nusabali

Ayu Saraswati Rilis 'Siwa Ratri'

  • www.nusabali.com-ayu-saraswati-rilis-siwa-ratri

Ketua Pramusti Bali pun mengaku sempat merinding mendengarkan lagu tersebut, karena diawali dengan metik palawakya

DENPASAR, NusaBali
Cukup lama tidak terdengar, biduanita pop Bali, Ayu Saraswati kembali meramaikan blantika musik Bali. Namun, kali ini dia hadir bukan membawakan lagu bertema asmara, tapi sebuah lagu rohani. Temanya cukup berbeda dengan lagu rohani lainnya. Ayu Saraswati mengangkat tema perayaan Siwa Ratri dalam lagu tersebut.

Ayu Saraswati akhirnya merilis video klip lagu berjudul ‘Siwa Ratri’. Lagu ini sarat dengan pesan moral mendalam terkait makna perayaan Siwa Ratri. Tidak saja lirik lagunya yang dimainkan, tapi dalam video klip itu juga ditambah dengan nuansa Bali berupa lantunan sesendon dan palawakya.

Ayu Saraswati menceritakan, pada awalnya, dua orang kenalan baiknya, Ayu Astra dan Arick yang menggarap lagu ‘Siwa Ratri’ ini. Saat memperdengarkan draft rekaman tersebut ke Ayu Saraswati sembari meminta komentar, Ayu Saraswati mengaku sudah tertarik dengan lagu itu. Kecintaannya pada Dewa Siwa, membuatnya semangat merampungkan project spontan ini. Selain itu, dorongan kuat dari putra semata wayang, Sathya, juga turut andil memberinya semangat.

Namun, kala itu rekaman yang diperdengarkan masih kental bernuansa musik Mandarin dan vokal India. Ayu Saraswati pun meminta agar diubah. “Saya sampaikan, saya mau, tapi semuanya akan berubah. Kalau saya yang membawakan, saya pikir harus dirombak total, musiknya juga diaransemen ulang, kurang sentuhan nuansa Bali-nya. Akhirnya mereka setuju,” kata Ayu Saraswati saat jumpa pers di Coffe Secret, Jalan Drupadi Denpasar, Minggu (14/1).

Setelah setuju, Ayu langsung menghubungi Dek Artha untuk menggarap musik dan proses rekaman. Pada rekaman tahap awal, berulang kali didengarkan, Ayu berpikir akan bagus jika ada tambahan vokal sesendon, dan ia tidak mau bahasanya biasa-biasa saja. Ayu pun menghubungi seniman tradisional senior yang juga dalang, Anom Ranuara. Namun setelah dicoba, ternyata dirasa kurang pas. Ayu lalu berjuang mencari penyanyi sesendon Mbok Nik Swasti.

Tidak hanya itu, setalah suara Mbok Nik Swasti masuk, ternyata ada bagian yang kosong saat interloude. Akhirnya muncul ide mengisinya dengan palawakya. Setelah lagu rampung, Ayu Saraswati pun tak mau sembarangan dan menggarap video klip asal jadi. Mas Nyo, videographer senior yang sudah cukup banyak menggarap video klip penyanyi pop Bali di awal tahun 2000-an, dipilih Ayu untuk menyempurnakan kehadiran lagu ini.

“Kami take vokal sekitar 24 Desember lalu, sedangkan video klipnya baru bisa digarap tanggal 5 Januari selama dua hari. Setelah video klipnya sudah rampung, saya share di facebook, dan sudah ada 1000-an yang membagikan video klip ini. Bagi saya simpel, semoga lagu ini bisa menjadi inspirasi saat menyambut hari raya Siwa Ratri,” kata Ayu. Adapun Proses syuting  dilakukan di dua lokasi, di Sangeh untuk mengambil adegan Lubdaka, sembahyang dan lip sync, serta di Bali traditional house di Gianyar untuk mengambil gambar kegiatan masyarakat Bali kuno.

Putu Ayu Astraningsih, sebagai salah satu pencipta lagu mengatakan, ide ini berawal dari genjrang-genjreng dengan gitar seadanya. Lagu tersebut, kata Astra, merupakan caranya mendedikasikan diri untuk ‘ngayah’. “Lagu ini persembahan kepada Beliau. Kami ini melakukan bakti terhadap Beliau. Jadi pure lagu ini kami buat untuk persembahan,” ceritanya.

Astra berharap, dari lagu ini bisa memberikan arti bagi setiap yang mendengar, terutama mengedukasi bagaimana pemaknaan brata Siwa Ratri, yakni jagra, upawasa dan monobrata. “Pelaksanaan brata esensinya untuk ke dalam diri sendiri. Dengan adanya lagu ini, mungkin saja nanti sosok Lubdaka itu bisa didiskusikan,” imbuhnya.

Sementara Ketua Pramusti Bali, IGN Rahman Murtana mengapresiasi hadirnya lagu rohani yang dinyanyikan Ayu Saraswati. “Tiang bangga Ayu membuat suatu karya yang jadi kejutan. Lagu ini cukup surprise dibuat untuk Siwa Ratri. Lagu ini mungkin sangat dibutuhkan masyarakat Bali,” terangnya.

Dengan kemunculan lagu ini, kata Rahman, mencerminkan seniman tidak selalu harus mengandalkan hasilnya, namun lebih kepada sumbangannya terhadap masyarakat. Rahman pun mengaku sempat merinding mendengarkan lagu tersebut, karena diawali dengan metik palawakya.

“Musiknya mengena, suaranya juga pas. Dengan kualitas yang mendukung, secara rohani semoga bisa memberikan penyemangat dan spiritual. Termasuk unsur mendidiknya juga sangat tinggi,” tandasnya.*ind

Komentar