Harga Telur Ayam Turun di Peternak
Setelah melambung di akhir tahun lalu, harga telur ayam berangsur mulai turun. Kondisi ini terjadi sejak pasca perayaan tahun baru lalu.
TABANAN, NusaBali
Di tingkat pedagang Pasar Kumbasari misalnya, sebelumnya dibandrol Rp 1.650 per butir, kini sudah menjadi Rp 1.500 per butir. Sementara beberapa warung memasang harga Rp 5.000 per tiga butir telur. Turunnya harga telur ini juga sudah dirasakan mulai di tingkat peternak. Bahkan imbasnya peternak sampai memasarkan langsung ke pasar. Hal ini dilakukan agar telur tidak menumpuk. “Semula harga telor di peternak mencapai Rp 1.300 per butir. Kini menjadi Rp 1.260 per butir,” ungkap seorang peternak ayam petelur, I Made Remaja, 58.
Biasanya setiap hari selalu ada yang mencari dan Remaja tidak sampai memasarkan ke pasar. "Sekarang saya sampai ke Negara pasarkan, jika hanya nunggu nanti telur menumpuk," imbuhnya ditemui di Banjar/Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Minggu (21/1).
Meskipun demikian, turunya harga telur tidak sampai membuat rugi peternak ayam, sebab turunya masih diharga normal. Kemungkinan Remaja memprediksi turunya harga telur mencapai di harga Rp 1.000 di peternak bulan Februari dan Maret. "Memang sudah biasa kalau usai tahun baru seperti ini, tidak terjadi kerugian drastis," tegasnya.
Diakui Remaja saat ini ia memelihara sebanyak 8.000 ekor ayam petelur. Telur yang dihasilkan setiap hari mencapai 6.000 butir. Ia pun menjualnya dengan harga butiran. "Kandang saya dijaga dua karyawan suami istri," terang Remaja yang sudah memulai usahanya ini tahun 1994.
Ditanya keuntungan, Remaja enggan memberberkan secara gamblang. Ia hanya menjelaskan untung telur tergantung harga di pasaran. "Untungnya pasti ada, kalau untung besar-besaran jika harga pakan jagung dan konsentrat tidak naik, sekarang normal harga pakan mencapai Rp 7.500 perkilogram," tandas Remaja yang memasarkan telor hanya di Bali, belum sampai ke luar pulau. *d
Di tingkat pedagang Pasar Kumbasari misalnya, sebelumnya dibandrol Rp 1.650 per butir, kini sudah menjadi Rp 1.500 per butir. Sementara beberapa warung memasang harga Rp 5.000 per tiga butir telur. Turunnya harga telur ini juga sudah dirasakan mulai di tingkat peternak. Bahkan imbasnya peternak sampai memasarkan langsung ke pasar. Hal ini dilakukan agar telur tidak menumpuk. “Semula harga telor di peternak mencapai Rp 1.300 per butir. Kini menjadi Rp 1.260 per butir,” ungkap seorang peternak ayam petelur, I Made Remaja, 58.
Biasanya setiap hari selalu ada yang mencari dan Remaja tidak sampai memasarkan ke pasar. "Sekarang saya sampai ke Negara pasarkan, jika hanya nunggu nanti telur menumpuk," imbuhnya ditemui di Banjar/Desa Mangesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Minggu (21/1).
Meskipun demikian, turunya harga telur tidak sampai membuat rugi peternak ayam, sebab turunya masih diharga normal. Kemungkinan Remaja memprediksi turunya harga telur mencapai di harga Rp 1.000 di peternak bulan Februari dan Maret. "Memang sudah biasa kalau usai tahun baru seperti ini, tidak terjadi kerugian drastis," tegasnya.
Diakui Remaja saat ini ia memelihara sebanyak 8.000 ekor ayam petelur. Telur yang dihasilkan setiap hari mencapai 6.000 butir. Ia pun menjualnya dengan harga butiran. "Kandang saya dijaga dua karyawan suami istri," terang Remaja yang sudah memulai usahanya ini tahun 1994.
Ditanya keuntungan, Remaja enggan memberberkan secara gamblang. Ia hanya menjelaskan untung telur tergantung harga di pasaran. "Untungnya pasti ada, kalau untung besar-besaran jika harga pakan jagung dan konsentrat tidak naik, sekarang normal harga pakan mencapai Rp 7.500 perkilogram," tandas Remaja yang memasarkan telor hanya di Bali, belum sampai ke luar pulau. *d
1
Komentar