Paksebali Optimis Menjadi Desa Mandiri

Data tahun 2013, PAD Desa Paksebali Rp 7,5 juta,  kemudian tahun 2017 naik menjadi Rp 60 juta. Dengan peningkatan PAD ini, warga desa ini optimis ke depannya desa ini menjadi desa mandiri. Perbekel Paksebali I Putu Ariadi menjelaskan, peningkatan PAD Desa Paksebali tersebut karena berbagai faktor dan kerjasama dari banyak pihak, baik dari pemerintah maupuan masyarakat. Di antaranya dalam pengembangan potensi destinasi wisata, PAM desa, pengolahan sampah, simpang pinjam dan pasar. “Kami kembangkan potensi itu dengan berbagai inovasi,” ujarnya kepada NusaBali, Jumat (12/1).

Lebih lanjut, Ariadi merinci dalam beberapa tahun terakhir yakni dari grafik PAD Desa Paksebali, pada 2013 mencapai Rp 7.574.000, 2014 menjadi Rp 14.290.7450, 2015 menjadi 18.226.351, 2016 menjadi Rp 17.716.428 dan peningkatan paling signifikan pada 2017 yakni Rp 60.672.000. “Kami ke depannya berharap bisa menjadi desa mandiri atau desa tidak lagi mengandalkan dana Pusat, tentunya dengan membangun swadaya masyarakat,” ujar Ariadi.

Dengan peningkatan PAD tersebut, lanjut Ariadi, juga memberikan peluang untuk membuka lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar. Karena dalam pengembangan itu juga merekrut tenaga lokal. Disebutkan, PAD paling tinggi dari sektor pariwisata salah satunya Tukad Unda, Klungkung, mencapai 20 persen. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan akan dijalin kerjasama dengan pihak rafting di sungai setempat.

Jelas dia, karena aktivitas Gunung Agung masih tinggi pastinya juga berimbas kepada kunjungan wisatawan ke Tukad Unda, baik untuk sekadar foto selfie maupun pre wedding (pernikahan). “Sejak terjadi erupsi Gunung Agung disertai banjir lumpur kunjungan menurun,” ujarnya. Namun berkat dibangunnya sebuah restoran di areal Tukad Unda, kunjungan wisatawan masih bisa terkover. Pihaknya berharap situasi bencana Gunung Agung ini bisa segera berlalu.*wan