihak Balai maupun masyarakat sekitar di Bantaran Tukad Unda. Karena untuk menormalisasi Tukad Unda mesti dilakukan pengerukan. “Dengan timbunan pasir, rumah di bantaran sungai terancam. Solusinya memang di gali untuk dikembalikan seperti semula,” katanya.
Lewat rakortas tersebut untuk mencari solusi setelah digali akan ditaruh di mana material tersebut. Mengingat material pasir cukup banyak mencapai ribuan kubik. Sehingga tidak ada timbul kecurigaan akan dijual dan sebgainya. “Dalam hal ini memang menjadi dilematis, secara teknis pasti digali, tapi material itu dibawa kemana itu yang akan diputuskan agar tidak menjadi masalah,” ujarnya. Disebutkan saat ini pendangkalan sudah mencapai 4 meter.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Satuan Kerja Operasi dan Pemeliharaan BWS Bali Penida Wayan Suteja, mengatakan terkait dengan pendangkalan tersebut rencananya memang ada rencana pengerukan. Hanya saja melihat kondisi Gunung Agung yang tidak menentu, pihaknya juga harus ada strategi. Karena ini berpengaruh terhadap pemeriksaan. Jangan sampai nanti saat habis keruk, pemeriksaan belum datang dan muncul pertanyaan mana pengerukannya. “Nanti itu yang perlu dipikirkan karena kami harus sesuaikan juga dengan regulasi,” katanya.*wan
Komentar