6 Pendaki Tersesat Sebelum Akhirnya Diselamatkan Relawan Pasebaya
Rombongan pendaki yang dipimpin penekun spiritual Kanjeng Prabu Wiraguna ditemukan tersesat di jurang lereng Gunung Agung pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut
Kelabui Petugas dengan Beli Canang, Nekat Mendaki Gunung Agung demi Jalankan Pawisik
AMLAPURA, NusaBali
Rombongan pendaki berjumlah 6 orang tersesat saat mendaki Gunung Agung di Karangasem, Selasa (9/1) malam. Beruntung, mereka akhirnya bisa balik setelah diselamatkan dan dievakuasi relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Gunung Agung Karangasem, Rabu (10/1) pagi.
Pimpinan rombongan pendaki Gunung Agung berjumlah 6 orang yang kemudian tersesat ini adalah Kanjeng Prabu Wiraguna, 55, penekun spiritual asal Pasuruan, Jawa Timur. Sedangkan dari 5 pengikutnya dalam rombongan pendaki Gunung Agung, 2 orang di antaranya asal Bali, yakni Kadek Agus Setiawan, 33 (asal Banjar Kelodan, Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, Buleleng) dan Made Suarjana, 41 (asal Banjar Belatung, Desa Menanga, Kecamatan Rendang, Karangasem).
Sementara 3 anggota rombongan pendaki Gunung Agung lainnya, masing-masing Sabran, 49 (asal Bima, Nusa Tenggara Barat), Tomi Azdi Marta, 21 (dari RT 03/RT 02 Cukurgondang, Kecamatan Krajan II, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur), dan Sunarmi, 40 (juga (dari RT 03/RT 02 Cukurgondang, Kecamatan Krajan II, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur).
Mereka mendaki secara diam-diam melalui jalur selatan dari areal Pura Pasar Agung di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem. Mereka lolos dari penghadangan relawan Pasebaya Gunung, karena berdalih hendak sembahyang dengan bukti membeli sarana upakara berupa canang.
Terungkap, rombongan pendaki Gunung Agung berjumlah 6 orang ini awalnya datang dan berhenti dulu di Banjar Presana, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Selasa pagi sekitar pukul 09.00 Wita. Mereka naik mobil Toyota Avanza putih DK 1627 BG dan sepeda motor Honda Vario DK 4708 CN. Mobil Avanza tersebut disetir Tomi Azdi Marta, pemuda asal Pasuruan, Jawa Timur yang tinggal di Jalan Merdeka Raya Kuta, Kecamatan Kuta, Badung.
Ketika berhenti di Banjar Presana, Desa Amerta Bhuana, rombongan pendaki ini pura-pura membeli canang untuk perlengkapan persembahyangan di Pura Pasar Agung. Mereka beli canang di warung Ni Wayan Ruta. Namun, ternyata canang yang dibelinya sekadar kedok untuk mengelabui relawan Pasebaya Gunung Agung dan petugas lainnya, agar diizinkan melewati portal, dengan dalih hendak sembahyang. Kenyataannya, canang yang dibelinya justru ditinggal di dalam mobil Avanza.
Setelah tiba di dekat Embung Desa Sebudi, perjalanan rombongan ini sempat terhambat oleh portal besi di jalan masuk menuju Pura Pasar Agung. Karenanya, mereka terpaksa parkir mobil Avanza dan motor Vario di depan portal. Selanjutnya, rombongan berjumlah 6 orang ini jalan kaki menuju Pura Pasar Agung yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari portal besi.
Nah, dari areal Pura Pasar Agung, mereka lanjut mendaki Gunung Agung. Mereka tiba di puncak Gunung Agung, Selasa petang sekitar pukul 18.30 Wita. Namun, dari 6 anggora rombongan, hanya 4 orang yang berhasil sampai di puncak Gunung Agung, yakni Kadek Agus Setiawan, Made Suarjana, Sabran, dan Kanjeng Prabu Wiraguna. Sedangkan lainnya, Tomi Azdi Marta dan Sunarmi, gagal mencapai puncak Gunung Agung. Keduanya pilih menunggu pada ketinggian sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut (dpl).
