Pembunuh Sopir Taksi Online 2 Siswa SMK
Usai membunuh, keduanya tetap sekolah seperti biasa
SEMARANG, NusaBali
Tim Resmob Sat Reskrim Polrestabes Semarang membekuk dua tersangka pelaku pembunuhan driver taksi online Grab. Kedua tersangka masih berusia 15 tahun dan berada satu kelas di sebuah SMK di Semarang.
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji, menyebut tersangka berinisial IB dan TA. "Tersangka ironisnya masih sekolah. Satu angkatan, satu kelas," kata Abi di Mapolrestabes Semarang, Selasa (23/1) dilansir detik.
Mereka sudah merencanakan aksi dan sudah membawa belati sejak memesan Grab di dekat tempat tinggal IB di daerah Lemah Gempal pada Sabtu (20/1) malam lalu pukul 21.00 WIB. Ketika itu korban Deny Setiawan (25) yang menyambut pesanan, mereka meminta diantar dari daerah Lemah Gempal ke daerah Sambiroto.
Setiba di perumahan Korpri di Sambiroto di Jalan Selatan Raya, IB membayar ongkos Rp 22 ribu dan ternyata kurang. TA kemudian mengarahkan sopir melaju ke jalan lain dengan alasan mengambil uang di saudaranya. Ketika sampai di pertigaan Jalan Cendana Selatan Sambiroto, IB yang duduk di kursi belakang pengemudi langsung mengeluarkan belati dan menggorok leher korban. "Mereka menggorok leher korban dan mayatnya dibuang di jalan," lanjut Abi.
IB langsung ambil alih kemudi mobil Livina milik korban dan membawanya ke Jalan HOS Cokroaminoto dengan maksud disembunyikan tidak jauh dari rumah IB. Sementara handphone milik driver dikubur oleh pelaku untuk disimpan.
"Mobil diletakkan di Jalan HOS Cokroaminoto untuk 'didinginkan', maksudnya apabila situasi aman, kemungkinan akan dijual. Motif mereka adalah murni merampas kekayaan," tegasnya.
Dari pengakuan sementara, keduanya nekat merampok untuk membayar uang sekolah. Namun polisi dan pihak sekolah meragukan pengakuan itu.
"Alasannya untuk membayar SPP (uang sekolah). Tapi orang tuanya cukup berada, kami akan dalami itu," kata Abi.
Dari penyelidikan sementara dua tersanga pelaku tersebut juga mengajak 3 temannya untuk melakukan aksi, namun mereka menolak. Abi juga masih menyelidiki soal 3 orang tersebut.
Sementara itu, Kepala SMK N 5 Semarang, Suharto membenarkan kedua pelaku memang siswanya dari kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Berita tersebut cukup mengagetkan apalagi dengan alasan untuk membayar uang sekolah.
"Di datanya, semua orang tuanya PNS. Kalau dari sisi ekonomi kok kayanya tidak ya," kata Suharto saat ditemui di kantornya. Bahkan IB dan TA sudah membayar uang sekolah 3 bulan dari 6 bulan sebesar Rp 510 ribu.
Pihak sekolah tempat pelaku pembunuhan driver taksi online menimba ilmu terkejut karena dua siswanya menjadi pelaku kejahatan. Kedua siswa pelaku pembunuhan itu benar-benar berdarah dingin. Bagaimana tidak? Usai membunuh, mereka tetap sekolah seperti biasa.
Suharto, mengatakan dalam kesehariannya, kedua siswa Teknik Komputer dan Jaringan itu bertingkah baik di sekolahan. Waka Kesiswaan, Suprihanto, menambahkan bahwa 2 siswa itu hari Senin (22/1) masih masuk sekolah dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Namun mereka memang sempat terlambat sehingga harus mendapat sanksi disiplin di depan sekolah.
