18 Hari Hilang, Pekak Kandi Ditemukan Tewas
I Wayan Kandi dilaporkan hilang dari rumahnya, Minggu (7/1) sekitar pukul 22.30 Wita. Pencarian dilakukan selama 4 hari menyusuri hutan hingga perbatasan dengan Kabupaten Tabanan, tapi nihil.
NEGARA, NusaBali
Pekak (kakek) I Wayan Kandi, 70, asal Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, yang dilaporkan hilang dari rumahnya, Minggu (7/1) malam, akhirnya ditemukan pada Kamis (25/1) pagi. Ketika ditemukan warga di Sungai Serangsang, kawasan hutan Badingkayu, pekak Kandi sudah jadi mayat dan dalam keadaan membusuk.
Berdasar informasi, mayat korban pertama kali ditemukan Ni Komang Sumayani, 37, yang juga warga Banjar Badingkayu, pada sekitar pukul 06.30 Wita. Ketika itu, saksi yang hendak pergi ke kebun bersama anaknya, tidak sengaja menemukan sesosok mayat. Melihat mayat itu, korban langsung bergegas memberitahukan kepada warga lainnya, termasuk pihak keluarga pekak Kandi, karena diperkirkaran kuat mayat tersebut merupakan pekak Kandi yang telah menghilang sejak 18 hari lalu.
Lantaran medan cukup terjal, warga melanjutkan laporan temuan mayat itu kepada Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana, yang kebetulan warga Banjar Badingkayu. Laporan tersebut kemudian dilanjutkan ke SAR Jembrana, yang kemudian turun bersama-sama jajaran BPBD Jembrana untuk mengevakuasi mayat pekak Kandi. Pihak kepolisian dari Polsek Pekutatan serta Polres Jembrana juga turun melakukan identifikasi.
Dari hasil identifikasi petugas kepolisian, diketahui kondisi mayat bersangkutan hancur. Bagian tengkorak juga lepas dari badan dengan bagian leher hilang, telapak tangan hancur, dan isi perut hilang. Meski kondisi hancur, pihak keluarga pekak Kandi memastikan kalau mayat bersangkutan merupakan pekak Kandi, dilihat dari ciri-ciri pakaiannya.
“Keluarga sangat yakin karena pakaiannya. Karena itu, jenazahnya langsung diambil keluarga, dan rencana jenazahnya akan langsung dikuburkan di Setra Badingkayu sore ini (Kamis kemarin),” kata Eko Susilo, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan pekak Kandi, Kamis kemarin.
Kendati belum dapat dipastikan penyebab kematian korban, kata Eko Susilo, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kejadian tersebut. Menurutnya, keluarga menduga kalau pekak Kandi yang sebelum hilang dalam kondisi sakit-sakitan ini, tidak sengaja terpeleset ketika hendak menuju kebunnya, yang kebetulan berbatasan langsung dengan Sungai Serangsang, karena mengira sudah pagi.
“Kemungkinan pas malam itu kapupungan (bangun ketika malam karena mengira pagi). Namanya di desa jarang ada lampu, dan kemungkinan jatuh ketika lewat, karena medan terjal, apalagi hujan-hujan, dan kondisi sedang sakit,” kata Eko Susilo.
Yang jelas, menurut Eko Susilo, keluarga sama sekali tidak curiga adanya tindakan kriminal atas kematian korban tersebut. Termasuk mengenai kemungkinan korban sengaja bunuh diri, dinilai kecil. Pasalnya, dipastikan tidak ada masalah keluarga. “Kondisinya memang sudah sakit-sakitan, dan waktu diketahui hilang Minggu (7/1) malam lalu itu, yang bersangkutan sedang sakit, mengeluh deman. Tetapi kalau sampai bunuh diri, keluarga tidak yakin, karena tidak ada masalah di keluarga,” ungkapnya.
Kapolsek Pekutatan Kompol I Putu Suparma, ketika dikonfirmasi terpisah Kamis kemarin, mengatakan, tidak berani memastikan penyebab kematian jenazah dalam keadaan membusuk di Sungai Serangsang, kawasan hutan Badingkayu tersebut. Yang pasti, jenazah bersangkutan diketahui merupakan I Wayan Kandi yang sempat dilaporkan hilang sejak 18 hari lalu.
“Keluarga sudah memastikan. Kalau untuk mengetahui penyebab kematiannya, seharusnya dilakukan otopsi. Tetapi pihak keluarga menolak, dan mengikhlaskan kepergian korban sebagai musibah. Dari fakta-fakta di lapangan, tidak ada kecurigan tindakan kriminal, sehingga kami serahkan kepada keluarga,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pekak I Wayan Kandi dilaporkan menghilang dari rumahnya, Minggu (7/1) sekitar pukul 22.30 Wita. Sebelum diketahui menghilang, korban yang sedang dalam keadaan sakit, dan sempat diajak ke dokter itu, terakhir diketahui sedang beristirahat di kamar rumahnya. Tim SAR gabungan sempat melakukan pencarian selama empat hari, Senin (8/1) hingga Kamis (11/1), namun tidak membuahkan hasil. *ode
Pekak (kakek) I Wayan Kandi, 70, asal Banjar Badingkayu, Desa Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, yang dilaporkan hilang dari rumahnya, Minggu (7/1) malam, akhirnya ditemukan pada Kamis (25/1) pagi. Ketika ditemukan warga di Sungai Serangsang, kawasan hutan Badingkayu, pekak Kandi sudah jadi mayat dan dalam keadaan membusuk.
