Semburan Gas TPA Hebohkan Warga
Karena timbunan sampah mengeluarkan panas, lalu kena air hujan terjadi proses fermentasi yang dibantu bakteri dan jamur.
NEGARA, NusaBali
Sejumlah warga Kabupaten Jembrana, belakangan dihebohkan dengan kemunculan semburan gas di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Peh, Banjar Peh, Desa Kaliakah, Kecamatan Negara, Jembrana. Semburan gas dari tanah sebelah utara tempat penimbunan sampah di TPA itu, juga tampak jelas memicu letupan, dan mengeluarkan bau cukup menyengat.
Pantauan Senin (15/1), letupan karena semburan gas tersebut, tampak menyebar pada puluhan titik cekungan tanah sekitar yang tergenang air hujan. Selain letupan-letupan yang terlihat jelas dari tanah areal perluasan TPA setempat, dekat lokasi tumpukan sampah itu, juga terdengar desisan, menyerupai suara gas bocor. Meski mengeluarkan bau cukup menyengat, namun sejumlah pemulung termasuk petugas seputaran TPA, tampak tidak terganggu dengan keadaan tersebut.
Salah seorang petugas Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana di TPA Peh, I Ketut Daton,58, Senin (15/1), mengatakan, semburan gas itu pertamakali diketahui muncul Senin (11/12/2017). Kebetulan saat itu, juga sedang dilaksanakan proyek perluasan TPA, dengan diisi pengurukan sampah lama-lama di lokasi tersebut. “Waktu tahu itu, juga kebetulan lihat letupan-letupan yang memang hanya terlihat setelah ada genangan air. Kalau pas kering tanahnya, hanya terdengar suara,” kata Daton yang juga warga Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Daton yang operator eskavator di TPA Peh sejak tahun 1989 ini, juga mengaku baru pertamakali mengetahui kejadian semburan gas tersebut. Dia pun tidak tahu secara pasti jenis gas tersebut. Namun tidak sedikit warga sekitar mendengar informasi mengenai kemunculan gas tersebut. Warga pun pun penasaran datang ke TPA. Tidak kecuali kalangan anak-anak. “Di sini memang sampah-sampah diuruk . Kemungkinan karena sudah lama, keluar gas itu,” ujarnya.
Salah seorang karyawan proyek perluasan TPA tersebut, Wayan Tuiana,38, mengatakan, semburan gas terebut, diketahui muncul pada areal urukan sekitar seluas 65,8 meter x 28,15 meter. Semburan gas itu, juga sudah muncul sejak dilakukan proses pengurukan sampah, dengan kedalaman 4,78 meter. Setelah dilakukan pengurukan tanah sampai selesai pekerjaannya, semburan gas itu juga tetap muncul ke permukaan. “Yang kemarin diuruk itu, adalah sampah-sampah yang sudah lama mengendap. Urukan sampahnya itu setinggi semeter. Baru separuh diuruk sampahnya, dan dilapisi kembali urukan dengan tanah yang pertama, sudah keliatan gas itu,” kata karyawan dari CV Agung Persada ini
Menurutnya, dari perencanaan awal, memang sudah diketahui kemungkinan kemunculan gas, yang dipastikan merupakan gas metana tersebut. Karena itu, dalam pelaksanaan kemarin, juga dipasang rangkaian pipa di bagian bawah timbunan sampah tersebut, untuk saluran keluar gas metana itu. “Gas metana ini akibat dari proses permentasi sampah. Gas ini bisa diamanfaatkan menjadi bahan bakar. Dalam perencanaan kemarin, memang diharapkan agar muncul gas metana ini,” ujar Tuiana, didampingi rekannya, Putu Ardika.
Kepala Dinas LH Jembrana I Ketut Kariadi Erawan, mengaku sudah sempat mengecek kemunculan gas tersebut. Menurutnya, gas metana itu merupakan gas yang bisa muncul di TPA. “Itu karena timbunan sampah mengeluarkan panas, lalu kena hujan terjadi proses fermentasi yang dibantu bakteri dan jamur. Gas ini memang baru muncul di TPA Peh, karena memang baru pertamakali dalam perluasan TPA kali ini, di bagian bawahnya baru menggunakan lapisan geo membran kedap air, sehingga tidak ada yang meresap ke tanah, dan gasnya mengalir ke atas,” katanya.
