Demer Diisukan Gantikan Gus Adhi di Kabinet Airlangga
Perebutan Kursi Pengurus DPP Golkar
DENPASAR, NusaBali
Kader Beringin dari Bali dipastikan dapat kursi dalam kepengurusan DPP Golkar 2017-2019 di bawah pimpinan Airlangga Hartarto. Namun, AA Bagus Adhi Mahendra Putra alias Gus Adhi yang selama ini menjabat Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar dalam posisi tidak aman. Isunya, Gus Adhi akan digantikan Gede Sumarjaya Linggih alias Demer, yang kini anggota Dewan Pakar Golkar.
Bocoran yang diperoleh NusaBali, Rabu (3/1), lobi-lobi tingkat tinggi kini terjadi di DPP Golkar untuk mengamankan kursi dalam kabinet Airlangga Hartarto. Gede Sumarjaya Linggih alias Demer (politisi Gilkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng) disebut-sebut bergandengan dengan Dewa Made Widiyasa Nida (politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung) dalam membidik jabatan Gus Adhi (politisi Golkar asal Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung) di DPP Golkar.
Sumber NusaBali menyebutkan, pertemuan segitita antara Airlangga Hartarto-Demer-Dewa Nida di Nusa Dua, Kecvamatan Kuta Selatan, Badung, sepekan lalu, merupakan bagian dari lobi. “Demer berpeluang duduk di kepengurusan inti bisa, menggantikan Gus Adhi menjadi Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar,” ujar kader Golkar yang enggan disebut namanya kepada NusaBali, Rabu kemarin.
“Kartu As Dewa Nida dan Demer hidup lagi. Karena mereka sama-sama pernah di barisan DPP Golkar Munas Ancol. Pertemuan segitiga di Nusa Dua antara Airlangga, Demer, dan Dewa Nida di Nusa Dua adalah sinyalnya,” lanjut dia.
Benarkah? Dikonfirmasi NusaBali soal isu dirinya akan diganti sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, Rabu kemarin, Gus Adhi mengatakan tidak ada masalah. “Bagi saya, bukan jabatan di kepengurusan yang paling penting. Menjadi kader dengan prinsip karya kekaryaan, itu lebih utama. Kalau jabatan itu adalah tugas partai,” tegas Gus Adhi.
“Tidak menjabat di struktur partai, apakah kita lantas tidak bekerja dan berbuat untuk masyarakat? Ya nggak, kan. Tetap kerja keras untuk kebesaran partai-lah,” lanjut anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2014-2019 yang notabene putra dari almarhum I Gusti Ketut Adhiputra (mantan anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2009-2014) ini.
Menurut Gus Adhi, revitalisasi kepengurusan DPP Golkar adalah kewenangan penuh ketua umum terpilih. Gus Adhi pun pilih menyerahkan kepada DPP Golkar urusan pengurus ini. Gus Adhi mengingatkan, jatidiri Partai Golkar adalah karya kekaryaan, mengedepankan karya nyata dan menjauhkan intrik.
“Dan, kita semua janganlah menjadikan jabatan pengurus partai sebagai tujuan utama. Namun, kita harus mengabdikan diri yang terbaik bagi partai dan masyarakat. Tujuan kader adalah berkarya untuk kesejahteraan masyarakat. Kalau kader mengerti prinsip itu, tidak akan ada intrik,” utegas Gus Adhi.
Sementara itu, Demer mengatakan dirinya menunggu saja keputusan Airlangga Hartarto soal kepengurusan DPP Golkar pasca Munaslun. Menurut Demer, Astungkara kalau dirinya ditugaskan sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah DPP Golkar.
“Astungkara kalau ditugaskan. Selama ini, saya hanya bekerja mendampingi beliau (Airlangga). Dapat reward atau tidak, tetap saya syukuri. Semua saya serahkan kepada ketua umum Pak Airlangga, karena sekarang beliau formatur tunggal dibantu beberapa orang. Saya tidak mau mendahului, nanti jumawa namanya,” tegas Demer kepada NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin.