"Senin itu masuk pelajaran, kebetulan dia terlambat dan ditangani di depan. Dua-duanya, mendapat hukuman disiplin," kata Suprihanto. Untuk diketahui, aksi pembunuhan sadis itu dilakukan hari Sabtu (20/1) sekitar pukul 21.00 WIB saat itu keduanya memesan Grab untuk diantar dari Lemah Gempal ke daerah Sambiroto. Dengan belati yang sudah dibawa, IB yang duduk di belakang sopir langsung menggorok leher korban.*
Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Abiyoso Seno Aji, menyebut tersangka berinisial IB dan TA. "Tersangka ironisnya masih sekolah. Satu angkatan, satu kelas," kata Abi di Mapolrestabes Semarang, Selasa (23/1) dilansir detik.
Mereka sudah merencanakan aksi dan sudah membawa belati sejak memesan Grab di dekat tempat tinggal IB di daerah Lemah Gempal pada Sabtu (20/1) malam lalu pukul 21.00 WIB. Ketika itu korban Deny Setiawan (25) yang menyambut pesanan, mereka meminta diantar dari daerah Lemah Gempal ke daerah Sambiroto.
Setiba di perumahan Korpri di Sambiroto di Jalan Selatan Raya, IB membayar ongkos Rp 22 ribu dan ternyata kurang. TA kemudian mengarahkan sopir melaju ke jalan lain dengan alasan mengambil uang di saudaranya. Ketika sampai di pertigaan Jalan Cendana Selatan Sambiroto, IB yang duduk di kursi belakang pengemudi langsung mengeluarkan belati dan menggorok leher korban. "Mereka menggorok leher korban dan mayatnya dibuang di jalan," lanjut Abi.
IB langsung ambil alih kemudi mobil Livina milik korban dan membawanya ke Jalan HOS Cokroaminoto dengan maksud disembunyikan tidak jauh dari rumah IB. Sementara handphone milik driver dikubur oleh pelaku untuk disimpan.
"Mobil diletakkan di Jalan HOS Cokroaminoto untuk 'didinginkan', maksudnya apabila situasi aman, kemungkinan akan dijual. Motif mereka adalah murni merampas kekayaan," tegasnya.
Dari pengakuan sementara, keduanya nekat merampok untuk membayar uang sekolah. Namun polisi dan pihak sekolah meragukan pengakuan itu.
"Alasannya untuk membayar SPP (uang sekolah). Tapi orang tuanya cukup berada, kami akan dalami itu," kata Abi.
Dari penyelidikan sementara dua tersanga pelaku tersebut juga mengajak 3 temannya untuk melakukan aksi, namun mereka menolak. Abi juga masih menyelidiki soal 3 orang tersebut.
Sementara itu, Kepala SMK N 5 Semarang, Suharto membenarkan kedua pelaku memang siswanya dari kelas X Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. Berita tersebut cukup mengagetkan apalagi dengan alasan untuk membayar uang sekolah.
"Di datanya, semua orang tuanya PNS. Kalau dari sisi ekonomi kok kayanya tidak ya," kata Suharto saat ditemui di kantornya. Bahkan IB dan TA sudah membayar uang sekolah 3 bulan dari 6 bulan sebesar Rp 510 ribu.
Pihak sekolah tempat pelaku pembunuhan driver taksi online menimba ilmu terkejut karena dua siswanya menjadi pelaku kejahatan. Kedua siswa pelaku pembunuhan itu benar-benar berdarah dingin. Bagaimana tidak? Usai membunuh, mereka tetap sekolah seperti biasa.
Suharto, mengatakan dalam kesehariannya, kedua siswa Teknik Komputer dan Jaringan itu bertingkah baik di sekolahan. Waka Kesiswaan, Suprihanto, menambahkan bahwa 2 siswa itu hari Senin (22/1) masih masuk sekolah dan mengikuti pelajaran seperti biasanya. Namun mereka memang sempat terlambat sehingga harus mendapat sanksi disiplin di depan sekolah.
"Senin itu masuk pelajaran, kebetulan dia terlambat dan ditangani di depan. Dua-duanya, mendapat hukuman disiplin," kata Suprihanto. Untuk diketahui, aksi pembunuhan sadis itu dilakukan hari Sabtu (20/1) sekitar pukul 21.00 WIB saat itu keduanya memesan Grab untuk diantar dari Lemah Gempal ke daerah Sambiroto. Dengan belati yang sudah dibawa, IB yang duduk di belakang sopir langsung menggorok leher korban.*
1
Komentar