Pura Pucak Sari Hancur Tertimpa Pohon Jelema Roboh
Petaka pohon roboh menimpa pura akibat angin kencang terjadi di sejumlah kawasan di Bali, Kamis (28/1).
TABANAN, NusaBali
Salah satunya, bencana pohon Jelema tumbang yang memporakporandakan Pura Pucak Sari di Banjar Temacun, Desa Pakraman Mekarsari, Kecamatan Baturiti, Tabanan.
Pohon Jelema berusia ratusan tahun di jaba Pura Pucak Sari, Desa Pakraman Mekarsari ini roboh Kamis pagi sekitar pukul 10.30 Wita. Saat musibah terjadi, bertiup angin kencang. Beruntung, tak ada korban jiewa maupun terluka dalam musibah ini, karena suasana di Pura Pucak Sari klala itu dalam keadaan sepi.
Namun sejumlah bangunan suci (palinggih) di Utama Mandala dan Madya Mandala Pura Pucak Sari hancur tertimpa pohon Jelema roboh. Banguan suci yang hancur ini, antara lain, Bale Peshantian, Bale Gong, dan Balai Pasandekan. Tembok penyengker Pura Pucak sari juga rusak. Kerugian akibat petaka pohon roboh ini ditaksir mencapai lebih dari Rp 100 juta.
Pamangku Pura Pucak Sari, Jro Mangku Istri Made Muni, 52, mengatakan ketika pohon Jelema di jaba pura tumbang kemarin pukul 10.30 Wita, dirinya sedang berada di rumah tinggalnya yang berjarak sekitar 500 meter arah selatan pura. Namun, dia mendengar suara bergemuruh yang bersumber dari pohon Jelema roboh ini. Terdengar suara gemuruh, karena pohon tua ini tumbang menimpa atap bangunan di pura yang terbuat dari bahan seng.
Begitu pohon Jelema roboh menimpa pura, krama sebanjar langsung befrdatangan ke lokasi musibah. Selanjutnya, musibah ini dilaporkan kepada Bendesa Pakraman Mekarsari, I Ketut Wenda, dan Kelian Banjar Adat Temacun, I Ketut Tukarsana. Sekitar pukul 11.30 Wita, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPPD) Tabanan terjun ke lokasi untuk membersihkan pohon roboh, bersama krama setempat yang spontan gotong royong.
Sebelum proses membersihan pohon roboh di pura Pucak Sari, Jro Mangku Istri Muni terlebih dulu menggelar upacara ritual matur piuning sebagai simbolik mohon izin secara niskala. Apalagi, pohon Jelema berusia ratusan tahun ini tumbang hanya berselang 13 hari sebelum piodalan di pura Pucak Sari yang jatuh bertepatan dengan Haro Raya Galungan pada Buda Kliwon Dungulan, Rabu, 10 Februari 2016 mendatang.
Jro Mangku Muni mengaku tak ada sipta (pertanda niskala) atau firasat apa pun sebelum pohon Jelema roboh menimpa Pura Pucak Sari. “Tiba-tiba, seperti ini kejadiannya,” ungkap Jro Mangku Istri Muni kepada NusaBali di lokasi bencana Pura Pucak Sari, Kamis kemarin.
Sementara, pamangku lainnya yakni Jro Mangku Gede Wayan Sugiartawan, 26, mengatakan dirinya tengah ngayah di Pura Bukit Gede ysaat musibah pohon roboh kemarin pagi. Pura Bukit Gede berlokasi di Banjar Poyan, Desa Pakraman Luwus, Kecamatan Baturiti, yang berjarak sekitar 1 kilometer arah selatan dari Pura Pucak Sari. “Pura Bukit Gede dan Pura Pucak Sari matunggilan (menjadi satu kesatuan, Red),” terang pamangku berusia belia ini.
Nah, saat ngayah di Pura Bukit Gede, Jro Mangku Sugiartawan sempat melihat lipi duwe (ancangan Ida Batara berwujud ular) Pura Pucak Sari melintas di depan Meru Pura Bukit Gede. Dia meyakini abhwa duwe dari Pura Pucak Sari memang mengungsi ke Pura Bukit Gede, karena terjadi musibah.
Pohon tua yang roboh menghancurkan Pura Pucak Sari itu sendiri disebut sebagai pohon Jelema, karena jika dipotong-potong, mengeluarkan cairan warna merah seperti darah. Pantauan NusaBali di lokasi bencana, Kamis kemarin, dahan pohon Jelema roboh yang dipotong mengeluarkan cairan warna putih seperti air. Bahkan, airnya mengucur deras.
Krama setempat amat percaya kulit maupun daun pohon Jelema memiliki khasiat obat.
Bahkan dari dulu, banyak pemadat (pemakai narkoba) yang sembuh dari ketergantungan barang haram setelah minum ramuan berbahan kulit maupun daun pohon Jelema. “Keluarga pemakai narkoba sering datang cari babakan (kulit pohon) untuk pengobatan. Air dari kulit maupun daun pohon Jelema setelah direbus berubah jadi merah darah,” ujar seorang warga. 7 k21
1
Komentar