Korban Ayu Devi Pernah Beberapa Kali Nekat Coba Bunuh Diri
Ketut Ayu Dewi Mulyanti merupakan penderita epilepsi kedua di Bali dalam kurun tiga hari terakhir yang ditemukan tewas, setelah korban Rodisin tewas tenggelam di sungai kawasan Desa Budeng, Jembrana
Gadis Penderita Epilepsi Ditemukan Tewas di Parit Sawah Kawasan Kelurahan Banyuining, Buleleng
SINGARAJA, NusaBali
Hanya dalam kurun tiga hari terakhir, dua kali terjadi kasus penderita epilespi ditemukan tewas karena penyakitnya kumat. Setelah kematian tragis seorang warga Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana, Rodisin, 40, yang ditemukan tewas mengambang di sungai, Senin (22/1) pagi musibah serupa menimpa Ketut Ayu Devi Mulyanti, 28, krama Buleleng yang ditemukan tewas di parit persawahan. Terungkap, korban sempat beberapa kali nekat mencoba bunuh diri.
Korban Ketut Ayu Devi Mulyanti ditemukan tergeletak tak bernyawa di parit persawahan sebelah Jalan Pulau Obi Kelurahan Banyuning, Kecamatan Buleleng, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita. Saat ditemukan, korban yang tinggal di Jalan Setia Budi Kelurahan Banyuning ini dalam posisi telungkup, mengenakan baju warna putih dan celana hijau motif daun polkadot putih.
Kematian tragis korban Ketut Ayu Devi Mulyanti pertama kali diketahui oleh Desak Made Sekar, 40, warga Jalan Pulau Obi Gang Apel Singaraja. Pagi itu, saksi Desak Sekar melintas di lokasi karena hendak mengecek air irigasi di sawahnya. Baru 10 menit melakukan pengecekan dengan berjalan di jelinjingan sawah, istri dari Gede Sudarsana ini terkejut melihat seseorang dalam posisi terlungkup di dalam parit.
Melihat pemandangan aneh, saksi Desak Sekar pun langsung memanggil suaminya, Gede Suardana. Dalam sekejap, warga sekitar juga berdatangan ke lokasi TKP di parit persawahan milik Gede Suardana. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke polisi. Tak lama berselang, polisi terjun ke lokasi TKP untuk melakukan identifikasi dan mengevakuasi mayat korban yang diketahui adalah Ketut Ayu Devi Mulyanti, gadis berusia 28 tahun penderita epilepsi.
Saat terjun ke lokasi TKP, polisi juga membonceng petugas medis untuk melakukan pemeriksaan luar (visum) mayat korban. Setelah divisum tim medis, mayat korban langsng dibawa ke rumah duka di Desa Pakraman Banyuning, tepatnya Jalan Setia Budi Gang Arjuna. Jenazah korban renacananya akan dimakamkan dengan prosesi Makingsan ring Gni di Setra Desa Pakraman Banyuning pada Buda Wage Menail, Rabu (24/1) besok.
Ditemui NusaBali di rumah duka, Senin kemarin, ibunda korban yakni Kadek Suryani, 50, mengatakan sebelum ditemukan tewas di parit persawah, putrinya yang menderita epilepasi ini sempat pamit hendak ke luar rumah. Uniknya, korban Ketut Ayu Devi pamit dengan ibunya, Senin dinihari sekitar pukul 02.00 Wita, karena mengaku gelisah sehingga ingin ke luar rumah.
“Sebelum saya berangkat ke pasar sekitar jam dua (pukul 02.00 Wita, Red), anak saya ini sempat pamit, katanya lagi inguh (gelisah), mau ke luar rumah. Saya izinkan, karena dia sering begitu kalau penyakitnya mau kumat,” cerita Suryani.
Namun, kata Suryani, hingga matahari terbit setelah dirinya berangkat ke Pasar Banyuning untuk berjualan sayur mayur, anak bungsunya yang menderita epilepsi sejak kecil ini tidak kunjung pulang. Padahal, sebelum-sebelumnya dengan keadaan yang sama, korban Ketut Ayu pasti sudah pulang dalam rentang 1 jam setelah ke luar rumah.
