Jalan Penghubung Geriana Kauh-Geriana Kangin Jebol
Jalan penghubung Banjar Geriana Kauh dengan Banjar Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, jebol.
AMLAPURA, NusaBali
Jalan penghubung dua banjar tersebut jebol akibat diterjang banjir. Dampaknya, kedua banjar yang dibatasi Sungai Panti itu tidak bisa dilalui kendaraan. Wakil Bupati Karangasem I Wayan Artha Dipa didampingi Camat Selat I Nengah Danu, Perbekel Duda I Gusti Agung Ngurah Putra, dan Ketua Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung I Gede Pawana cek jalan jebol, Senin (8/1).
Sebelum jalan penghubung dua banjar itu jebol, pada Minggu (7/1) terjadi hujan lebat. Air hujan cukup deras mengalir ke Sungai Panti yang berhulu di Gunung Agung. Akibat derasnya aliran air bercampur material pasir, tanah, dan kerikil, menyebabkan alur sungai tergerus, termasuk bagian Sungai Panti yang menjadi jalur penyeberangan di dua banjar itu ambles kedalaman 3 meter. Warga berswadaya membangun jembatan bambu agar pejalan kaki bisa melintas, terutama anak-anak sekolah.
Warga Banjar Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, I Komang Kisid terpaksa mengantar anaknya yang sekolah di SMPN 3 Selat hanya sampai di tepi sungai Panti Banjar Geriana Kauh. Selanjutnya siswa jalan kaki menuju SMPN 3 Selat di Banjar Geriana Kangin. “Saya antar jemput hanya sampai di tepi Sungai Panti, Banjar Geriana Kauh,” kata Komang Kisid. Jarak dari tepi sungai Panti dengan SMPN 3 Selat sekitar 400 meter.
Sementara Wakil Bupati Artha Dipa perintahkan Camat Selat I Nengah Danu segera bersurat, sehingga bencana bisa secepatnya tertangani. “Ajukan ke BPBD Provinsi Bali dan BNPB melalui BPBD Karangasem,” perintah Artha Dipa. Wabup Artha Dipa usulkan perbaikan permanen yakni pembuatan jembatan dan normalisasi sungai. “Siapa pun pemilik lahan, kalau nantinya ada program normalisasi sungai, bisa kena. Dulunya kan sungai dipersempit dijadikan lahan tegalan, sekarang dikembalikan jadi sungai,” tambahnya.
Camat Selat I Nengah Danu mengatakan, dalam hal menormalisasi sungai, persoalannya hanya terjadi di Banjar Bambang Biaung. “Di Bambang Biaung, Sungai Panti dikavling sehingga berubah jadi selokan. Kami siap berjuang agar normalisasi dari hulu hingga ke hilir,” jelas Nengah Danu. *k16
Sebelum jalan penghubung dua banjar itu jebol, pada Minggu (7/1) terjadi hujan lebat. Air hujan cukup deras mengalir ke Sungai Panti yang berhulu di Gunung Agung. Akibat derasnya aliran air bercampur material pasir, tanah, dan kerikil, menyebabkan alur sungai tergerus, termasuk bagian Sungai Panti yang menjadi jalur penyeberangan di dua banjar itu ambles kedalaman 3 meter. Warga berswadaya membangun jembatan bambu agar pejalan kaki bisa melintas, terutama anak-anak sekolah.
Warga Banjar Sukaluwih, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, I Komang Kisid terpaksa mengantar anaknya yang sekolah di SMPN 3 Selat hanya sampai di tepi sungai Panti Banjar Geriana Kauh. Selanjutnya siswa jalan kaki menuju SMPN 3 Selat di Banjar Geriana Kangin. “Saya antar jemput hanya sampai di tepi Sungai Panti, Banjar Geriana Kauh,” kata Komang Kisid. Jarak dari tepi sungai Panti dengan SMPN 3 Selat sekitar 400 meter.
Sementara Wakil Bupati Artha Dipa perintahkan Camat Selat I Nengah Danu segera bersurat, sehingga bencana bisa secepatnya tertangani. “Ajukan ke BPBD Provinsi Bali dan BNPB melalui BPBD Karangasem,” perintah Artha Dipa. Wabup Artha Dipa usulkan perbaikan permanen yakni pembuatan jembatan dan normalisasi sungai. “Siapa pun pemilik lahan, kalau nantinya ada program normalisasi sungai, bisa kena. Dulunya kan sungai dipersempit dijadikan lahan tegalan, sekarang dikembalikan jadi sungai,” tambahnya.
Camat Selat I Nengah Danu mengatakan, dalam hal menormalisasi sungai, persoalannya hanya terjadi di Banjar Bambang Biaung. “Di Bambang Biaung, Sungai Panti dikavling sehingga berubah jadi selokan. Kami siap berjuang agar normalisasi dari hulu hingga ke hilir,” jelas Nengah Danu. *k16
1
Komentar