Klungkung Tekan Kemiskinan
Berdasarkan data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, angka kemiskinan di Klungkung turun dari semula 6,91 persen di tahun 2015 menjadi 6,29 persen di tahun 2017.
SEMARAPURA, NusaBali
Jumlah penduduk miskin di Klungkung turun dari semula 12.110 jiwa di tahun 2015 sebanyak 11.147 jiwa pada 2017. Ini merupakan jumlah penduduk miskin paling sedikit di Bali. Sekda Kabupaten Klungkung, I Gede Putu Winastra, mengatakan jumlah penduduk miskin di Klungkung masih berada di bawah Bangli yang penduduk miskinnya mencapai 11.175 jiwa. Namun, secara prosentase penduduk, Klungkung menduduki peringkat kedua termiskin di Bali dengan 6,29 persen penduduknya miskin. Daerah termiskin di Bali adalah Karangasem, yang 6,55 persen penduduknya miskin.
Gede Putu Winastra mengatakan, sesuai potret yang dilakukan sejak Maret 2015 sampai tahun 2017, Kabupaten Klungkung berhasil menurunkan kedalaman kemiskinan (P1) dari semula 0,78 menjadi 0,33. Sementara keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Klungkung turun dari semula 0,13 dengan garis kemiskinan (GK) Rp 284.789 per kapita/bulan menjadi 0,04 dengan GK Rp 299.664 per kapita/bulan.
Menurut Winastra, indikasi success story daerahnya menurunkan angka kemiskinan adalah prosentase penduduk yang bekerja dengan jam kerja rendah, relatif sedikit. Saat ini, penduduk Klungkung yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu hanya 28,90 persen.
“Itu artinya penduduk Klungkung yang bekerja di atas 35 jam per minggu semakin meningkat,” ujar Putu Winastra seusai mengikuti Rapat Kerja Evaluasi Program Pembangunan Semester II Tahun 2017 di Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (23/1).
Winastra menegaskan, menurunnya angka kemiskinan ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung, yang kini berada di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Ini berimbas pada peningkatan pendapatan per kapita penduduk Klungkung.
Penurunan angka kemiskinan ini, lanjut Winastra, juga tidak terlepas dari kebijakan pembangunan, khusunya APBD Klungkung. Dalam struktur APBD Klungkung, proporsi belanja pegawai lebih sedikit dibandingkan proporsi belanja publik. Meningkatnya proporsi belanja publik ini meliputi perbaikan di sektor pertanian, perbaikan dan pembangunan pasar desa, dan perbaikan infrastruktur yang berpengaruh terhadap perekonomian.
“Kalau pertumbuhan ekonomi meningkat, pendapatan masyarakat juga meningkat dan otomatis pendapatan di atas kebutuhan. Dengan kedalaman dan keparahan kemiskinan yang turun, berarti pemerataannya bagus,” ujar birokrat asal Tabanan yang alumnus Fakultas Pertanian Unud angkatan 1982 ini. Winastra menegaskan, Gini Ratio (pengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh) Kabupaten Klungkung juga berada tidak jauh dari Provinsi Bali, yakni kisaran angka 0,3601.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menyampaikan kondisi kemiskinnan di daerahnya tidak serta merta turun begitu saja. Semua itu dicapai berkat kerja keras dan kerjasama antara pemerintah dengan instansi terkait, desa, dan masyarakat melalui berbagai kegiatan.
Bupati Suwirta mencontohkan kegiatan yang dijalankan selama 4 tahun kepemimpnannya di Klungkung, seperti program bedah desa, bedah rumah, hingga program aksi inovatif Gema Santi. “Mari bersama bekerja membantu dan mengentaskan kemiskinan Klungkung dan Bali umumnya,” ujar Bupati Suwirta.
Klungkung sendiri sudah mencetuskan program Yowana Gema Santi yang menjadi ujung tombak dalam membentuk sistem penanganan kemiskinan. “Kita tidak akan terburu-buru untuk menuntaskan angka kemiskinan di Klungkung, namun lebih fokus pada membentuk sistem penuntasan kemiskinan yang terkonsep dengan baik,” ujar Bupati Klungkung pertama asal kawasan seberang Nusa Penida ini. *wan
Gede Putu Winastra mengatakan, sesuai potret yang dilakukan sejak Maret 2015 sampai tahun 2017, Kabupaten Klungkung berhasil menurunkan kedalaman kemiskinan (P1) dari semula 0,78 menjadi 0,33. Sementara keparahan kemiskinan (P2) Kabupaten Klungkung turun dari semula 0,13 dengan garis kemiskinan (GK) Rp 284.789 per kapita/bulan menjadi 0,04 dengan GK Rp 299.664 per kapita/bulan.
Menurut Winastra, indikasi success story daerahnya menurunkan angka kemiskinan adalah prosentase penduduk yang bekerja dengan jam kerja rendah, relatif sedikit. Saat ini, penduduk Klungkung yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu hanya 28,90 persen.
“Itu artinya penduduk Klungkung yang bekerja di atas 35 jam per minggu semakin meningkat,” ujar Putu Winastra seusai mengikuti Rapat Kerja Evaluasi Program Pembangunan Semester II Tahun 2017 di Kantor Gubernur Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (23/1).
Winastra menegaskan, menurunnya angka kemiskinan ini tidak terlepas dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung, yang kini berada di atas pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Ini berimbas pada peningkatan pendapatan per kapita penduduk Klungkung.
Penurunan angka kemiskinan ini, lanjut Winastra, juga tidak terlepas dari kebijakan pembangunan, khusunya APBD Klungkung. Dalam struktur APBD Klungkung, proporsi belanja pegawai lebih sedikit dibandingkan proporsi belanja publik. Meningkatnya proporsi belanja publik ini meliputi perbaikan di sektor pertanian, perbaikan dan pembangunan pasar desa, dan perbaikan infrastruktur yang berpengaruh terhadap perekonomian.
“Kalau pertumbuhan ekonomi meningkat, pendapatan masyarakat juga meningkat dan otomatis pendapatan di atas kebutuhan. Dengan kedalaman dan keparahan kemiskinan yang turun, berarti pemerataannya bagus,” ujar birokrat asal Tabanan yang alumnus Fakultas Pertanian Unud angkatan 1982 ini. Winastra menegaskan, Gini Ratio (pengukur tingkat ketimpangan pendapatan secara menyeluruh) Kabupaten Klungkung juga berada tidak jauh dari Provinsi Bali, yakni kisaran angka 0,3601.
Sementara itu, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta menyampaikan kondisi kemiskinnan di daerahnya tidak serta merta turun begitu saja. Semua itu dicapai berkat kerja keras dan kerjasama antara pemerintah dengan instansi terkait, desa, dan masyarakat melalui berbagai kegiatan.
Bupati Suwirta mencontohkan kegiatan yang dijalankan selama 4 tahun kepemimpnannya di Klungkung, seperti program bedah desa, bedah rumah, hingga program aksi inovatif Gema Santi. “Mari bersama bekerja membantu dan mengentaskan kemiskinan Klungkung dan Bali umumnya,” ujar Bupati Suwirta.
Klungkung sendiri sudah mencetuskan program Yowana Gema Santi yang menjadi ujung tombak dalam membentuk sistem penanganan kemiskinan. “Kita tidak akan terburu-buru untuk menuntaskan angka kemiskinan di Klungkung, namun lebih fokus pada membentuk sistem penuntasan kemiskinan yang terkonsep dengan baik,” ujar Bupati Klungkung pertama asal kawasan seberang Nusa Penida ini. *wan
1
Komentar