Nah, di tengah kekhawatirannya, Suryani tetap berangkat ke pasar untuk berjualan seperti biasa. Suryani sempat tenang, karena di Pasar Banyuning dia mendengar informasi anaknya ditemukan seseorang sedang berada di Kelurahan Penarungan, Kecamatan Buleleng yang bertetangga dengan Kelurahan Banyuning. “Saya pikir aman, karena tidak kena air. Anak saya ini memang sering ke Penarungan,” ungkap Suryani.
Namun, Senin pagi sekitar pukul 08.00 Wita, Suryani yang masih jualan di pasar dicari oleh seorang keponakannya yang mengabarkan Ketut Ayu sudah ditemukan tewas di parit persawahan. Suryani pun langsung pulang dari pasar dan menunggu jenazah anaknya tiba di rumah duka.
Korban Ketut Ayu sendiri selama ini masih tinggal bersama ibu dan kakak-kakaknya di rumah bajang, karena belum menikah hingga usia 28 tahun. Jauh sebelum ditemukan tewas mengenaskan di parit, korban Ketut Ayu pernah beberapa kali nekat mencoba bunuh diri, karena merasa depresi dengan penyakitnya.
Menurut kakak sulung korban, Putu Susila, 37, adiknya yang menderita epilepsi ini pernah mencoba bunuh diri dengan melompat ke sungai, juga pernah nekat tenggak ditergen rinso di rumahnya. “Beruntung, nyawanya masih bisa diselamatkan. Sekarang, adi saya ini malah ditemukan meninggal di parit,” kenang Putu Susila kepada NusaBali.
Putu Susila membebarkan, karena penyakit epilepsinya sejak kecil, emosi Ketut Ayu sering tidak terkontrol. Kesehariannya, korban mencari rongsokan dengan berjalan kaki di sekitar Kelurahan Banyuning.
Putu Susila mengaku sempat merasakan firasat buruk sehari sebelum kematian tragis adik perempuan satu-satunya ini. Saat itu, Minggu (21/1) pagi, Putu Susila hendak berangkat ke Tabanan untuk kembali bekerja sebagai buruh bangunan. Tiba-tiba, Ketut Ayu menangisi semua anggota keluarganya.
“Tumben dia (korban) menangis saat saya mau bernagkat ke Tabanan. Katanya dia sayang semua. Lalu saya jawab, kenapa menangis begitu seakan mau mati saja?” cerita Susila.
Firasat aneh itu memuat Susila tidak nyaman selama perjalanan ke Tabanan. Sehari kemudian, Susila justru mendapat kabar duka adik perempuannya ditemukan tewas di parit persawahan, Senin pagi. Firasat buruk juga dialami kakak kedua korban, Kadek Suryadana, 31, yang mengaku bermimpi didatangi almarhum ayahnya, Wayan Sudana, malam sebelum kematian tragis Ketut Ayu.
Sementara itu, Kasubag Humas Polres Buleleng, AKP I Nyoman Suartika, mengatakan pihaknya sampai kemarin siang masih mengumpulkan bukti dan memeriksa saksi-saksi terkait kematian tragis Ketut Ayu Devi Mulyanti. Namun, dari hasil pemeriksaan tim medis, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh korban.
“Dari hasil pemeriksaan medis dan olah TKP tadi (kemarin), disimpulkan sementara bahwa kematian korban didiga karena penyakit epilepsi yang dideritanya kambuh saat melintas di jelinjingan sawah, lalu terjatuh ke parit tanpa ada yang mengetahuinya,” ujar AKP Suartika saat dikonfirmasi NusaBali.
Ini untyuk kali kedua di Bali terjadi kasus kematian tragis penderita epilepsi dalam kurun tiga hari terakhir. Sebelumnya, kematian serupa juga menimpa Rodisin, penderita epilepsi asal Banjar Ketapang Muara, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana. Rodisin ditemukan tewas mengambang di Sungai Sandya kawasan Banjar Dauh Pangkung, Desa Budeng, Kecamatan Jembrana, Jumat (19/1) siang sekitar pukul 11.00 Wita. Diduga kuat, korban Rodisin jatuh ke tenggelam ke sungai karena penyakitnya kumat saat membersihkan jukung. *k23
Komentar