Upaya untuk memunculkan gas metana itu, menurutnya, disengaja dimunculkan untuk rencana pemanfaataan sebagai bahan bakar alternatif, yang sementara masih dikaji. Meskipun dinilai tidak terlalu berbahaya, namun dengan kemunculan gas itu, pihaknya pun mengaku telah menekankan kepada petugas maupun para kelompok pemulung untuk selalu mengenakan masker ketika beraktivitas di TPA. “Rencana kami, gas metana itu akan dimanfaatkan. Itu peluang eknomis, bisa dijadikan bahan bakar alternatif,” ujarnya.*ode
Pantauan Senin (15/1), letupan karena semburan gas tersebut, tampak menyebar pada puluhan titik cekungan tanah sekitar yang tergenang air hujan. Selain letupan-letupan yang terlihat jelas dari tanah areal perluasan TPA setempat, dekat lokasi tumpukan sampah itu, juga terdengar desisan, menyerupai suara gas bocor. Meski mengeluarkan bau cukup menyengat, namun sejumlah pemulung termasuk petugas seputaran TPA, tampak tidak terganggu dengan keadaan tersebut.
Salah seorang petugas Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jembrana di TPA Peh, I Ketut Daton,58, Senin (15/1), mengatakan, semburan gas itu pertamakali diketahui muncul Senin (11/12/2017). Kebetulan saat itu, juga sedang dilaksanakan proyek perluasan TPA, dengan diisi pengurukan sampah lama-lama di lokasi tersebut. “Waktu tahu itu, juga kebetulan lihat letupan-letupan yang memang hanya terlihat setelah ada genangan air. Kalau pas kering tanahnya, hanya terdengar suara,” kata Daton yang juga warga Desa Kaliakah, Kecamatan Negara ini.
Daton yang operator eskavator di TPA Peh sejak tahun 1989 ini, juga mengaku baru pertamakali mengetahui kejadian semburan gas tersebut. Dia pun tidak tahu secara pasti jenis gas tersebut. Namun tidak sedikit warga sekitar mendengar informasi mengenai kemunculan gas tersebut. Warga pun pun penasaran datang ke TPA. Tidak kecuali kalangan anak-anak. “Di sini memang sampah-sampah diuruk . Kemungkinan karena sudah lama, keluar gas itu,” ujarnya.
Salah seorang karyawan proyek perluasan TPA tersebut, Wayan Tuiana,38, mengatakan, semburan gas terebut, diketahui muncul pada areal urukan sekitar seluas 65,8 meter x 28,15 meter. Semburan gas itu, juga sudah muncul sejak dilakukan proses pengurukan sampah, dengan kedalaman 4,78 meter. Setelah dilakukan pengurukan tanah sampai selesai pekerjaannya, semburan gas itu juga tetap muncul ke permukaan. “Yang kemarin diuruk itu, adalah sampah-sampah yang sudah lama mengendap. Urukan sampahnya itu setinggi semeter. Baru separuh diuruk sampahnya, dan dilapisi kembali urukan dengan tanah yang pertama, sudah keliatan gas itu,” kata karyawan dari CV Agung Persada ini
Menurutnya, dari perencanaan awal, memang sudah diketahui kemungkinan kemunculan gas, yang dipastikan merupakan gas metana tersebut. Karena itu, dalam pelaksanaan kemarin, juga dipasang rangkaian pipa di bagian bawah timbunan sampah tersebut, untuk saluran keluar gas metana itu. “Gas metana ini akibat dari proses permentasi sampah. Gas ini bisa diamanfaatkan menjadi bahan bakar. Dalam perencanaan kemarin, memang diharapkan agar muncul gas metana ini,” ujar Tuiana, didampingi rekannya, Putu Ardika.
Kepala Dinas LH Jembrana I Ketut Kariadi Erawan, mengaku sudah sempat mengecek kemunculan gas tersebut. Menurutnya, gas metana itu merupakan gas yang bisa muncul di TPA. “Itu karena timbunan sampah mengeluarkan panas, lalu kena hujan terjadi proses fermentasi yang dibantu bakteri dan jamur. Gas ini memang baru muncul di TPA Peh, karena memang baru pertamakali dalam perluasan TPA kali ini, di bagian bawahnya baru menggunakan lapisan geo membran kedap air, sehingga tidak ada yang meresap ke tanah, dan gasnya mengalir ke atas,” katanya.
Upaya untuk memunculkan gas metana itu, menurutnya, disengaja dimunculkan untuk rencana pemanfaataan sebagai bahan bakar alternatif, yang sementara masih dikaji. Meskipun dinilai tidak terlalu berbahaya, namun dengan kemunculan gas itu, pihaknya pun mengaku telah menekankan kepada petugas maupun para kelompok pemulung untuk selalu mengenakan masker ketika beraktivitas di TPA. “Rencana kami, gas metana itu akan dimanfaatkan. Itu peluang eknomis, bisa dijadikan bahan bakar alternatif,” ujarnya.*ode
1
Komentar