Demer mengakui dirinya memang dekat dengan Airlangga, terlebih karena mereka sempat sama-sama duduk di Komisi VI DPR RI dengan parnert kerja Menteri Koperasi & UMKM AA Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Perdagangan Enggar Tiasto Lukito, Menteri Perindustrian yang kini sudah dipegang Airlangga sendrii.
"Dulu Pak Airlangga Ketua Komisi VI, sSaya anggota Komisi VI. Sekarang kita jadi mitra kerja. Saya dekat dengan Puspayoga, saya dekat Pak Airlangga dan Pak Enggar juga," ujar anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali tiga periode (2004-2009.l 2009-2014, 2014-2019) ini.
Menurut Demer, ketika dekat dengan seseorang, bisa positif, bisa negatif. Kalau banyak positifnya, itu menjadi kekuatan. Sebaliknya, kalau banyak negatifnya, itu menjadi kelemahan. “Tergantung beliau (Airlangga) menilai saya sekarang. Bagaimana penilaian beliau terhadap saya. Ada lagu Bali ‘de ngaden awak bisa, depang anake ngadanin’ ((jangan merasa diri hebat, biarkan orang lain yang menilai, Red),” tandas Demer.
Sekadar dicatat, di era kepemimpinan ketua umum Setya Novanto, ada tiga kader Beringin dari Bali yang duduk di DPP Golkar. Selain Gus Adhi dan Demer, juga ada Wayan Geredeg, politisi Golkar asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Wayan Geredeg yang notabene mantan Bupati Karangasem dua periode (2005-2010, 2010-2015) menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum DPP Golkar dan sekaligus Korwil Bali DPP Golkar.
Wayan Geredeg sendiri mengaku tidak tahu menahu soal kursi jabatan kader Beringin dari Bali di DPP Golkar pimpinan Airlangga Hartarto. "Kalau saya, ditugaskan di mana saja siap. Sekarang ketua umum punya kewenangan penuh dan hak prerogatif menentukan kepengurusan DPP Golkar. Pokoknya, kita sebagai kader harus siap ditugaskan atau tidak ditugaskan," ujar Geredeg yang juga mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin. *nat
Bocoran yang diperoleh NusaBali, Rabu (3/1), lobi-lobi tingkat tinggi kini terjadi di DPP Golkar untuk mengamankan kursi dalam kabinet Airlangga Hartarto. Gede Sumarjaya Linggih alias Demer (politisi Gilkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng) disebut-sebut bergandengan dengan Dewa Made Widiyasa Nida (politisi Golkar asal Desa Akah, Kecamatan Klungkung) dalam membidik jabatan Gus Adhi (politisi Golkar asal Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Badung) di DPP Golkar.
Sumber NusaBali menyebutkan, pertemuan segitita antara Airlangga Hartarto-Demer-Dewa Nida di Nusa Dua, Kecvamatan Kuta Selatan, Badung, sepekan lalu, merupakan bagian dari lobi. “Demer berpeluang duduk di kepengurusan inti bisa, menggantikan Gus Adhi menjadi Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar,” ujar kader Golkar yang enggan disebut namanya kepada NusaBali, Rabu kemarin.
“Kartu As Dewa Nida dan Demer hidup lagi. Karena mereka sama-sama pernah di barisan DPP Golkar Munas Ancol. Pertemuan segitiga di Nusa Dua antara Airlangga, Demer, dan Dewa Nida di Nusa Dua adalah sinyalnya,” lanjut dia.
Benarkah? Dikonfirmasi NusaBali soal isu dirinya akan diganti sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar, Rabu kemarin, Gus Adhi mengatakan tidak ada masalah. “Bagi saya, bukan jabatan di kepengurusan yang paling penting. Menjadi kader dengan prinsip karya kekaryaan, itu lebih utama. Kalau jabatan itu adalah tugas partai,” tegas Gus Adhi.
