Kembalinya Trah Militer Jadi Sekjen Golkar
Ketua Umum DPP Golkar, Airlangga Hartarto, kembalikan tradisi Beringin yang mempercayakan purnawirawan Jenderal TNI sebagai panglima perang.
JAKARTA, NusaBali
Kali ini, Airlangga Hartarto tunjuk mantan Danjen Kopassus, Letjen TNI (Purn) Lodewijk Freidrich Paulus, sebagai Sekjen DPP Golkar 2017-2019, menggantikan Idrus Marham yang kini menjabat Menteri Sosial.
Penunjukan Lodewijk Freidrich Paulus sebagai Sekjen DPP Golkar, Senin (22/1), terbilang surprise. Pasalnya, Lodewijk belum 5 tahun gabung di Golkar. Namun, Airlangga punya alasan khusus untuk mempercayakan jabatan strategis tersebut kepada sang jenderal.
"Pak Lodewijk sudah jadi pengurus di periode lalu (DPP Golkar 2016-2017 pimpinan Setya Novanto, Red), jadi itu sudah selesai," ungkap Airlangga kepada wartawan di Kantor DPP Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni Slipi, Jakarta Barat, Senin kemarin. Di era Setya Novanto, Lodewijk menjabat Korbid Kajian Strategis dan SDM DPP Golkar.
Naiknya Lodewijk ini praktis menandai kembalinya trah militer sebagai Sekjen DPP Golkar. Sebelum Lodewijk menjadi Sekjen DPP Golkat, posisi strategis ini kerap diisi kalangan militer. Paling tidak, nyaris selalu terjadi kombinasi pimpinan sipil-militer atau militer-sipil sebagai Ketua Umum dan Sekjen DPP Golkar.
Golkar pertama kali memiliki Sekjen dari kalangan militer di bawah Ketua Umum Harmoko periode 1993-1998. Kala itu, Harmoko mempercayakan posisi Sekjen DPP Golkar kepada Letjen TNI (Purn) Ary Mardjono. Di era kepemimpinan Akbar Tandjung periode 1998-2004, jabatan Sekjen DPP Golkar dipercayakan kepada Letjen TNI (Purn) Budi Harsono.
Begitu pula di era kepemimpinan Ketua Umum Jusuf Kalla periode 2004-2009, jabatan Sekjan DPP Golkar dipercayakan kepada Letjen TNI (Purn) Soemarsono.
Tradisi militer ini baru luntur saat Ketua Umum Aburizal Bakrie menunjuk Idrus Marham menjadi sekjen DPP Golkar (2009-2014 dan 2014-2016). Keduanya sama-sama dari kalangan sipil. Ketika Setya Novanto jadi Ketua Umum DPP Golkar 2016-2017, jabatan Sekjen masih dipegang Idrus Marham.
Kini, di era Airlangga Hartarto, muncul Letjen TNI (Purn) Lodewijk F Paulus sebagai Sekljen DPP Golkar. Lodewijk merupakan purnawirawan berusia 60 tahun kelahiran Manado, Sulawesi Utara. Lulus Akmil tahun 1981, Lodewijk langsung menjabat sebagai Danton Kopassandha---pasukan elite TNI AD yang kini bernama Kopassus.
Lodewijk menghabiskan sebagian besar karier kemiliterannya di korps baret merah itu hingga akhirnya dilantik menjadi Danjen Kopassus tahun 2009, menggantikan Pramono Edhie Wibowo. Di masa kepemimpinan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Lodewijk ditunjuk menjadi anggota Tim Transisi PSSI 2015. Lodewijk purna tugas dari dunia militer pada 2015, dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI. Lepas dari militer, dia terjun ke dunia politik praktis dengan gabung ke Golkar.
