RSMBM Tangani Balita Pengidap Tumor Pembuluh Darah pada Mata
Ni Kadek Astitiani, bayi berusia 1,5 tahun asal Banjar Desa, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang mengidap tumor pembuluh darah pada bagian mata kanan, akhirnya ditangani secara medis oleh Tim Medis Rumah Sakit Mata Bali Mandara (RSMBM)
DENPASAR, NusaBali
Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada Jumat (11/1) lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pasien siap dilakukan tindakan pembiusan.
Tim dari RSMBM sebelumnya telah melakukan berkoordinasi dengan Puskesmas Bebandem. Selanjutnya, tim melakukan kunjungan rumah pada Sabtu (6/1) lalu. Tim kemudian menyarankan puskesmas agar memberikan rujukan ke rumah sakit kabupaten sebelum diteruskan ke RSMBM. Sebab rumah sakit (RSMBM) saat ini berstatus rumah sakit tersier yang harus didasari rujukan.
Menurut Direktur Utama RS Mata Bali Mandara (RSMBM), dr Ni Made Yuniti MM, tindakan medis dijadwalkan dilakukan dua minggu ke depan. “Untuk saat ini, sambil menunggu kondisi pasien stabil, pihak keluarga juga menunggu penyelesaian administrasi, karena masih terhambat administrasi kependudukan. Sebab nantinya pembiayaan harus menggunakan BPJS,” ungkapnya.
Terkait dengan penanganan medis (operasi), pasien nanti akan ditangani secara tim yang terdiri dari dokter spesialis mata, anastesi, bius dan kardiologi (jantung). Pasien akan mengalami sejumlah tahapan. Pertama, akan dilakukan terapi pengobatan injeksi langsung ke massa tumornya. Jika massa tumornya sudah kecil, maka harapannya bola mata tidak akan tertutup. “Setelah melakukan terapi injeksi baru kita berikan obat oral. Jangka waktunya bisa satu tahun lebih tergantung efek klinis yang diberikan,” terang Dirut Yuliawati.
Menurutnya, penyakit tumor pembuluh darah biasa terjadi pada anak-anak dan di beberapa kasus di masyarakat tumor tersebut sudah bisa diangkat. Hematnya, jika semakin dini ditangani dan tidak ditunda-tunda, maka akan semakin baik. Akan tetapi, jika tumor telah menutupi visual akses (bola mata) maka tindakan yang dilakukan juga akan lebih agresif. Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk segera periksa jika memiliki keluhan yang sejenis. “Jika sudah menutupi visual akses, bisa menggunakan terapi interfensi (memasukan obat) dan terapi obat minum yang waktunya bisa lebih lama,” imbuhnya.
Kadek Astitiani merupakan putri kedua dari pasangan I Gede Sudana, 36, dan Ni Ketut Sri Andayani, 31. Ayah pasien, I Gede Sudana, yang hanya sebagai buruh cetak batako menceritakan, gejala tumor tersebut telah terlihat sejak anaknya berumur satu bulan. Ketika itu muncul benjolan merah seperti digigit semut pada mata kanan pasien. “Dari usia enam bulan, matanya sudah tertutup total seperti itu. Tapi selama ini, dia tidak pernah mengeluh walau sakit,” ucapnya, sedih. *ind
Pemeriksaan fisik pasien telah dilakukan pada Jumat (11/1) lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, pasien siap dilakukan tindakan pembiusan.
Tim dari RSMBM sebelumnya telah melakukan berkoordinasi dengan Puskesmas Bebandem. Selanjutnya, tim melakukan kunjungan rumah pada Sabtu (6/1) lalu. Tim kemudian menyarankan puskesmas agar memberikan rujukan ke rumah sakit kabupaten sebelum diteruskan ke RSMBM. Sebab rumah sakit (RSMBM) saat ini berstatus rumah sakit tersier yang harus didasari rujukan.
Menurut Direktur Utama RS Mata Bali Mandara (RSMBM), dr Ni Made Yuniti MM, tindakan medis dijadwalkan dilakukan dua minggu ke depan. “Untuk saat ini, sambil menunggu kondisi pasien stabil, pihak keluarga juga menunggu penyelesaian administrasi, karena masih terhambat administrasi kependudukan. Sebab nantinya pembiayaan harus menggunakan BPJS,” ungkapnya.
Terkait dengan penanganan medis (operasi), pasien nanti akan ditangani secara tim yang terdiri dari dokter spesialis mata, anastesi, bius dan kardiologi (jantung). Pasien akan mengalami sejumlah tahapan. Pertama, akan dilakukan terapi pengobatan injeksi langsung ke massa tumornya. Jika massa tumornya sudah kecil, maka harapannya bola mata tidak akan tertutup. “Setelah melakukan terapi injeksi baru kita berikan obat oral. Jangka waktunya bisa satu tahun lebih tergantung efek klinis yang diberikan,” terang Dirut Yuliawati.
Menurutnya, penyakit tumor pembuluh darah biasa terjadi pada anak-anak dan di beberapa kasus di masyarakat tumor tersebut sudah bisa diangkat. Hematnya, jika semakin dini ditangani dan tidak ditunda-tunda, maka akan semakin baik. Akan tetapi, jika tumor telah menutupi visual akses (bola mata) maka tindakan yang dilakukan juga akan lebih agresif. Pihaknya pun mengimbau masyarakat untuk segera periksa jika memiliki keluhan yang sejenis. “Jika sudah menutupi visual akses, bisa menggunakan terapi interfensi (memasukan obat) dan terapi obat minum yang waktunya bisa lebih lama,” imbuhnya.
Kadek Astitiani merupakan putri kedua dari pasangan I Gede Sudana, 36, dan Ni Ketut Sri Andayani, 31. Ayah pasien, I Gede Sudana, yang hanya sebagai buruh cetak batako menceritakan, gejala tumor tersebut telah terlihat sejak anaknya berumur satu bulan. Ketika itu muncul benjolan merah seperti digigit semut pada mata kanan pasien. “Dari usia enam bulan, matanya sudah tertutup total seperti itu. Tapi selama ini, dia tidak pernah mengeluh walau sakit,” ucapnya, sedih. *ind
Komentar