Pupuk Organik Kesulitan Pemasaran
Pengolahan sampah menjadi pupuk organik terus digalakkan di Kabupaten Badung.
MANGUPURA, NusaBali
Di sejumlah kecamatan, kelompok-kelompok masyarakat sudah mengolah sendiri sampahnya untuk dijadikan pupuk organik. Namun demikian, pemasaran pupuk ini tidak lancar. Seperti yang dirasakan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) II Petang yang terletak di Banjar Dinas Angantiga, Desa Petang, Kecamatan Petang. Ketut Sukarta selaku Ketua TPST II Petang mengatakan, selama ini hasil produk pupuk organik yang diolah telah merambah sejumlah kabupaten. Namun sayangnya sejauh ini belum bisa menembus program pemerintah yang menganjurkan pemanfaatan pupuk organik untuk pertanian jangka panjang.
“Sekarang ini pemasarannya sudah ke Karangasem dan Tabanan. Tapi sebagai pemasok saja, sedangkan labelnya atas nama perusahaan lain,” akunya. Ia pun berharap pemerintah dapat membantu membukakan jalan agar pangsa pasar semakin luas.
Sukarta pun mengaku masih berjuang keras untuk menyosialisasikan penggunaan pupuk organik. Sebab keuntungannya sangat banyak. “Kalau pakai pupuk organik, biayanya memang lebih besar tapi bila sudah digunakan secara kontinyu tanah semakin subur, sehingga hasil pertanian lebih sehat untuk konsumsi,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung, I Ketut Karpiana, Kamis (11/1) menegaskan bakal berupaya membantu membukakan jalan bagi masyarakat agar hasil produk pupuk organik dapat terserap. “Selama ini sebetulnya kami sudah memfasilitasi kelompok petani. Seperti yang di Abiansemal itu kami bantu alatnya, kami bantu kemasannya, kami bantu juga pemasaran,” terangnya.
Diakui selama ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan dalam pemasaran pupuk organik. “Karena kan sejalan dengan program pemerintah mengampanyekan penggunaan pupuk organi,” kata Karpiana.
Untuk itu, pemerintah mendorong agar masyarakat membentuk koperasi sendiri. Sehingga dengan begitu pemerintah bisa membantu lebih maksimal, baik dalam proses pengolahan maupun pemasaran. “Seperti yang di Kecamatan Abiansemal seperti itu, kita bantu,” tandasnya. *asa
“Sekarang ini pemasarannya sudah ke Karangasem dan Tabanan. Tapi sebagai pemasok saja, sedangkan labelnya atas nama perusahaan lain,” akunya. Ia pun berharap pemerintah dapat membantu membukakan jalan agar pangsa pasar semakin luas.
Sukarta pun mengaku masih berjuang keras untuk menyosialisasikan penggunaan pupuk organik. Sebab keuntungannya sangat banyak. “Kalau pakai pupuk organik, biayanya memang lebih besar tapi bila sudah digunakan secara kontinyu tanah semakin subur, sehingga hasil pertanian lebih sehat untuk konsumsi,” katanya.
Sementara Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung, I Ketut Karpiana, Kamis (11/1) menegaskan bakal berupaya membantu membukakan jalan bagi masyarakat agar hasil produk pupuk organik dapat terserap. “Selama ini sebetulnya kami sudah memfasilitasi kelompok petani. Seperti yang di Abiansemal itu kami bantu alatnya, kami bantu kemasannya, kami bantu juga pemasaran,” terangnya.
Diakui selama ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Pangan dalam pemasaran pupuk organik. “Karena kan sejalan dengan program pemerintah mengampanyekan penggunaan pupuk organi,” kata Karpiana.
Untuk itu, pemerintah mendorong agar masyarakat membentuk koperasi sendiri. Sehingga dengan begitu pemerintah bisa membantu lebih maksimal, baik dalam proses pengolahan maupun pemasaran. “Seperti yang di Kecamatan Abiansemal seperti itu, kita bantu,” tandasnya. *asa
Komentar