Begitu ditunjuk jadi Sekjen DPP Golkar, Lodewijk pun ungit kembali sejarah Partai Beringin yang didirikan oleh golongan militer. "Soal ini, kita tahu kan sejarah-sejarahnya Golkar untuk menghadapi dinamika bangsa yang berkembang kalau ada tentara yang masuk. Sebenarnya itu kembali ke kita," ujar Lodewijk dikutip detikcom kemarin. "Artinya, tentara itu tidak pernah mati. Kebetulan saya masuk ke sini sama dengan pilihan saya karena salah satu faktor, karena berdirinya Golkar." *k22
Penunjukan Lodewijk Freidrich Paulus sebagai Sekjen DPP Golkar, Senin (22/1), terbilang surprise. Pasalnya, Lodewijk belum 5 tahun gabung di Golkar. Namun, Airlangga punya alasan khusus untuk mempercayakan jabatan strategis tersebut kepada sang jenderal.
"Pak Lodewijk sudah jadi pengurus di periode lalu (DPP Golkar 2016-2017 pimpinan Setya Novanto, Red), jadi itu sudah selesai," ungkap Airlangga kepada wartawan di Kantor DPP Golkar, Jalan Anggrek Neli Murni Slipi, Jakarta Barat, Senin kemarin. Di era Setya Novanto, Lodewijk menjabat Korbid Kajian Strategis dan SDM DPP Golkar.
Naiknya Lodewijk ini praktis menandai kembalinya trah militer sebagai Sekjen DPP Golkar. Sebelum Lodewijk menjadi Sekjen DPP Golkat, posisi strategis ini kerap diisi kalangan militer. Paling tidak, nyaris selalu terjadi kombinasi pimpinan sipil-militer atau militer-sipil sebagai Ketua Umum dan Sekjen DPP Golkar.
Golkar pertama kali memiliki Sekjen dari kalangan militer di bawah Ketua Umum Harmoko periode 1993-1998. Kala itu, Harmoko mempercayakan posisi Sekjen DPP Golkar kepada Letjen TNI (Purn) Ary Mardjono. Di era kepemimpinan Akbar Tandjung periode 1998-2004, jabatan Sekjen DPP Golkar dipercayakan kepada Letjen TNI (Purn) Budi Harsono.
Begitu pula di era kepemimpinan Ketua Umum Jusuf Kalla periode 2004-2009, jabatan Sekjan DPP Golkar dipercayakan kepada Letjen TNI (Purn) Soemarsono.
Tradisi militer ini baru luntur saat Ketua Umum Aburizal Bakrie menunjuk Idrus Marham menjadi sekjen DPP Golkar (2009-2014 dan 2014-2016). Keduanya sama-sama dari kalangan sipil. Ketika Setya Novanto jadi Ketua Umum DPP Golkar 2016-2017, jabatan Sekjen masih dipegang Idrus Marham.
Kini, di era Airlangga Hartarto, muncul Letjen TNI (Purn) Lodewijk F Paulus sebagai Sekljen DPP Golkar. Lodewijk merupakan purnawirawan berusia 60 tahun kelahiran Manado, Sulawesi Utara. Lulus Akmil tahun 1981, Lodewijk langsung menjabat sebagai Danton Kopassandha---pasukan elite TNI AD yang kini bernama Kopassus.
Lodewijk menghabiskan sebagian besar karier kemiliterannya di korps baret merah itu hingga akhirnya dilantik menjadi Danjen Kopassus tahun 2009, menggantikan Pramono Edhie Wibowo. Di masa kepemimpinan Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Lodewijk ditunjuk menjadi anggota Tim Transisi PSSI 2015. Lodewijk purna tugas dari dunia militer pada 2015, dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan (Dankodiklat) TNI. Lepas dari militer, dia terjun ke dunia politik praktis dengan gabung ke Golkar.
Begitu ditunjuk jadi Sekjen DPP Golkar, Lodewijk pun ungit kembali sejarah Partai Beringin yang didirikan oleh golongan militer. "Soal ini, kita tahu kan sejarah-sejarahnya Golkar untuk menghadapi dinamika bangsa yang berkembang kalau ada tentara yang masuk. Sebenarnya itu kembali ke kita," ujar Lodewijk dikutip detikcom kemarin. "Artinya, tentara itu tidak pernah mati. Kebetulan saya masuk ke sini sama dengan pilihan saya karena salah satu faktor, karena berdirinya Golkar." *k22
Komentar