Awalnya, tidak ada yang tahu kalau rombongan berjumlah 6 orang ini lolos naik Gunung Agung. Namun, aksi mereka akhirnya ketahuan, Selasa malam sekitar pukul 19.15 Wita, ketika anggota pecalang dari Desa Pakraman Sebudi, Kecamatan Selat, I Komang Buda, menyaksikan ada kelap-kelip lampu senter di puncak Gunung Agung.
Pecalang Komang Buda pun langsung melaporkan masalah ini kepada relawan Pasebaya Gunung Agung Karangasem. Akhirnya, Ketua Pasebaya Gunung Agung, I Gede Pawana, bergerak bersama sejumlah anggotanya dan mengecek ke lereng Gunung Agung. Malam sekitar pukul 22.00 Wita, mereka menyaksikan dari kejauhan ada lampu senter bergerak-gerak di tempat.
Relawan Pasebaya Gunung Agung pun menunggu hingga Rabu dinihari pukul 00.00 Wita. Ternyata tidak ada pergerakan, lampu senter tetap terlihat gerak-gerik di tempat pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Usut punya usut, ternyata saat itu rombongan pendaki Gunung Agung tersesat di hutan. Mereka tidak bisa turun.
Curiga terjadi sesuatu, para relawan pun kembali ke Sekretariat Pasebaya Gunung Agung, dinihari pukul 00.30 Wita. Selanjutnya, dinihari sekitar pukul 04.00 Wita, para relawan balik lagi ke lereng Gunung Agung kawasan Banjar Wates Tengah, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat. Relawan Pasebaya Gunung Agung kemudian membentuk dua tim untuk melakukan pencarian para pendaki.
Tim I dipimpin relawan Pasebaya Gunung Agung I Ketut Mudiarta, dibantu I Komang Eka Semara Putra dan I Komang Suastika. Sedangkan Tim II dipimpin langsung Gede Pawana. Mereka berangkat naik Gunung Agung, Rabu pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Hampir 1 jam kemudian, tepatnya pukul 08.58 Wita, Tim I yang dipimpin Ketut Mudiarta menemukan 6 pendaki itu tersesat di jurang Sungai Lenggung, yang berada pada ketinggian 1.700 meter dpl.
Para relawan Pasebaya Gunung Agung pun berupaya memulihkan tenaga para pendaki yang teresat ini, dengan cara dibuatkan kopi panas dan diberi jajanan. Setelah kondisi fisiknya agak pulih, barulah 6 pendaki yang tersesat ini dievakuasi dari dasar jurang, lalu diajak turun dari hutan Gunung Agung, Rabu pagi pukul 09.45 Wita. Setelah bergerak selama 2 jam, mereka akhirnya tiba di jaba Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi siang sekitar pukul 11.45 Wita. Mereka selanjutnya digiring ke Polsek Selat untuk diinterogasi polisi.
Pimpinan rombongan, Kanjeng Prabu Wiranegara, mengatakan mereka nekat mendaki Gunung Agung sebagai bagian ritual untuk menjalankan pawisik (petunjuk gaib). "Kami tahu Gunung Agung sedang status Awas. Tapi, pawisik yang kami terima harus dijalani, sampai akhirnya kami tersesat di Gunung Agung," jelas Kanjeng Prabu Wiranegara.
Tidak dirinci lebih jauh, apa pawiosik yang diterimanya. Yang jelas, Kanjeng Prabu Wiranegara bersama pengikutnya mendaki Gunung Agung dengan membawa jimat berupa tongkat yang terbuat dari tulang sisik ikan paus. Konon, ikan paus itu diambil sisiknya ketika terdampar di Pantai Batu Belig, Desa Seminyak, Kecamatan Kuta tahun 2012.
Sementara itu, Ketua Pasebaya Gunung Agung Karangasem, Gede Pawana, mengaku kecewa atas ulah sekelompok orang yang nekat naik Gunung Agung saat larangan mendaki masih diberlakukan. "Pawisik macam apa itu, sampai tersesat di Gunung Agung? Kalau bukan kami yang menolong, jika tetap dibiarkan tersesat di hutan, entah apa yang terjadi," sesal Gede Pawana, yang kemarin ikut hadir ke Polsek Selat bersama Danramil Selat, Kapten Inf I Wayan Mustika. *k16
1
Komentar