Panen Surplus, Harga Beras Menggila
Hasil panen melimpah, kegagalan panen di Buleleng hanya 1,87 hektare.Tapi haga beras malah melonjak 20 persen.
SINGARAJA, NusaBali
Penyebab kenaikan harga beras di Buleleng sejak dua pekan lalu, masih menjadi tanda tanya. Masalahnya, hasil produksi gabah kering justru berlebihan alias surplus. Data pada Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng menyebut, hasil panen periode Januari-Oktober 2017 tercatat sebanyak 103.784 ton gabah kering giling. Panen itu diperoleh dari luas tanam padi sebanyak 18.895 hektar, karena rata-rata musim tanam padi dua kali dalam setahun.
Dari total gabah kering giling sebanyak 103.784 ton, ketika dikonversi menjadi beras mencapai 65.591 ton, dengan jumlah penyusutan dari gabah kering menjadi beras diperkirakan sebanyak 0,1 persen atau 518 ton. Sedangkan jumlah kebutuhan beras masyarakat Buleleng periode Januari-Oktober 2017, tercatat sebanyak 61.394 ton.
Maka jika dibandingkan dengan produksi beras sebanyak 65.591 ton dengan kebutuhan sebanyak 61.394 ton, semestinya harga beras stabil karena Buleleng sendiri masih punya kelebihan stok beras sebanyak 3.679 ton. Data tersebut diperkuat lagi dengan jumlah lahan yang gagal panen.
Indikasi ini berdasar klaim asuransi pertanian yang diajukan oleh petani. Pada musim panen kedua, jumlah klaim asuransi yang diajukan karena gagal panen hanya seluas 1,87 hektare, dengan nilai klaim sebesar Rp 11.284.200.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Swatantra dikonfirmasi di ruang kerja Kamis (17/1) juga heran dengan kenaikan harga beras tersebut. Swatantra memperkirakan, ada kemungkinan gabah kering hasil panen dibeli oleh pedagang luar Buleleng. Sehingga, beras yang dihasilkan tidak dijual di Buleleng. “Dari perhitungan kami, seharusnya kita sudah kelebihan beras. Artinya harga tetap stabil. Tetapi saya perkirakan, gabah itu dibeli oleh pedagang luar Buleleng, karena pengusaha penyosohan beras di Buleleng kemungkinan juga karena keterbatasan modal,” terangnya.
Sementara harga beras di pasaran masih tetap melebihi harga eceran tertinggi. Kenaikan harga beras kini telah mencapai 20 persen. Untuk beras premium yang tadinya Rp 9.000 perkilo, kini tembus diangka Rp 13.000 perkilo. Sedangkan beras jenis medium yang tadinya hanya Rp 245.000 per 25 kilogram, kini naik sampai Rp 290.000. *k19
Penyebab kenaikan harga beras di Buleleng sejak dua pekan lalu, masih menjadi tanda tanya. Masalahnya, hasil produksi gabah kering justru berlebihan alias surplus. Data pada Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Buleleng menyebut, hasil panen periode Januari-Oktober 2017 tercatat sebanyak 103.784 ton gabah kering giling. Panen itu diperoleh dari luas tanam padi sebanyak 18.895 hektar, karena rata-rata musim tanam padi dua kali dalam setahun.
Dari total gabah kering giling sebanyak 103.784 ton, ketika dikonversi menjadi beras mencapai 65.591 ton, dengan jumlah penyusutan dari gabah kering menjadi beras diperkirakan sebanyak 0,1 persen atau 518 ton. Sedangkan jumlah kebutuhan beras masyarakat Buleleng periode Januari-Oktober 2017, tercatat sebanyak 61.394 ton.
Maka jika dibandingkan dengan produksi beras sebanyak 65.591 ton dengan kebutuhan sebanyak 61.394 ton, semestinya harga beras stabil karena Buleleng sendiri masih punya kelebihan stok beras sebanyak 3.679 ton. Data tersebut diperkuat lagi dengan jumlah lahan yang gagal panen.
Indikasi ini berdasar klaim asuransi pertanian yang diajukan oleh petani. Pada musim panen kedua, jumlah klaim asuransi yang diajukan karena gagal panen hanya seluas 1,87 hektare, dengan nilai klaim sebesar Rp 11.284.200.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Swatantra dikonfirmasi di ruang kerja Kamis (17/1) juga heran dengan kenaikan harga beras tersebut. Swatantra memperkirakan, ada kemungkinan gabah kering hasil panen dibeli oleh pedagang luar Buleleng. Sehingga, beras yang dihasilkan tidak dijual di Buleleng. “Dari perhitungan kami, seharusnya kita sudah kelebihan beras. Artinya harga tetap stabil. Tetapi saya perkirakan, gabah itu dibeli oleh pedagang luar Buleleng, karena pengusaha penyosohan beras di Buleleng kemungkinan juga karena keterbatasan modal,” terangnya.
Sementara harga beras di pasaran masih tetap melebihi harga eceran tertinggi. Kenaikan harga beras kini telah mencapai 20 persen. Untuk beras premium yang tadinya Rp 9.000 perkilo, kini tembus diangka Rp 13.000 perkilo. Sedangkan beras jenis medium yang tadinya hanya Rp 245.000 per 25 kilogram, kini naik sampai Rp 290.000. *k19
1
Komentar