652 Pengungsi Masih Bertahan di Denpasar
Pasca Ditetapkan Radius Aman 6 Kilometer
DENPASAR, NusaBali
Sejak ditetapkannya radius aman Gunung Agung dalam jarak 6 kilometer, sebanyak 652 masyarakat Karangasem yang mengungsi di Denpasar masih bertahan pada Jumat (5/1). Kepala BPBD Kota Denpasar IB Joni Ariwibawa saat dikonfirmasi, kemarin, mengatakan, dengan penurunan radius aman Gunung Agung, pihaknya sudah mengumumkan kepada warga pengungsi terhadap perubahan status tersebut. Namun, kata Joni, hingga kini belum ada yang terdata pulang secara definitif. Hanya saja, kata dia, untuk pengungsi yang memilih pulang sendiri dipastikan sudah ada, karena dari 6 posko tersebut warga pengungsi belum bisa terhitung karena ada yang pulang hanya sementara.
Joni mengatakan, jika memang ada yang memilih pulang, pihaknya tidak bisa melarang hal tersebut. Menurutnya, itu merupakan hak mereka karena desa mereka yang sebelumnya terdeteksi pada jalur terdampak radius 8 kilometer sudah merasakan aman saat pengumuman itu diterima warga. "Saat ini kami hanya baru mendata 40 orang di Banjar Kesambi, sisanya masih tetap di sini. Coba kita lihat perkembangan besok (hari ini, red)," ujarnya.
Dikatakan Joni, walaupun mereka memilih tidak pulang, pihaknya masih menerima pengungsi untuk tinggal di Posko Denpasar. Karena, Pemerintah Denpasar menyediakan tempat kapanpun warga Karangasem butuhkan untuk tempat tinggal. Disisi lain kata Joni, logistik bantuan dari masyarakat juga masih cukup memadai untuk satu bulan ke depan. "Kami tetap akan menerima mereka di sini (Denpasar, red) jika mereka memilih tetap tinggal karena status Gunung Agung masih Awas," jelasnya.
Sedangkan Kepala Dusun Banjar Kesambi, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kadek Kanda membenarkan adanya pengungsi yang sudah pulang sebanyak 40 pengungsi dari 233 warga yang ada di tempat tersebut. Kata dia, untuk warga lainnya masih menunggu keputusan perbekel desa masing-masing. Apakah keputusannya akan dipulangkan atau tetap.
Dilain pihak kata Kanda, banyak warga juga yang masih ada kekhawatiran untuk pulang, karena, selama ini desanya terus diselimuti abu vulkanik saat terjadi erupsi. "Mereka kan kebanyakan desanya berada di radius 8 kilometer. Waktu kemarin sempat erupsi lagi, desa mereka kena itu yang di khawatirkan sampai saat ini," ujarnya.
Sementara salah satu warga I Made Simpen, 60, asal Desa Muncan mengaku masih trauma, karena selama ini setiap erupsi pasti terkena abu vulkanik. "Abunya itu yang kami takuti. Banyak sekali, makanya kami masih berpikir apakah pulang atau tidak. Jika terus seperti itu kami tetap di sini," jelasnya. *m
Joni mengatakan, jika memang ada yang memilih pulang, pihaknya tidak bisa melarang hal tersebut. Menurutnya, itu merupakan hak mereka karena desa mereka yang sebelumnya terdeteksi pada jalur terdampak radius 8 kilometer sudah merasakan aman saat pengumuman itu diterima warga. "Saat ini kami hanya baru mendata 40 orang di Banjar Kesambi, sisanya masih tetap di sini. Coba kita lihat perkembangan besok (hari ini, red)," ujarnya.
Dikatakan Joni, walaupun mereka memilih tidak pulang, pihaknya masih menerima pengungsi untuk tinggal di Posko Denpasar. Karena, Pemerintah Denpasar menyediakan tempat kapanpun warga Karangasem butuhkan untuk tempat tinggal. Disisi lain kata Joni, logistik bantuan dari masyarakat juga masih cukup memadai untuk satu bulan ke depan. "Kami tetap akan menerima mereka di sini (Denpasar, red) jika mereka memilih tetap tinggal karena status Gunung Agung masih Awas," jelasnya.
Sedangkan Kepala Dusun Banjar Kesambi, Desa Kesiman Kertalangu, Denpasar Timur, Kadek Kanda membenarkan adanya pengungsi yang sudah pulang sebanyak 40 pengungsi dari 233 warga yang ada di tempat tersebut. Kata dia, untuk warga lainnya masih menunggu keputusan perbekel desa masing-masing. Apakah keputusannya akan dipulangkan atau tetap.
Dilain pihak kata Kanda, banyak warga juga yang masih ada kekhawatiran untuk pulang, karena, selama ini desanya terus diselimuti abu vulkanik saat terjadi erupsi. "Mereka kan kebanyakan desanya berada di radius 8 kilometer. Waktu kemarin sempat erupsi lagi, desa mereka kena itu yang di khawatirkan sampai saat ini," ujarnya.
Sementara salah satu warga I Made Simpen, 60, asal Desa Muncan mengaku masih trauma, karena selama ini setiap erupsi pasti terkena abu vulkanik. "Abunya itu yang kami takuti. Banyak sekali, makanya kami masih berpikir apakah pulang atau tidak. Jika terus seperti itu kami tetap di sini," jelasnya. *m
1
Komentar