Disbud Siap Bantu Tulis Awig-awig Dalam 2 Bahasa
Dinas Kebudayaan (Disbud) Tabanan akan membantu krama desa pakraman menulis awig-awig ke dalam dua bahasa, yakni aksara Bali dan aksara Latin berbahasa Bali, seuai pedoman yang baru.
TABANAN, NusaBali
Namun karena anggarannya kecil, Dinas Kebudayaan baru bisa menjangkau 10 desa pakraman. Kepala Dinas Kebudayaan Tabanan I Gusti Ngurah Alit Supanji, menerangkan program ini dilakukan guna membantu mempermudah masing-masing desa pakraman dalam memahami awig-awig yang dimiliki. Sebab masih banyak awig-awig menggunakan aksara Bali sehingga krama sedikit sulit memahami. “Ini program baru, karenanya baru bisa menjangkau 10 desa pakraman,” ujarnya, Selasa (9/1).
Dikatakannya, akan ada petugas khusus dari Dinas Kebudayaan dan dibantu oleh Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali yang bertugas di Tabanan. “Nanti kami utamakan yang belum punya awig-awig, juga awig-awig yang belum didwi aksarakan, yakni aksara Bali atau aksara Latin berbahasa Bali,” tutur Supanji.
Ditambahkan, tahun 2018 dianggarkan sebesar Rp 40 juta untuk 10 desa dari 349 desa pakraman yang ada di Tabanan. Sepuluh desa pakraman yang akan dibantu, saat ini belum ditentukan desa mana saja. “Jadi bagi desa pakraman lama, karena saat ini sudah ada pedomana awig-awig baru, nanti bisa disesuaikan dan kami akan bantu secara bertahap dalam membuat dan membantu mentranslate ke dalam dua bahasa,” ujarnya. Menurutnya, pedoman awig-awig baru yang paling krusial adalah menyesuaikan bantang (bab), agar tidak tumpang tindih.
Supanji menyampaikan, selain terobosan tersebut, pembinaan desa pakraman juga terus ditingkatkan. “Pembinaan bertujuan bentuk penguatan eksistensi, karena desa pakraman merupakan benteng terakhir untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya Bali serta pembinaan pada subak,” tandas Supanji. *d
Dikatakannya, akan ada petugas khusus dari Dinas Kebudayaan dan dibantu oleh Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali yang bertugas di Tabanan. “Nanti kami utamakan yang belum punya awig-awig, juga awig-awig yang belum didwi aksarakan, yakni aksara Bali atau aksara Latin berbahasa Bali,” tutur Supanji.
Ditambahkan, tahun 2018 dianggarkan sebesar Rp 40 juta untuk 10 desa dari 349 desa pakraman yang ada di Tabanan. Sepuluh desa pakraman yang akan dibantu, saat ini belum ditentukan desa mana saja. “Jadi bagi desa pakraman lama, karena saat ini sudah ada pedomana awig-awig baru, nanti bisa disesuaikan dan kami akan bantu secara bertahap dalam membuat dan membantu mentranslate ke dalam dua bahasa,” ujarnya. Menurutnya, pedoman awig-awig baru yang paling krusial adalah menyesuaikan bantang (bab), agar tidak tumpang tindih.
Supanji menyampaikan, selain terobosan tersebut, pembinaan desa pakraman juga terus ditingkatkan. “Pembinaan bertujuan bentuk penguatan eksistensi, karena desa pakraman merupakan benteng terakhir untuk menjaga dan melestarikan seni dan budaya Bali serta pembinaan pada subak,” tandas Supanji. *d
1
Komentar