nusabali

Orang Bali Begadang

  • www.nusabali.com-orang-bali-begadang

Begadang itu jelek, biang segala penyakit.

Aryantha Soethama

Pengarang

Begadang itu bikin tekanan darah naik, merongrong lever, merusak pencernaan. Kurang tidur bikin kepala lempuyengan, batuk-batuk, napas tesengal-sengal. Pedangdut Rhoma Irama berlagu, jangan begadang kalau tak ada gunanya, karena begadang bikin segala penyakit cepat datang.

Tapi tetap saja orang suka begadang walau tak ada gunanya. Banyak orang tua-muda nongkrong hingga larut malam, cuma omong-omong, tertawa-tawa, biasanya disertai minum-minum alkohol. Jika ditanya mengapa mereka berkumpul nongkrong malam-malam, mereka menjawab, demi pertemanan, kekerabatan, setia kawan, solider.

Kendati begadang itu buruk, banyak orang justru baru bisa bekerja produktif menjelang tengah malam. Ada kartunis, pelukis, pemusik, mulai bekerja tengah malam. Pengarang juga ada yang mulai membuka laptop meneruskan penulisan novel. Ada cerpenis dan penyair yang sore hari tidur, tengah malam bangun untuk menulis syair dan merangkai kata. “Inspirasi lebih mengalir, mungkin karena suasana lebih hening, tidak sehingar bingar siang,” ujar si penyair.

Itu tentu begadang yang ada gunanya. Mereka orang-orang yang berpindah hari, menukar siang dengan malam. Jika siang mereka tidur, malam terjaga. Ini seperti yang dilakukan para pekerja malam, tukang cetak koran harian misalnya.

Orang Bali juga punya hari-hari begadang yang ada gunanya, misalnya ketika magebagan, saat hadir di rumah duka tatkala seorang warga meninggal. Agar begadang itu semakin banyak gunanya, mereka mengisi dengan maceki. Tentu menjadi hambar maceki tanpa taruhan, maka mereka pun merogoh dompet. Itu jelas judi, tapi judi yang bisa dimengerti, dimaklumi, karena tanpa judi mereka sulit begadang. Ini tidak keliru kalau disebut sebagai memanfaatkan begadang demi kebaikan.

Orang Bali juga begadang dengan tulus dan penuh semangat jika ada odalan di pura. Mereka mempersiapkan sesaji hingga larut malam, setelah itu duduk-duduk ngobrol. Ini begadang yang sangat menyenangkan dan sering disebut sebagai begadang suci yang membahagiakan. “Ini begadang yang sehat,” ujar beberapa orang. Memangnya ada begadang yang sehat? Bukankah setelah begadang magebagan, pagi mereka harus ngantor, atau menjual patung dan lukisan di pasar seni?

Orang Bali punya ketakwaan sangat kuat akan kegiatan adat dan agama. Banyak yang mengaku merasa badan kembali segar bugar jika ngayah dalam kegiatan upacara. Seseorang yang jalan enjok-enjok karena nyeri sendi lutut akibat terserang asam urat, mengaku bisa jalan cepat karena ngayah menjelang odalan di pura. Yang menderita tensi tinggi langsung bergegas ngayah, dan tekanan darahnya langsung turun. Yang menderita sakit mag atau sembelit sulit buang air besar, langsung semangat magebagan. Si istri melarang dan mengingatkan mag bisa kambuh, tidak dipedulikan.

“Ini untuk menunjukkan kebersamaan, salulung sabayantaka, suka duka kita rasakan bersama,” alasan si suami.

“Ah, itu cuma alasan Bli agar bisa maceki,” jawab si istri. “Tidak masalah Bli maceki, tapi begadangnya itu, saya khawatir sakit mag Bli kambuh.”

Si suami tak peduli, ia tetap saja pergi magebagan, untuk menunjukkan kebersamaan sambil menyalurkan hobi maceki, karena bagi dia magebagan itu begadang yang ada gunanya.

Jika ditelusuri, pasti banyak bisa ditemui kebiasaan orang Bali begadang yang ada gunanya. Misalnya, menonton arja atau prembon yang dulu dimulai selepas pukul sebelas malam, dan baru berakhir setelah pukul empat dini hari. Mereka begadang untuk menonton, setelah itu berdagang di pasar. Mereka ini tentu begadang yang ada gunanya.

Di pasar para pedagang ini, ibu-ibu dan gadis-gadis, menceritakan kembali arja atau prembon yang mereka tonton tadi malam. Obrolan menjadi kian hangat jika diselingi gosip siapa gadis yang memanfaatkan begadang nonton arja untuk jumpa pemuda pujaan. “Kapan ya kita nonton arja lagi,” tanya mereka satu sama lain. Bukankah itu berarti, “Kapan ya kita begadang lagi?”

Dulu, para petani Bali adalah sosok yang sering begadang. Mereka begadang menjaga air untuk mengairi sawah, ketika sawah-sawah baru ditanami benih. Mereka berjaga-jaga agar petani lain tidak menyerobot air yang hanya dialirkan ke sawah-sawah milik sendiri. Kadang terpetik berita perseteruan dan perkelahian antar-petani gara-gara rebutan air. Begadang yang tadinya ada gunanya berubah menjadi adu tinju, dan main tebas dengan arit.

Yang pasti orang Bali semakin banyak yang begadang, dan kian sering. Selain begadang karena kegiatan adat dan keagamaan, juga begadang karea urusan pekerjan dan hiburan. Banyak orang Bali yang bekerja di bisnis wisata seperti hotel, restoran, pub, kafe, diskotek hingga dini hari. Tak apalah, karena ini tergolong begadang yang ada gunanya. *

Komentar