Ikan Tuna Langka, Nelayan Kelimpungan
Nelayan ikan tuna (tuna) kini ‘kelimpungan’. Alasannya, jumlah ikan tuna di perairan Bali dan sekitarnya mulai langka.
DENPASAR, NusaBali
Kondisi ini lanjutan sejak beberapa bulan lalu. Terhadap kondisi ini, tidak sedikit nelayan nekad berburu tuna hingga ke perairan Indonesia di bagian timur. Antara lain di perairan sekitar Maluku. Namun hasilnya juga tidak banyak.Para nelayan menduga kondisi diperkirakan karena pengaruh cuaca.
I Nyoman Sarya, salah seorang nelayan tuna di Benoa menyatakan kelangkaan tuna sejak beberapa bulan belakangan. “Masih sepi, tuna masih jarang,” ujar Sarya, Selasa (9/1). Karena itulah menurut Sarya, banyak nelayan tuna yang sementara istirahat melaut Mereka khawatir merugi jika memaksakan melaut.
“Solar kan mahal,” ungkap Sarya. Dia pun mengiyakan biaya sekali melaut menangkap tuna tidak sedikit, hingga lebih dari Rp 10 juta. Sarya juga menuturkan tidak sedikit nelayan tuna yang mengalihkan tangkapan jauh ke luar perairan Bali, hingga ke perairan di sekitar Maluku.
“Katanya juga sama, tangkapan tuna tidak banyak,” ungkap Sarya. Tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Bali di sektor perikanan. Setidaknya ada 23 negara pembeli tuna dari Bali. Ke-23 negara tersebut diantaranya Australia, Belgia, China, Prancis, Hongkong, Jepang, hingga Vietnam.
Pembeli atau pengimpor terbesar adalah Jepang. Per Januari- November 2017, impor tuna Jepang dari Bali sebanyak 6 juta kilogram lebih (6000 ton) dengan nilai 34,3 juta dollar AS. Sedang keseluruhan nilai ekpsor tuna pada periode tersebut 136 juta dollar AS.
Sedang pembeli terbesar kedua setelah Jepang adalah Amerika Serikat, yakni sebanyak 4,5 ribu ton dengan nilai 74,4 juta dollar AS. Kepala Dinas Perikanan I Made Gunaje, tak berhasil diminta penjelasannya soal minimnya tangkapan tuna dan juga terkait persoalan tuna lainnya. “Saya masih di bandara, ini ada kunjungan Ibu Menteri ,” jelas Gunaje melalui pesan WA. *k17
I Nyoman Sarya, salah seorang nelayan tuna di Benoa menyatakan kelangkaan tuna sejak beberapa bulan belakangan. “Masih sepi, tuna masih jarang,” ujar Sarya, Selasa (9/1). Karena itulah menurut Sarya, banyak nelayan tuna yang sementara istirahat melaut Mereka khawatir merugi jika memaksakan melaut.
“Solar kan mahal,” ungkap Sarya. Dia pun mengiyakan biaya sekali melaut menangkap tuna tidak sedikit, hingga lebih dari Rp 10 juta. Sarya juga menuturkan tidak sedikit nelayan tuna yang mengalihkan tangkapan jauh ke luar perairan Bali, hingga ke perairan di sekitar Maluku.
“Katanya juga sama, tangkapan tuna tidak banyak,” ungkap Sarya. Tuna merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Bali di sektor perikanan. Setidaknya ada 23 negara pembeli tuna dari Bali. Ke-23 negara tersebut diantaranya Australia, Belgia, China, Prancis, Hongkong, Jepang, hingga Vietnam.
Pembeli atau pengimpor terbesar adalah Jepang. Per Januari- November 2017, impor tuna Jepang dari Bali sebanyak 6 juta kilogram lebih (6000 ton) dengan nilai 34,3 juta dollar AS. Sedang keseluruhan nilai ekpsor tuna pada periode tersebut 136 juta dollar AS.
Sedang pembeli terbesar kedua setelah Jepang adalah Amerika Serikat, yakni sebanyak 4,5 ribu ton dengan nilai 74,4 juta dollar AS. Kepala Dinas Perikanan I Made Gunaje, tak berhasil diminta penjelasannya soal minimnya tangkapan tuna dan juga terkait persoalan tuna lainnya. “Saya masih di bandara, ini ada kunjungan Ibu Menteri ,” jelas Gunaje melalui pesan WA. *k17
1
Komentar