Berdasar informasi, mayat korban pertama kali ditemukan Ni Komang Sumayani, 37, yang juga warga Banjar Badingkayu, pada sekitar pukul 06.30 Wita. Ketika itu, saksi yang hendak pergi ke kebun bersama anaknya, tidak sengaja menemukan sesosok mayat. Melihat mayat itu, korban langsung bergegas memberitahukan kepada warga lainnya, termasuk pihak keluarga pekak Kandi, karena diperkirkaran kuat mayat tersebut merupakan pekak Kandi yang telah menghilang sejak 18 hari lalu.
Lantaran medan cukup terjal, warga melanjutkan laporan temuan mayat itu kepada Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana I Ketut Eko Susilo Artha Permana, yang kebetulan warga Banjar Badingkayu. Laporan tersebut kemudian dilanjutkan ke SAR Jembrana, yang kemudian turun bersama-sama jajaran BPBD Jembrana untuk mengevakuasi mayat pekak Kandi. Pihak kepolisian dari Polsek Pekutatan serta Polres Jembrana juga turun melakukan identifikasi.
Dari hasil identifikasi petugas kepolisian, diketahui kondisi mayat bersangkutan hancur. Bagian tengkorak juga lepas dari badan dengan bagian leher hilang, telapak tangan hancur, dan isi perut hilang. Meski kondisi hancur, pihak keluarga pekak Kandi memastikan kalau mayat bersangkutan merupakan pekak Kandi, dilihat dari ciri-ciri pakaiannya.
“Keluarga sangat yakin karena pakaiannya. Karena itu, jenazahnya langsung diambil keluarga, dan rencana jenazahnya akan langsung dikuburkan di Setra Badingkayu sore ini (Kamis kemarin),” kata Eko Susilo, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan pekak Kandi, Kamis kemarin.
Kendati belum dapat dipastikan penyebab kematian korban, kata Eko Susilo, pihak keluarga sudah mengikhlaskan kejadian tersebut. Menurutnya, keluarga menduga kalau pekak Kandi yang sebelum hilang dalam kondisi sakit-sakitan ini, tidak sengaja terpeleset ketika hendak menuju kebunnya, yang kebetulan berbatasan langsung dengan Sungai Serangsang, karena mengira sudah pagi.
“Kemungkinan pas malam itu kapupungan (bangun ketika malam karena mengira pagi). Namanya di desa jarang ada lampu, dan kemungkinan jatuh ketika lewat, karena medan terjal, apalagi hujan-hujan, dan kondisi sedang sakit,” kata Eko Susilo.
Yang jelas, menurut Eko Susilo, keluarga sama sekali tidak curiga adanya tindakan kriminal atas kematian korban tersebut. Termasuk mengenai kemungkinan korban sengaja bunuh diri, dinilai kecil. Pasalnya, dipastikan tidak ada masalah keluarga. “Kondisinya memang sudah sakit-sakitan, dan waktu diketahui hilang Minggu (7/1) malam lalu itu, yang bersangkutan sedang sakit, mengeluh deman. Tetapi kalau sampai bunuh diri, keluarga tidak yakin, karena tidak ada masalah di keluarga,” ungkapnya.
Kapolsek Pekutatan Kompol I Putu Suparma, ketika dikonfirmasi terpisah Kamis kemarin, mengatakan, tidak berani memastikan penyebab kematian jenazah dalam keadaan membusuk di Sungai Serangsang, kawasan hutan Badingkayu tersebut. Yang pasti, jenazah bersangkutan diketahui merupakan I Wayan Kandi yang sempat dilaporkan hilang sejak 18 hari lalu.
“Keluarga sudah memastikan. Kalau untuk mengetahui penyebab kematiannya, seharusnya dilakukan otopsi. Tetapi pihak keluarga menolak, dan mengikhlaskan kepergian korban sebagai musibah. Dari fakta-fakta di lapangan, tidak ada kecurigan tindakan kriminal, sehingga kami serahkan kepada keluarga,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pekak I Wayan Kandi dilaporkan menghilang dari rumahnya, Minggu (7/1) sekitar pukul 22.30 Wita. Sebelum diketahui menghilang, korban yang sedang dalam keadaan sakit, dan sempat diajak ke dokter itu, terakhir diketahui sedang beristirahat di kamar rumahnya. Tim SAR gabungan sempat melakukan pencarian selama empat hari, Senin (8/1) hingga Kamis (11/1), namun tidak membuahkan hasil. *ode
Komentar