Badung Sedang Rintis Rumah Singgah
Pemerintah Kabupaten Badung sampai saat ini belum memiliki rumah singgah untuk menampung para gelandangan, pengemis, maupun orang telantar.
MANGUPURA, NusaBali
Padahal keberadaan rumah singgah ini sangat penting, selain sebagai tempat tinggal sementara juga bisa menjadi tempat pelatihan dan pembinaan masyarakat. Kondisi ini menjadi perhatian Komisi IV DPRD Badung yang membidangi masalah kesejahteraan masyarakat. Ketua Komisi IV DPRD Badung AA Ngurah Ketut Agus Nadi Putra, menyatakan sudah lama mendorong pemerintah membangun rumah singgah yang representatif. Tujuannya untuk menampung warga agar memiliki tempat layak. Tidak saja warga asli Badung, warga luar pun bisa menempati rumah singgah untuk mendapatkan pelatihan, selama belum memiliki tempat tinggal sehingga memiliki bekal keterampilan.
“Di Badung belum ada (rumah singgah, Red). Makanya kami dorong Dinas Sosial mengkaji ini,” harapnya, Selasa (23/1). Menurut politisi Partai Golkar, tersebut bupati sangat serius menyejahterakan masyarakat. Jadi pihaknya berharap instansi terkait menerjemahkan hal itu dengan program inovasi. Nah, pembangunan rumah singgah bisa menjadi salah satu program prioritas. “Di daerah luar Bali itu sudah ada. Kami harapkan Badung juga punya. Masalah anggaran untuk pembangunan gedung baru rasanya Badung mampu,” kata dia.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Badung Ketut Sudarsana mengakui, sampai sekarang Badung belum memiliki rumah singgah. “Iya, kami memang belum punya rumah singgah. Jadi sementara bila ada gepeng (gelendangan dan pengemis) yang terkena razia kami tempatkan di kantor, sebelum kami fasilitasi pemulangannya ke daerah asal. Seperti kasus kemarin, 27 orang yang terkena razia di Kuta, kami terpaksa tampung di kantor,” akunya.
Sudarsana menegaskan sebetulnya sudah ada kajian untuk membangun rumah singgah, seperti harapan anggota dewan. Tetapi hal itu masih dalam tahap kajian. “Kami tahun ini sedang menyiapkan feasibility study (FS),” kata mantan Kepala BLH Badung, tersebut.
Karena masih dalam tahap penyusunan FS, pihaknya belum berani memastikan seperti apa rancangan rumah singgah dimaksud. “Belum, kami tunggu dulu FS-nya selesai. Kami juga masih cari di mana lokasi yang pas,” imbuhnya.
Meski begitu, Sudarsana sepakat bila keberadaan rumah singgah sangat penting. “Sekalipun di Badung tidak ada pengemis, tidak ada gelandangan, tapi dengan punya rumah singgah, bisa jadi tempat tinggal sementara bagi masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal,” tandasnya. *asa
Padahal keberadaan rumah singgah ini sangat penting, selain sebagai tempat tinggal sementara juga bisa menjadi tempat pelatihan dan pembinaan masyarakat. Kondisi ini menjadi perhatian Komisi IV DPRD Badung yang membidangi masalah kesejahteraan masyarakat. Ketua Komisi IV DPRD Badung AA Ngurah Ketut Agus Nadi Putra, menyatakan sudah lama mendorong pemerintah membangun rumah singgah yang representatif. Tujuannya untuk menampung warga agar memiliki tempat layak. Tidak saja warga asli Badung, warga luar pun bisa menempati rumah singgah untuk mendapatkan pelatihan, selama belum memiliki tempat tinggal sehingga memiliki bekal keterampilan.
“Di Badung belum ada (rumah singgah, Red). Makanya kami dorong Dinas Sosial mengkaji ini,” harapnya, Selasa (23/1). Menurut politisi Partai Golkar, tersebut bupati sangat serius menyejahterakan masyarakat. Jadi pihaknya berharap instansi terkait menerjemahkan hal itu dengan program inovasi. Nah, pembangunan rumah singgah bisa menjadi salah satu program prioritas. “Di daerah luar Bali itu sudah ada. Kami harapkan Badung juga punya. Masalah anggaran untuk pembangunan gedung baru rasanya Badung mampu,” kata dia.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Badung Ketut Sudarsana mengakui, sampai sekarang Badung belum memiliki rumah singgah. “Iya, kami memang belum punya rumah singgah. Jadi sementara bila ada gepeng (gelendangan dan pengemis) yang terkena razia kami tempatkan di kantor, sebelum kami fasilitasi pemulangannya ke daerah asal. Seperti kasus kemarin, 27 orang yang terkena razia di Kuta, kami terpaksa tampung di kantor,” akunya.
Sudarsana menegaskan sebetulnya sudah ada kajian untuk membangun rumah singgah, seperti harapan anggota dewan. Tetapi hal itu masih dalam tahap kajian. “Kami tahun ini sedang menyiapkan feasibility study (FS),” kata mantan Kepala BLH Badung, tersebut.
Karena masih dalam tahap penyusunan FS, pihaknya belum berani memastikan seperti apa rancangan rumah singgah dimaksud. “Belum, kami tunggu dulu FS-nya selesai. Kami juga masih cari di mana lokasi yang pas,” imbuhnya.
Meski begitu, Sudarsana sepakat bila keberadaan rumah singgah sangat penting. “Sekalipun di Badung tidak ada pengemis, tidak ada gelandangan, tapi dengan punya rumah singgah, bisa jadi tempat tinggal sementara bagi masyarakat yang membutuhkan tempat tinggal,” tandasnya. *asa
Komentar