Sempat Hilang, Gepeng Kembali Marak
Beberapa bulan memasuki akhir tahun 2017, keberadaan gelandangan dan pengemis (gepeng) di Kabupaten Gianyar, sempat menghilang.
GIANYAR, NusaBali
Namun awal tahun 2018 ini, mereka kembali berkeliaran pada sejumlah lokasi. Gepeng yang ditemukan di kawasan wisata Ubud sudah dipulangkan oleh Dinas Sosial ke daerah asalnya di Karangasem.
Kepala Dinas Sosial Gianyar Made Watha mengatakan, tahun 2017, ada sketiar 93 gepeng diamankan petugas Satpol PP Gianyar ke Dinas Sosial Gianyar. Puluhan gepeng ini diamankan dari tiga titik wilayah yakni seputaran Kecamatan Ubud, Blahbatuh, dan Pasar Umum Gianyar.
93 gepeng ini dominan anak di bawah umur 65 orang, sisanya 28 orang di atas usia 18 tahun. Mereka seluruhnya berasal dari Kabupaten Karangasem. Ditegaskan Made Watha, 93 gepeng ini hanya diamankan sejak Januari-Juli 2017, setelah itu hingga akhir tahun tersebut tidak ada gepeng yang diamankan. “ Keberadaan gepeng ini juga dipengaruhi bencana Gunung Agung, kemungkinan warga menggepeng ini ikut di pengungsian. Sampai akhirnya kami di Gianyar sempat zero tangkapan gepeng dari Agustus – Desember 2017,“ ujarnya.
Namun memasuki awal 2018, lanjuit Watha, Dinas Sosial Gianyar kembali menerima kiriman gepeng 33 orang. Mereka ditemukan Satpol PP saat berkeliaran di seputaran kawasan wisata Ubud. Pihaknya pun menduga beroperasinya gepeng ini semenjak penurunan level kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung. “ Kemungkinan karena penurunan radius itu, misal wilayah Munti Gunung, Karangasem, tidak kena radius KRB, “ ujarnya.
Meski demikian setiap gepeng yang dikirim petugas Satpol PP ke Dinas Sosial tetap ditangani sesuai SOP. Yakni diberi sosialisasi pembinaan hingga pengembalian. “Beberapa dari mereka sudah kami kembalikan ke tempat tinggal asalnya di Karangasem, “ ucapnya.
Watha juga mengingatkan masyarakat untuk mentradisikan kehadiran gepeng dengan memberikan uang atau materi tertentu. Apalagi gepeng ini dominan usia produktif. “Hanya sayangnya mereka kerap menggunakan bayi sebagai alibi, sehingga banyak masyarakat dibuat iba," tandasnya.*nvi
Namun awal tahun 2018 ini, mereka kembali berkeliaran pada sejumlah lokasi. Gepeng yang ditemukan di kawasan wisata Ubud sudah dipulangkan oleh Dinas Sosial ke daerah asalnya di Karangasem.
Kepala Dinas Sosial Gianyar Made Watha mengatakan, tahun 2017, ada sketiar 93 gepeng diamankan petugas Satpol PP Gianyar ke Dinas Sosial Gianyar. Puluhan gepeng ini diamankan dari tiga titik wilayah yakni seputaran Kecamatan Ubud, Blahbatuh, dan Pasar Umum Gianyar.
93 gepeng ini dominan anak di bawah umur 65 orang, sisanya 28 orang di atas usia 18 tahun. Mereka seluruhnya berasal dari Kabupaten Karangasem. Ditegaskan Made Watha, 93 gepeng ini hanya diamankan sejak Januari-Juli 2017, setelah itu hingga akhir tahun tersebut tidak ada gepeng yang diamankan. “ Keberadaan gepeng ini juga dipengaruhi bencana Gunung Agung, kemungkinan warga menggepeng ini ikut di pengungsian. Sampai akhirnya kami di Gianyar sempat zero tangkapan gepeng dari Agustus – Desember 2017,“ ujarnya.
Namun memasuki awal 2018, lanjuit Watha, Dinas Sosial Gianyar kembali menerima kiriman gepeng 33 orang. Mereka ditemukan Satpol PP saat berkeliaran di seputaran kawasan wisata Ubud. Pihaknya pun menduga beroperasinya gepeng ini semenjak penurunan level kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Agung. “ Kemungkinan karena penurunan radius itu, misal wilayah Munti Gunung, Karangasem, tidak kena radius KRB, “ ujarnya.
Meski demikian setiap gepeng yang dikirim petugas Satpol PP ke Dinas Sosial tetap ditangani sesuai SOP. Yakni diberi sosialisasi pembinaan hingga pengembalian. “Beberapa dari mereka sudah kami kembalikan ke tempat tinggal asalnya di Karangasem, “ ucapnya.
Watha juga mengingatkan masyarakat untuk mentradisikan kehadiran gepeng dengan memberikan uang atau materi tertentu. Apalagi gepeng ini dominan usia produktif. “Hanya sayangnya mereka kerap menggunakan bayi sebagai alibi, sehingga banyak masyarakat dibuat iba," tandasnya.*nvi
1
Komentar