Pipa Putus, Pasokan Air ke 500 Warga Terganggu
Pipa induk PAM desa di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, putus akibat tergerus longsor. Sekitar pukul 18.00 Wita, air bersih sudah mengalir tetapi belum merata.
TABANAN, NusaBali
Tanah longsor juga mengakibatkan air PAM desa di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, putus pada Selasa (23/1). Akibatnya sekitar 500-an warga tidak mendapat pasokan air bersih sejak pagi.
Perbekel Desa Padangan I Wayan Wardita ketika dikonfirmasi, menjelaskan longsor diketahui saat seluruh warga pada pagi hari mengeluhkan air tidak mengalir. Setelah dicek, pipa induk sumber yang berlokasi di Banjar Padangan Kaja, Desa Padangan, disapu material longsor kebun milik Iskandar. “Pagi harinya masyarakat ribut-ribut airnya tidak ngalir,” ujar Wardita, Selasa kemarin.
Dikatakannya, karena longsor mencapai 20 meter, akibatnya pipa induk tersebut putus yang menyebabkan 500-an warga tidak mendapat pasokan air bersih sejak pagi. Oleh karena itu dia bersama Lembaga Pemberdayaan Desa (LPD) melalukan perbaikan. “Perbaikan lama sekali, karena pipa kami sekitar 15 meter putus dan terlempar,” tuturnya.
Bahkan ada juga pipa yang pecah, lantaran material longsor berupa rumpun bambu yang akarnya cukup berat menimpa pipa. “Kami harus beli pipa juga, melakukan pembersihan di lokasi agar tidak terjadi longsor susulan,” ujar Wardita.
Sekitar pukul 18.00 Wita pasokan air bersih kembali mengalir. Namun khusus warga yang tinggal di dataran tinggi belum bisa mendapat suplai air bersih. Kemungkinan malam hari air mengalir secara rata. “Air juga belum mengalir ke rumah saya. Kalau mandi ke sungai saja dulu. Malam hari airnya baru sampai ke rumah saya,” ucap Wardita.
Sementara itu, berdasar catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan, setidaknya ada 5 titik longsor yang sudah teratasi termasuk longsor yang tewaskan pasangan suami istri di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Seluruh bencana terjadi pada Senin (22/1) malam.
Longsor yang sudah diatasi di antaranya di Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan yang menutupi sebagian badan jalan. Material longsor dibersihkan oleh warga secara bergotongroyong. Kemudian longsor di jalan umum Penebel – Baturiti tepatnya di Banjar Bolangan, Desa Penebel. Material longsor dari lahan milik I Wayan Supri, itu menutup setengah badan jalan.
Selanjutnya, di jalan umum Penebel – Baturiti tepatnya di Banjar Babahan Kanginan, Desa Babahan, Penebel, menutup setengah badan jalan. Tanah longsor milik I Made Juliarta. Dan terakhir, panyengker pelinggih Pura Teratai Bang yang ada di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan kembali longsor dengan panjang 10 meter.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika, seizin Kepala BPBD Tabanan I Gusti Made Sucita, menjelaskan ada lima titik longsor yang sudah teratasi. Terparah yang menewaskan dua korban jiwa. Longsor terjadi seluruhnya pada Senin (22/1) malam. “Tabanan di bagian utara hujannya cukup deras,” jelasnya.
Dikatakannya, longsor yang menutupi setengah badan jalan sudah selesai diatasi, ada yang dikerjakan secara manual bantuan dari warga, polisi, dan TNI, ada juga menggunakan alat berat. “Yang gunakan alat berat longsor di Gunung Sari karena jalan desa tertutup material longsor,” tandas Trisna. *d
Tanah longsor juga mengakibatkan air PAM desa di Desa Padangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, putus pada Selasa (23/1). Akibatnya sekitar 500-an warga tidak mendapat pasokan air bersih sejak pagi.
Perbekel Desa Padangan I Wayan Wardita ketika dikonfirmasi, menjelaskan longsor diketahui saat seluruh warga pada pagi hari mengeluhkan air tidak mengalir. Setelah dicek, pipa induk sumber yang berlokasi di Banjar Padangan Kaja, Desa Padangan, disapu material longsor kebun milik Iskandar. “Pagi harinya masyarakat ribut-ribut airnya tidak ngalir,” ujar Wardita, Selasa kemarin.
Dikatakannya, karena longsor mencapai 20 meter, akibatnya pipa induk tersebut putus yang menyebabkan 500-an warga tidak mendapat pasokan air bersih sejak pagi. Oleh karena itu dia bersama Lembaga Pemberdayaan Desa (LPD) melalukan perbaikan. “Perbaikan lama sekali, karena pipa kami sekitar 15 meter putus dan terlempar,” tuturnya.
Bahkan ada juga pipa yang pecah, lantaran material longsor berupa rumpun bambu yang akarnya cukup berat menimpa pipa. “Kami harus beli pipa juga, melakukan pembersihan di lokasi agar tidak terjadi longsor susulan,” ujar Wardita.
Sekitar pukul 18.00 Wita pasokan air bersih kembali mengalir. Namun khusus warga yang tinggal di dataran tinggi belum bisa mendapat suplai air bersih. Kemungkinan malam hari air mengalir secara rata. “Air juga belum mengalir ke rumah saya. Kalau mandi ke sungai saja dulu. Malam hari airnya baru sampai ke rumah saya,” ucap Wardita.
Sementara itu, berdasar catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tabanan, setidaknya ada 5 titik longsor yang sudah teratasi termasuk longsor yang tewaskan pasangan suami istri di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Seluruh bencana terjadi pada Senin (22/1) malam.
Longsor yang sudah diatasi di antaranya di Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan yang menutupi sebagian badan jalan. Material longsor dibersihkan oleh warga secara bergotongroyong. Kemudian longsor di jalan umum Penebel – Baturiti tepatnya di Banjar Bolangan, Desa Penebel. Material longsor dari lahan milik I Wayan Supri, itu menutup setengah badan jalan.
Selanjutnya, di jalan umum Penebel – Baturiti tepatnya di Banjar Babahan Kanginan, Desa Babahan, Penebel, menutup setengah badan jalan. Tanah longsor milik I Made Juliarta. Dan terakhir, panyengker pelinggih Pura Teratai Bang yang ada di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan kembali longsor dengan panjang 10 meter.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan I Putu Trisna Widiatmika, seizin Kepala BPBD Tabanan I Gusti Made Sucita, menjelaskan ada lima titik longsor yang sudah teratasi. Terparah yang menewaskan dua korban jiwa. Longsor terjadi seluruhnya pada Senin (22/1) malam. “Tabanan di bagian utara hujannya cukup deras,” jelasnya.
Dikatakannya, longsor yang menutupi setengah badan jalan sudah selesai diatasi, ada yang dikerjakan secara manual bantuan dari warga, polisi, dan TNI, ada juga menggunakan alat berat. “Yang gunakan alat berat longsor di Gunung Sari karena jalan desa tertutup material longsor,” tandas Trisna. *d
Komentar