“Tidak menjabat di struktur partai, apakah kita lantas tidak bekerja dan berbuat untuk masyarakat? Ya nggak, kan. Tetap kerja keras untuk kebesaran partai-lah,” lanjut anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2014-2019 yang notabene putra dari almarhum I Gusti Ketut Adhiputra (mantan anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali 2009-2014) ini.
Menurut Gus Adhi, revitalisasi kepengurusan DPP Golkar adalah kewenangan penuh ketua umum terpilih. Gus Adhi pun pilih menyerahkan kepada DPP Golkar urusan pengurus ini. Gus Adhi mengingatkan, jatidiri Partai Golkar adalah karya kekaryaan, mengedepankan karya nyata dan menjauhkan intrik.
“Dan, kita semua janganlah menjadikan jabatan pengurus partai sebagai tujuan utama. Namun, kita harus mengabdikan diri yang terbaik bagi partai dan masyarakat. Tujuan kader adalah berkarya untuk kesejahteraan masyarakat. Kalau kader mengerti prinsip itu, tidak akan ada intrik,” utegas Gus Adhi.
Sementara itu, Demer mengatakan dirinya menunggu saja keputusan Airlangga Hartarto soal kepengurusan DPP Golkar pasca Munaslun. Menurut Demer, Astungkara kalau dirinya ditugaskan sebagai Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah DPP Golkar.
“Astungkara kalau ditugaskan. Selama ini, saya hanya bekerja mendampingi beliau (Airlangga). Dapat reward atau tidak, tetap saya syukuri. Semua saya serahkan kepada ketua umum Pak Airlangga, karena sekarang beliau formatur tunggal dibantu beberapa orang. Saya tidak mau mendahului, nanti jumawa namanya,” tegas Demer kepada NusaBali secara terpisah, Rabu kemarin.
Demer mengakui dirinya memang dekat dengan Airlangga, terlebih karena mereka sempat sama-sama duduk di Komisi VI DPR RI dengan parnert kerja Menteri Koperasi & UMKM AA Gede Ngurah Puspayoga, Menteri Perdagangan Enggar Tiasto Lukito, Menteri Perindustrian yang kini sudah dipegang Airlangga sendrii.
"Dulu Pak Airlangga Ketua Komisi VI, sSaya anggota Komisi VI. Sekarang kita jadi mitra kerja. Saya dekat dengan Puspayoga, saya dekat Pak Airlangga dan Pak Enggar juga," ujar anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali tiga periode (2004-2009.l 2009-2014, 2014-2019) ini.
Menurut Demer, ketika dekat dengan seseorang, bisa positif, bisa negatif. Kalau banyak positifnya, itu menjadi kekuatan. Sebaliknya, kalau banyak negatifnya, itu menjadi kelemahan. “Tergantung beliau (Airlangga) menilai saya sekarang. Bagaimana penilaian beliau terhadap saya. Ada lagu Bali ‘de ngaden awak bisa, depang anake ngadanin’ ((jangan merasa diri hebat, biarkan orang lain yang menilai, Red),” tandas Demer.
Sekadar dicatat, di era kepemimpinan ketua umum Setya Novanto, ada tiga kader Beringin dari Bali yang duduk di DPP Golkar. Selain Gus Adhi dan Demer, juga ada Wayan Geredeg, politisi Golkar asal Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Wayan Geredeg yang notabene mantan Bupati Karangasem dua periode (2005-2010, 2010-2015) menjabat sebagai Wakil Bendahara Umum DPP Golkar dan sekaligus Korwil Bali DPP Golkar.
Wayan Geredeg sendiri mengaku tidak tahu menahu soal kursi jabatan kader Beringin dari Bali di DPP Golkar pimpinan Airlangga Hartarto. "Kalau saya, ditugaskan di mana saja siap. Sekarang ketua umum punya kewenangan penuh dan hak prerogatif menentukan kepengurusan DPP Golkar. Pokoknya, kita sebagai kader harus siap ditugaskan atau tidak ditugaskan," ujar Geredeg yang juga mantan Ketua DPD II Golkar Karangasem saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin. *nat
Komentar