Bank Longgarkan Kebijakan Penyaluran Kredit
Hasil Survei Perbankan memperkirakan, kebijakan perbankan dalam menyalurkan kredit bakal lebih longgar di kuartal pertama tahun ini.
JAKARTA, NusaBali
Kebijakan yang lebih longgar, terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Survei perbankan yang dirilis pada Selasa (16/1) sebagaimana dilansir cnnindonesia dilakukan Bank Indonesia dengan menyurvei responden dari kalangan perbankan yang dipilih secara purposive terhadap 40 bank umum dengan pangsa kredit sekitar 80 persen dari total kredit bank umum.
Seiring kebijakan yang lebih longgar, survei perbankan juga memperkirakan, pertumbuhan permintaan pada kuartal pertama tahun ini akan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit juga bakal didorong oleh perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit.
Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kuartal I sebesar 92,8 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 52,9 persen.
Dalam menyalurkan kreditnya, perbankan akan memprioritaskan kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak pada sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan.
Sementara itu, untuk jenis kredit konsumsi, perbankan mengaku bakal memprioritaskan penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Disisi lain, perbankan memperkirakan, Dana Pihak Ketiga (DPK) akan tumbuh melambat pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 60 persen, lebih rendah dibandingkan 91,4 persen pada kuartal sebelumnya.
Pada sepanjang tahun ini, perbankan memperkirakan, pertumbuhan kredit akan tumbuh sebesar 11,8 persen dibanding tahun lalu (year on year/yoy). Tahun lalu, BI mencatat, pertumbuhan kredit perbankan hanya mencapai 8,1 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK diperkirakan akan melambat pada tahun ini.
Optimisme penyaluran kredit terutama didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi tahun ini yang lebih baik, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit, dan penurunan risiko likuiditas perbankan. Sedangkan melambatnya pertumbuhan DPK, antara lain disebabkan suku bunga dana yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. *
Kebijakan yang lebih longgar, terutama pada aspek suku bunga kredit yang lebih rendah, jangka waktu kredit yang lebih panjang, dan biaya persetujuan kredit yang lebih murah. Survei perbankan yang dirilis pada Selasa (16/1) sebagaimana dilansir cnnindonesia dilakukan Bank Indonesia dengan menyurvei responden dari kalangan perbankan yang dipilih secara purposive terhadap 40 bank umum dengan pangsa kredit sekitar 80 persen dari total kredit bank umum.
Seiring kebijakan yang lebih longgar, survei perbankan juga memperkirakan, pertumbuhan permintaan pada kuartal pertama tahun ini akan meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit juga bakal didorong oleh perkiraan menguatnya pertumbuhan ekonomi, rencana penurunan suku bunga kredit, dan penurunan risiko penyaluran kredit.
Peningkatan pertumbuhan kredit tersebut, tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kuartal I sebesar 92,8 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 52,9 persen.
Dalam menyalurkan kreditnya, perbankan akan memprioritaskan kredit modal kerja, terutama nasabah yang bergerak pada sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan, dan sektor perantara keuangan.
Sementara itu, untuk jenis kredit konsumsi, perbankan mengaku bakal memprioritaskan penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah/Apartemen (KPR/KPA), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Disisi lain, perbankan memperkirakan, Dana Pihak Ketiga (DPK) akan tumbuh melambat pada kuartal pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 60 persen, lebih rendah dibandingkan 91,4 persen pada kuartal sebelumnya.
Pada sepanjang tahun ini, perbankan memperkirakan, pertumbuhan kredit akan tumbuh sebesar 11,8 persen dibanding tahun lalu (year on year/yoy). Tahun lalu, BI mencatat, pertumbuhan kredit perbankan hanya mencapai 8,1 persen (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK diperkirakan akan melambat pada tahun ini.
Optimisme penyaluran kredit terutama didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi tahun ini yang lebih baik, penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit, dan penurunan risiko likuiditas perbankan. Sedangkan melambatnya pertumbuhan DPK, antara lain disebabkan suku bunga dana yang lebih rendah dari tahun sebelumnya. *
Komentar