DPRD Minta Proyek Pembangunan Sesuaikan Harga Material
Anggota DPRD Bali Wayan Adnyana meminta kepada pembuat tender proyek pembangunan di Pulau Dewata harus menyesuaikan dengan kemahalan harga bahan atau material saat menghadapi bencana erupsi Gunung Agung.
DENPASAR, NusaBali
"Pembuat tender pembangunan harus menyesuaikan kebutuhan material dan menghitung secara akurat anggaran yang diperlukan, sehingga pembangunan yang dikerjakan sesuai dengan perencanaan," kata Adnyana saat dihubungi dari Denpasar, Senin (22/1).
Ia mengatakan dengan kejadiaan bencana erupsi Gunung Agung, maka kebutuhan material seperti pasir dan batu terjadi peningkatan harga dibanding sebelum terjadinya erupsi gunung tersebut. "Selama ini kebutuhan material pasir yang didatangkan dari Kabupaten Karangasem terjadi kelangkaan. Karena para pengusaha penambangan galian C untuk sementara waktu menghentikan operasinya," ujar politikus Partai Demokrat itu.
Adnyana mengatakan untuk pembangunan itu sesuai dengan perencanaan, maka diperlukan ketelitian dalam penganggaran sehingga proyek yang dikerjakan selesai tepat waktu dan sesuai dengan bestek.
"Kondisi erupsi gunung tertinggi di Bali tersebut menyebabkan kebutuhan material pasir dan batu sangat sulit didatangkan dari Kabupaten Karangasem. Oleh karena itu agar pembuat perencanaan menyesuaikan harga material saat ini," ucapnya.
Dengan demikian, kata dia, pembangunan yang dibuat pun akan tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, sebab jika tak ada penyesuaian harga material dikhawatirkan pembangunan tersebut dibuat tidak memenuhi standar.
"Karena itu saya harapkan sebelum membangun proyek harus memiliki hitungan anggaran yang jelas, termasuk juga detail kebutuhan material yang diperlukan saat ini," ujarnya.
KadeK Wirawan, seorang sopir material galian C mengatakan untuk mendapatkan material pasir di wilayah Kabupaten Karangasem sangat sulit. Sebab di daerah penambangan galian C berada di zona kawasan rawan benacana (KRB) Gunung Agung. "Sejak Gunung Agung ditetapkan status Awas, kami para sopir angkut galian C kesulitan mendapatkan pasir. Karena kami tidak berani mendekat di kawasan KRB tersebut," ucapnya.
Selain itu, kata dia, harga yang ditawakan dari perusahaan penambang galian C dengan harga meningkat tajam. "Saya juga tidak berani mendekat KRB Gunung Agung, selain itu perusahaan penambang banyak yang masih tinggal di daerah pengungsian," katanya. *ant
Ia mengatakan dengan kejadiaan bencana erupsi Gunung Agung, maka kebutuhan material seperti pasir dan batu terjadi peningkatan harga dibanding sebelum terjadinya erupsi gunung tersebut. "Selama ini kebutuhan material pasir yang didatangkan dari Kabupaten Karangasem terjadi kelangkaan. Karena para pengusaha penambangan galian C untuk sementara waktu menghentikan operasinya," ujar politikus Partai Demokrat itu.
Adnyana mengatakan untuk pembangunan itu sesuai dengan perencanaan, maka diperlukan ketelitian dalam penganggaran sehingga proyek yang dikerjakan selesai tepat waktu dan sesuai dengan bestek.
"Kondisi erupsi gunung tertinggi di Bali tersebut menyebabkan kebutuhan material pasir dan batu sangat sulit didatangkan dari Kabupaten Karangasem. Oleh karena itu agar pembuat perencanaan menyesuaikan harga material saat ini," ucapnya.
Dengan demikian, kata dia, pembangunan yang dibuat pun akan tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya, sebab jika tak ada penyesuaian harga material dikhawatirkan pembangunan tersebut dibuat tidak memenuhi standar.
"Karena itu saya harapkan sebelum membangun proyek harus memiliki hitungan anggaran yang jelas, termasuk juga detail kebutuhan material yang diperlukan saat ini," ujarnya.
KadeK Wirawan, seorang sopir material galian C mengatakan untuk mendapatkan material pasir di wilayah Kabupaten Karangasem sangat sulit. Sebab di daerah penambangan galian C berada di zona kawasan rawan benacana (KRB) Gunung Agung. "Sejak Gunung Agung ditetapkan status Awas, kami para sopir angkut galian C kesulitan mendapatkan pasir. Karena kami tidak berani mendekat di kawasan KRB tersebut," ucapnya.
Selain itu, kata dia, harga yang ditawakan dari perusahaan penambang galian C dengan harga meningkat tajam. "Saya juga tidak berani mendekat KRB Gunung Agung, selain itu perusahaan penambang banyak yang masih tinggal di daerah pengungsian," katanya. *ant
1
Komentar